Ibadah

Menelisik Manfaat Shalat di Saat Pandemi

2 Mins read

Agama Islam menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa melakukan shalat 5 waktu dan berbagai shalat sunnah. Menurut Haidar Bagir, jika ditinjau secara akar kata, shalat memiliki kesamaan dengan kata shilah yang bermakna ‘’hubungan’’ Dalam kaitannya dengan kata “shilah” ini, shalat bermakna sederhana hubungan manusia dengan Allah SWT.

Di sisi lain, Allah SWT berfirman di dalam surat Al-Baqarah ayat 110 “Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Bencana Bagi Orang yang Shalat

Toh begitu pun di surat Al Maun ayat 4-7,  “Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.’’

Orang-orang yang shalat tetapi menolak yatim dan tidak berupaya menyatuni orang miskin hakikatnya tidaklah shalat.

Dalam hadis qudsi, juga disebutkan mengenai orang-orang yang diterima shalatnya oleh Allah SWT, “Sesungguh nya Aku (Allah Swt.) hanya akan menerima shalat dari orang yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia. menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan tutup shalat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhluk~Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.”

Di tengah peningnya masyarakat menghadapi kegamangan akibat pandemi, berbagi antar sesama menjadi tonikum penyegar. Pandemi Covid-19 setidaknya melahirkan sikap murah tangan dan berbagai aksi sosial.

Pandemi memikul dampak berat bagi kehidupan. Selain bagian kesehatan, juga sektor ekonomi dengan berhentinya beberapa mata pencaharian. Bak badai di tengah lautan, pandemi covid ini mengajarkan sesungguhnya kita ada dalam badai yang sama. Tapi bukan di kapal yang sama.

Baca Juga  Tuhan tidak Pemarah, Memakmurkan Masjid Bisa dari Rumah

Peran yang Harus Diambil Saat Pandemi

Ada orang yang hidup di kapal induk yang aman, sebagian lagi di kapal pesiar yang nyaman. Sedangkan ada orang yang hanya bisa memeluk erat serpihan kayu perahu kecil yang hancur akibat diterjang badai. Lalu bagaimana peran kita selaku umat beragama Islam dalam menghadapi badai pandemi ini?

Di dalam buku Madrasah Ruhaniyah karangan Jalaludin Rakhmat, tertulisankan bahwa ajaran Islam memandang setiap ibadah yang dilakukan sebetulnya merupakan latihan untuk mendidik nilai moral tertentu.

Ibadah shalat atau ibadah lainnya di dalamnya terkandung pesan moral. Bahkan begitu mulianya pesan moral ini, sampai rasul menilai ‘’nilai’’ suatu ibadah itu dinilai dari sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan ahlak (pesan moral) kita, rasul anggap tidak bermakna. Pun demikian dengan salat yang kita lakukan setiap hari menuntut menunaikan aksi solidaritas sosial antar sesama.

Solidaritas muncul dikarenakan dua faktor identitas dan faktor rasa senasib. Rasa senasib artinya seseorang merasakan suatu gejolak psikologi yang sama, seperti kesusahan yang dilihat di kita akhir-akhir ini di laman media sosial maupun lingkungan sekitar.

Cara Menyikapi Corona

Salah satu sikap yang penting untuk dipelihara dan dibangun dalam menghadapi bencana non alam ini adalah meningkatkan empati kepada lingkungan sekitar dan pihak-pihak yang terkena dampak dari bencana pandemi.

Term potongan ayat yukadzdzibu bid diin (orang) yang mendustakan agama atau pura-pura beragama sangatlah pantas diberikan kepada mereka orang-orang yang melaksanakan salat (al-mushallîn) tetapi mereka menolak anak yatim dan tak berupaya menyantuni orang miskin.

Di masa sulit pandemi ini, selain mendawamkan ritual shalat secara khusyu meningkatkan kepedulian sosial antar sesama, membudayakan berbagi makanan kepada tetangga, menyatuni yatim dan merangkul kaum papa merupakan kemuliaan.

Besar harapan semoga apa yang dikatakan Nabi tidak tercermin didalam diri kita “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At Thabrani).

Baca Juga  Sejak Kapan Shalat Tarawih Dilakuan Secara Berjamaah?

Editor: Yahya FR

Avatar
11 posts

About author
Mahasiswa Jurusan Falsafah & Agama, Pengelola Taman Baca Tambo Pustaka, Komunitas Generasi Gemilang dan Aktivis Pelajar Islam Indonesia.
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds