Perspektif

3 Kesalahan Bukber Ramadhan yang Sering Dilakukan

3 Mins read

Berbuka puasa bersama atau biasanya disingkat dengan kata bukber adalah salah satu aktivitas  trend yang secara khusus di bulan Ramadhan. Bahkan ketika Ramadhan masih memasuki hari pertama pun notifikasi grup WA pun dibanjiri dengan keributan wacana bukber. Mulai dari ribut menentukan hari dan tanggal hingga tempat bukber Ramadhan. Namun ujung-ujungnya hanya sedikit yang datang.

Trending bukber sendiri tidak hanya dilakukan oleh kaum muda-mudi milenial saja, tetapi juga dilakukan oleh semua kalangan. Baik bapak-bapak maupun emak-emak. Hal ini diketahui karena wacana bukber tidak hanya ramai di grup alumi kelas dan sekolah maupun komunitas, tetapi juga grup keluarga hingga persatuan bapak-bapak ta’mir masjid.

Adapun alasan adanya agenda bukber, ingin mempererat tali silaturahmi, temu kangen teman seperjuangan, atau menambah relasi hubugan teman maupun rekan kerja. Sebenarnya alasan-alasan tersebut memanglah alasan yang masuk akal, bahkan memberikan dampak yang positif.

Akan tetapi kebanyakan dari subjek bukber hanya fokus pada kumpul bersama saja, sehingga tidak berfokus pada hal-hal yang dapat bernilai ibadah. Hasilnya, bukber dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan yang tidak disadari oleh subjeknya. Adapun Kesalahan-kesalahan bukber Ramadhan sebagai berikut:

Ghibah Sebelum Berbuka

Biasanya yang terjadi ketika berkumpul bersama teman maupun kerabat, mengobrol membagi berbagai cerita dan kisah adalah hal yang wajib dilakukan. Mengingat tujuan dari acara kumpulan bersama agar dapat mengobrol dan  bercanda ria secara tatap muka. Begitu juga saat buka bersama (Bukber).

Terlebih jika bukber kawan lama, berbagai cerita asyik dilontarkan dari mulut ke mulut teman. Mulai dari cerita nostalgia yang memutarkan memori kenangan, hingga berbagi tips kesuksesan. Sekilas memang terkesan mengasyikan, tetapi  biasanya yang terjadi ketika bercerita dengan alur ngalor ngidul pasti akan menyerempet pada ghibah. Terlebih ketika ingat teman yang membagongkan yang tidak ikut bukber. Pasti akan menjadi korban.

Baca Juga  Ramadhan: Islam Populer vs Islam Populis

Hal tersebut sungguh disayangkan dan memang sulit dihindari saat bukber bersama teman. Pasalnya ghibah adalah salah satu perbuatan yang tak baik dilakukan. Sebab ghibah pasti menimbulkan dosa Sebagaimana pada hadits yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘  Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya”.

Dari hadist tersebut mengajarkan kita agar lebih baik berhati-hati ketika bercerita. Mungkin ada benarnya juga untuk menerapkan prokes kemenkes untuk tidak berbicara saat bukber.

Tidak Menyegerakan Berbuka

Kemudian, kesalahan kedua saat bukber adalah tidak menyegerakan berbuka. Dimana hal yang sering terjadi ketika bukber di suatu tempat rumah makan, ketika adzan telah berkumandang, namun makanan seringnya masih belum terhidangkan.

Hal ini dikarenakan ramainya tersebut, sehingga banyak orderan menu makanan yang harus dihidangkan. Terlebih SDM tempat tersebut terbatas, serta tentunya tidak semua menu pelanggan dapat terdistribusikan tepat sebelum adzan.

Baca Juga  Ekofeminisme: Perempuan dan Lingkungan Menurut Vandana Shiva

Sebagai pelanggan dengan nomor antrian belakang, harus menerima konsekuensi tidak bisa menyantap hidangan saat adzan tiba. Sehingga waktu berbuka pun tertunda. Padahal menyegerakan berbuka puasa adalah salah satu amalan yang dicintai Allah. Sebagaimana dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ أَحَبَّ عِبَادِي إِلِيَّ أعجلُهم فِطْرًا”

Artinya: “Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara hamba-hamba-Ku ialah orang yang paling segera berbuka”.

Jikalaupun benar-benar ingin bukber, penulis menyarankan untuk membawa air minum sebagai jaga-jaga jika hidangan belum terhidangkan. Hal ini agar kita tidak kehilangan sunnah untuk menyegerakan berbuka ketika waktunya telah tiba.

Melalaikan Sholat Maghrib

Adapun kesalahan bukber ketiga adalah melalaikan sholat maghrib. Fenomena banyak diaalami oleh subjek dari bukber. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya karena telatnya berbuka sebagaimana pada pembahasan sebelumnya, sehingga waktu yang seharusnya digunakan sholat maghrib banyak tersita.

Selain itu, ketika bukber, salah satu hal yang tak diluputkan adalah foto bersama untuk megabadikan kenangan. Namun ketika foto tersebut biasanya banyak drama yang dilakukan dan cenderung rempong. Berbagai bidikan foto pun belum dirasa puas jika belum bagus menurut semua anggota bukber tersebut. Sehingga banyak waktu yang terbuang hanya untuk foto ria saja. Serta tak terasa bila waktu untuk menunaikan sholat maghrib hampir habis. Terlebih waktu maghrib relatif lebih cepat dari waktu sholat wajib lainnya. Sehingga hal inilah yang dinamakan lalai mengerjakan sholat maghrib.

Kesimpulan dan Saran

Ketiga poin di atas merupakan kesalahan-kesalahan bukber ramadhan yang seringkali dilakukan. Meski begitu, masih banyak orang-orang yang melakukannya. Walau ia sadar terhadap kesalahan tersebut.

Baca Juga  Mengapa Puasa Sunah Jatuh pada Hari Senin dan Kamis?

Sebagai disclaimer, penulis bukan bermaksud melarang terhadap agenda bukber. Akan tetapi agar lebih berhati-hati dan tidak meninggalkan ibadah wajib yang seharusnya lebih diutamakan. Maka untuk mengambil amannya, penulis menyarankan untuk bukber di masjid saja, sembari mendengarkan kultum menjelang buka. Hehehe.

Waallahu a’lam

10 posts

About author
Mahasantri P.P Al-Ishlah Paciran, Lamongan
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds