Perspektif

Mengenal Lebih Jauh Budaya Pop Vietnam

3 Mins read

Saat melakukan riset mengenai fenomena spirit doll atau boneka arwah, tanpa sengaja saya menemukan film Vietnam berjudul The Guardian (2021) di Netflix. Dibintangi oleh Truc Anh, Amee, dan Samuel An, The Guardian berkisah tentang seorang penyanyi latar yang ingin menjadi bintang utama.

Oleh seorang cenayang, ia disarankan untuk mengadopsi kumanthong atau boneka arwah untuk membawa keberuntungan. Premis ini tentu tak asing dengan tren boneka arwah yang sempat viral di Thailand dan Indonesia beberapa waktu lalu.

Setelah menonton The Guardian, saya cukup terpana dengan konten dan skenario yang disajikan. Belum lagi plot twist yang mengejutkan di akhir cerita, membuat saya semakin mengagumi film ini. Hal ini kemudian membuat saya jadi penasaran dengan film-film Vietnam lainnya.

Vietnam memiliki sejarah kelam berupa perang 20 tahun antara utara dan selatan pada tahun 1955-1975. Hal inilah yang membuat industri film Vietnam banyak menggarap tema perang dan masalah sosial pasca perang hingga tahun 90an.

Yang menarik, perang Vietnam juga memiliki peran dalam dunia musik Amerika Serikat. Pada masa itu, berbagai lagu rilis sebagai bentuk protes terhadap perang. Sebagai contoh, lagu Blowin’ in the Wind (1963) oleh Bob Dylan, Bring ‘em Home (1966) oleh Pete Seeger, Give Peace a Chance (1969) dan Imagine (1971) oleh John Lennon, serta Vietnam (1970) oleh Jimmy Cliff.

Perkembangan Budaya Pop Vietnam

Pada era 90an, budaya pop Vietnam mulai menunjukkan gairah yang luar biasa. Beberapa film berbahasa Vietnam mendapatkan penghargaan di festival internasional seperti The Scent of the Green Papaya (1993) karya sutradara Tran Anh Hung (orang keturunan Vietnam di Prancis) di Festival Film Cannes. Film ini bahkan menjadi film Vietnam pertama yang menjadi nominasi Academy Award untuk kategori film berbahasa asing terbaik pada tahun 1993.

Baca Juga  Tiga Catatan Kritis Omnibus Law Bidang Pendidikan

Selain itu, ada pula film Three Seasons (1999) karya sutradara Tony Bui (orang keturunan Vietnam di Amerika) yang berjaya di Berlin International Film Festival dan Sundance Film Festival. Meskipun disutradarai oleh sineas berdarah Vietnam, namun kedua film tersebut masih diproduksi oleh Prancis dan Amerika Serikat.

Dalam era 2000an, sineas Vietnam mulai membuat film komersial dengan tema yang beragam. Seperti genre action, romantis, komedi, dan horor. Salah satu film kolaborasi Vietnam dan Korea Selatan yang meraih reaksi beragam dari pemirsa adalah Muoi: The Legend of a Potrait (2007). Banyaknya adegan horor dan kekerasan membuat film ini mengalami sensor dari pemerintah Vietnam. Selain itu, Muoi pun tidak dianggap sebagai film Vietnam karena sebagian besar dibintangi dan dikerjakan oleh artis dan sineas Korea Selatan.

Dilansir dari Vietnamese Pop 101, produk budaya pop yang digemari oleh orang Vietnam berupa acara kuis dan musik (khususnya kontes musik seperti Vietnam Idol). Musik Vietnam (V-Pop) yang berkembang pada era 90an, banyak dipengaruhi oleh budaya pop barat dan Asia Timur (khususnya Korea Selatan) mulai dari genre (R&B, EDM, balad, pop), gaya, hingga fesyen. Sayangnya, terlalu banyak kemiripan dengan K-Pop membuat V-Pop kerap dikritik oleh sebagian kalangan.

Salah satu idol Vietnam yang populer adalah Son Tung M-TP yang disebut-sebut sebagai Prince of V-Pop. Selain terinspirasi dari artis barat seperti Justin Bieber dan Rihanna, musik Tung juga banyak dipengaruhi oleh K-Pop khususnya Big Bang dan Super Junior. Pada tahun 2020, Tung melalui lagunya Give it to Me berhasil menjadi artis Vietnam pertama yang memasuki tangga lagu Billboard pada tahun 2020. Pada tahun yang sama, Tung juga merilis film dokumenter konser musiknya di Netflix berjudul Sky Tour: The Movie (2020).

Baca Juga  Plus-minus Kuliah Daring Karena Corona

Jejak Vietnam di Industri Hiburan Dunia

Dalam industri K-Pop, ada banyak idol yang berasal dari Asia Tenggara, seperti Lisa Blackpink (Thailand), Ten NCT (Thailand), dan Dita Karang (Indonesia). Ternyata, K-Pop juga memiliki beberapa idol asal Vietnam seperti Queen dari Z-Girls dan Roy dari Z-Boys.

Tidak hanya di industri hiburan Korea Selatan, Hollywood pun memiliki banyak aktor dan artis berdarah Vietnam. Sebut saja Thuy Trang, pemeran ranger kuning dalam seri Mighty Morphin Power Rangers (1993), Lana Condor yang bermain dalam film X-Men: Apocalypse (2016) dan To All the Boys (2020-2021), Kelly Marie Tran yang mengisi suara Raya dalam film Disney Raya and the Last Dragon (2021). Kehadiran para selebriti berdarah Vietnam di kancah hiburan dunia dapat menjadi duta bagi perkembangan budaya pop Vietnam agar semakin dikenal dan familiar secara global.

Potensi Budaya Pop Vietnam

Saat ini, Vietnam memang belum menjadi negara yang diperhitungkan dari sektor industri hiburannya. Sebab, di kawasan Asia Tenggara, Thailand dan Indonesia masih memimpin baik dari segi kualitas maupun genre hiburan yang ditawarkan. Belum lagi budaya pop Vietnam masih belum banyak tersedia baik di TV kabel maupun aplikasi streaming.

Namun, melalui beberapa produk budaya pop Vietnam seperti film The Girl from Yesterday (2017), Summer in Closed Eyes (2018), dan Dreamy Eyes (2019), serta kesuksesan Son Tung M-TP melalui V-Pop, membuat budaya pop Vietnam berpotensi menjadi salah satu yang diperhitungkan di Asia Tenggara (setidaknya) dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Tentu saja hal ini perlu didukung dengan ekspor dan distribusi besar-besaran budaya pop Vietnam agar lebih mendunia.

Editor: Yahya FR

Avatar
3 posts

About author
Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional
Articles
Related posts
Perspektif

Tiga Tipologi Aktualisasi Diri Anak Muda: Tentang Aktivisme dan Pendidikan

4 Mins read
Menjadi aktivis Muhammadiyah yang kuliah di kampus Muhammadiyah itu rasanya menyenangkan. Apalagi mendapatkan beasiswa penuh dari Muhammadiyah. Ditambah dengan bantuan dana ketika…
Perspektif

Indonesia Berkemakmuran, Kemakmuran untuk Semua

4 Mins read
Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, tema yang sama juga akan digunakan sebagai identitas acara Tanwir…
Perspektif

Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah: Sudahkah Dakwah Muhammadiyah Wujudkan Kemakmuran?

3 Mins read
Beberapa hari yang lalu, ketika ibadah Jumat, saya kembali menerima Buletin Jumat Kaffah. Hal ini membawa saya pada kenangan belasan tahun silam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds