Tarikh

Mukjizat dan Azab ‘Hidangan dari Langit’

4 Mins read

Ada sebuah kisah tentang hidangan dari langit dalam Al-Quran. Kisah tentang mukjizat hidangan dari langit ini terdapat di Q.S Al Maidah. Namun, ternyata azab juga mengiringi ‘hidangan dari langit’ ini.

Mukjizat Hidangan dari Langit

Allah berfirman:

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (112) قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِينَ (113)

112). Ingatlah ketika pengikut-pengikut Isa berkata (Kaum Hawariyyun), “Hai Isa putra Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kalian orang yang beriman.” 113) Mereka menjawab, “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” (Qs.Al-Maidah: 112-113)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan: “Inilah kisah maidah atau hidangan yang nama surat ini dikaitkan dengannya, karena itu disebut ‘surat Al-Maidah’. Hidangan ini merupakan salah satu dari anugerah Allah yang diberikan kepada hamba dan rasul-Nya, yaitu Isa a.s. ketika Dia memperkenankan doanya yang memohon agar diturunkan hidangan dari langit. Maka Allah Swt. menurunkannya sebagai mukjizat yang cemerlang dan hujjah yang nyata.”

Empat Alasan

Dikisahkan bahwa kaum Hawariyyun (pengikut setia Nabi Isa) suatu ketika mengajukan permohonan aneh kepada Nabi Isa As. agar Tuhan Nabi Isa menurunkan hidangan (menu makanan) yang turun langsung dari langit. Mereka beralasan bahwa:

a. mereka benar-benar ingin makanan hidangan itu.
b. Alasan kedua adalah demi ketenangan hati. Mereka akan tenang hatinya karena itu memang benar-benar mukziyat.
c. Mereka menjanjikan setelah itu mereka akan benar-benar yakin dan mengikuti ajaran Nabi Isa.
d. Mereka akan menjadikan hari itu sebagai hari raya dan akan memperingatinya sampai akhir zaman. “Hari raya ialah hari kegembiraan atau hari besar, baik peringatan berkenaan dengan agama, atau urusan kenegaraan umumnya.

Baca Juga  Genealogi Islam Wasathiyyah

Nabi Isa menjawab dengan doa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.”

Dan Allah pun mengabulkan doa tersebut: (115) Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.”

Kaum Hawariyyun menikmati hidangan itu turun, Tapi ternyata makanan itu tidak habis. Mereka semua sudah kenyang. Nabi Isa memohon agar sisa makanan itu dibagikan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin di sekitarnya. Mereka menolak. Mereka jarah-rayah makanan itu, dibawa pulang untuk dibagikan kepada sanak saudara mereka sendiri. Mereka tidak mengindahkan saran dan kata-kata Nabi Isa. Mereka benar-benar rakus, bahkan sampai berceceran mengotori tempat itu.

Dikisahkan, tidaklah orang kafir Hawariyyun yang makan hidangan itu melainkan akan menjadi kaya raya. Tidaklah orang kafir yang sakit dan makan hidangan itu melainkan akan sembuh dan tidak akan sakit lagi untuk selama-lamanya.

Azab Setelah Mukjizat Hidangan dari Langit

Masih dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Auf Al-A’rabi, dari Abul Mugirah Al-Qawwas, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa manusia yang paling keras azabnya kelak di hari kiamat ada tiga macam, yaitu orang-orang munafik, orang-orang yang kafir dari kalangan mereka yang menerima hidangan dari langit, dan Fir’aun beserta para pendukungnya.

Baca Juga  Serat Cebolek: Ketib Anom Kudus Menegakkan Syariat

Kaum Hawariyyun ini, yang menyepelekan perkataan Nabi Isa setelah mendapat hidangan, diazab di dunia dan di akhirat. Di dunia mereka diazab menjadi seekor babi dan kera. Di akhirat mereka memperoleh azab neraka karena tidak takwa kepada Allah dan Rasul-Nya.

Apakah Kaum Hawariyyun Benar Memakannya?

Terdapat perbedaan mengenai Nabi Isa apakah dia meminta hidangan itu untuk dirinya sendiri ataukah dia meminta untuk kaumnya. Sekalipun dia menyandarkan untuk dirinya sendiri, dilihat dari dzahirnya, kedua pendapat tersebut dapat dipertemukan bahwa yang jelas Nabi Isa meminta turunnya hidangan tersebut.

Dikatakan ketika mereka mendengar ancaman sebagaimana ayat 115 Qs. Al-Maidah: Mereka menjadi takut, kalau-kalau ada sebagian di antara mereka ada yang ingkar. Maka mereka meminta ampun dan berkata, “Kami sudah tidak menginginkannya lagi” Maka hidangan itu tidak lagi turun dari langit. Demikian menurut Mujahid dan Hassan.

Menurut pendapat yang shahih, sebagaimana pendapat mayoritas ulama dan para imam yang masyhur, bahwa hidangan itu memang benar-benar diturunkan dari langit.

Sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi Isa mandi lalu memakai pakaian bulu, kemudian salat dua rakaat ditundukkan kepalanya, dia pajamkan matanya, lalu berdoa dengan doa yang dipanjatkannya, maka dikabulkanlah apa yang diperkenankan kepadanya. Tiba-tiba terdapat karpet merah yang turun dari langit diapit oleh semacam dua gumpalan di atas dan bawahnya, sementara kaum Hawariyyun melihat hidangan itu turun di hadapan mereka.

Nabi Isa menangis seraya berdoa, ”Ya, Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersyukur. Ya Allah,jadikanlah hidangan itu sebagai rahmat semesta alam, dan janganlah Engkau menjadikannya sebagai fitnah dan siksaan.” Lalu bangkitlah beliau berwudlu dan shalat serta menangis. (Usman bin Hassan, Terjemah Duratun Nashihin)

Baca Juga  Kaya Informasi/Pengetahuan, (Ternyata) Miskin Ilmu

Hikmah Kisah

Terlepas akan kebenaran apakah kaum Hawariyyun jadi memakan hidangan itu atau tidak, yang jelas kisah ini sudah difirmankan Allah dalam Alqur’an surat Al-Maidah ayat 112-115. Kita wajib mengimani dan wajib mengambil i’tibar. Karena kita banyak diberi informasi Allah terhadap hal-hal yang kita belum tahu.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3)

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik melalui wahyu Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (QS. Yusuf: 3)

I’tibar yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah:

  1. Orang beriman tidaklah pantas kalau hanya memohon kepada Allah dengan turunnya hidangan mukjizat seperti itu. Makna lain, tidaklah pantas orang mukmin itu hanya meminta terpenuhinya akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan saja. Ketenangan hati tidak akan diperoleh dengan hal-hal seperti itu.
  2. Berkait dengan harta, umat Muhammad disarankan untuk tidak berbuat curang, tidak menyembunyikan, tidak culas, dan semacamnya. Semua itu akan dipertanggungjawabkan kepada Allah.
  3. Hati kita akan tenang jika hati ini mampu selalu berzikir kepada Alllah dalam bentuk amal-amal ibadah fardiyah dan sunnah serta terhindar dari penyakit hati seperti kufur, ghadhab, curang, riya’, sombong dan dusta.

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *