News

Peluncuran Jurnal Maarif: Islam, Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Ekonomi

2 Mins read

IBTimes.ID – MAARIF Institute bekerjasama dengan ITB AD Jakarta, menyelenggarakan diskusi dan peluncuran Jurnal MAARIF edisi ke-36 No. 2 Desember 2021 dengan tema “Islam, Kesetraan Gender dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan”.

Kegiatan yang dilakukan melalui Webinar ini dilaksanakan pada Senin, 20 Desember 2021 dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya: Prof. Dr. Musdah Mulia, (Guru Besar UIN Syaif Hidayatullah Jakarta), Sylvana Apituley (Wakil Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Reformis), dan Yulianti Muthmainnah (Ketua PSIPP ITB AD). Dr. Mukhaer Pakkanna, Rektor ITB AD juga menjadi keynote speaker dalam kegiatan tersebut.

Dalam pemaparannya, Dr. Mukhaer Pakkanna menyambut baik ajakan MAARIF Institute untuk bekerjasama dengan PSIPP ITB AD, Jakarta, dalam menyelenggarakan acara peluncuran Jurnal MAARIF ini.

Kerjasama tersebut diharapkan mampu memperkuat etos keilmuan di lingkungan civitas akademika, utamanya terkait dengan isu-isu Islam dan kesetaraan gender, serta pemberdayaan ekonomi perempuan.

Ia juga berharap agar kerja sama tersebut mampu membuka ruang bagi dialektika pemikiran-pemikiran kritis tentang Islam, gender dan pemberdayaan perempuan.

Menurutnya, kekerasan berbasis gender di masa pandemi ini relatif meningkat. Di sisi lain, hal tersebut justru membuka akses bagi perempuan untuk memerangi kondisi era pandemi, karena di era pandemi terdapat peluang bagi perempuan untuk menumbuhkan kreatifitas dan ketrampilan di ruang-ruang informal.

Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, mengatakan bahwa di tengah situasi pandemi covid-19, isu-isu pemberdayaan perempuan sangat penting untuk didiskusikan.

“Salah satu obsesi Alquran ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam Alquran mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu Alquran tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok, etnis, warna kulit, suku bangsa, dan kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin,” tegas Rohim.

Baca Juga  Reformulasi & Strategi Mutu Pendidikan Islam

Prof. Musdah Mulia, menyampaikan rasa bahagianya serta memberikan apresiasi kepada MAARIF Institute karena telah mengangkat isu gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

“Penafsiran terhadap Alquran memiliki dampak besar dalam membentuk kontruksi pemikiran umat dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan. Karena itu, kita harus menangkap pesan pesan moral dan prinsip-prinsip keadilan gender yang terkandung dalam teks Alquran,” tegasnya.

Yuli Muthmainnah juga menjelaskan pengalamannya melalui kampanye tingkat global-dunia yang bernama ‘HeForShe’. Selama 16 Minggu Gerakan Zakat Nasional ini, menurut Yuli, dukungan laki-laki sangatlah teruji.

“Ini sesuatu yang di luar ekspektasi dan di luar dugaan kami, bahwa laki-laki memberikan dukungan sedemikian besar. Peluncuran ‘HeForShe Alliance’ menjadi petanda komitmen bersama untuk mencapai kesetaraan dalam segala bidang kehidupan—utamanya dalam advokasi dan perlindungan pada perempuan dan anak,” ujarnya.

Acara peluncuran jurnal ini diikuti tidak kurang dua ratus peserta, baik dari kalangan akademisi, mahasiswa, aktivis, maupun masyarakat secara umum.

Editor: Yusuf

Avatar
1446 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
News

Haul ke-15 Gus Dur: Refleksi Pemikiran dan Keteladan untuk Bangsa

2 Mins read
IBTimes.ID – Jaringan GUSDURian menggelar peringatan Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Laboratorium Agama Masjid Universitas Islam Negeri (UIN)…
News

Inilah 9 Rekomendasi Simposium Beda Setara 2024

2 Mins read
IBTimes.ID – Simposium Best atau Beda Setara telah selesai digelar. Acara ini berlangsung selama dua hari, yakni Kamis-Jumat (15-16/11/2024) di Convention Hall…
News

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia Masih Jauh dari Semangat Bhinneka Tunggal Ika

1 Mins read
IBTimes.ID – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Qotrunnada Wahid atau Alissa Wahid mengkritisi realitas kebebasan beragama di Indonesia, yang menurutnya masih jauh dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds