Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tugas dan tanggung jawab, yakni memimpin, memelihara, dan memakmurkan bumi. Sehingga, untuk dapat menjalankan tugas dan amanah tersebut, manusia harus memiliki iman yang kuat, ilmu, serta keahlian.
Dengan demikian, manusia dapat menjalankan aktivitas pekerjaannya secara profesional dan terhindar dari hal-hal yang menyesatkan, jika memiliki ilmu dan menekuni bidang keahliannya serta memiliki iman yang kuat.
Pendidikan Tinggi menjadi tumpuan untuk menghasilkan calon pemimpin negeri ini, yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa. Sehingga, menjadi sangat penting untuk membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan ilmu dan agama dalam kurikulum Pendidikan Tinggi.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin telah memberikan pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, Al-Qur’an dan hadis tidak hanya merupakan pedoman hidup, namun juga sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Pada era revolusi 4.0, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan yang sangat cepat. Sedangkan, agama bergerak dengan lambat. Karena, terjadi ketidakharmonisan dan dikotomi antara ilmu dan agama. Padahal, Islam mampu menjawab tantangan perubahan zaman.
Degradasi moral yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka kriminalitas, berkembangnya prostitusi dan perjudian, serta dilegalkannya hal-hal yang oleh agama sebenarnya dilarang.
Pada pembahasan topik tentang bagaimana peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan, penulis akan mengulas gagasan yang telah disampaikan oleh Prof Imam Suprayogo dalam membangun intergrasi ilmu dan agama berdasarkan pengalamannya sebagai rektor pada Pedidikan Tinggi Islam.
Islam dan Ilmu
Islam mewajibkan umatnya untuk mengembangkan ilmu. Manusia yang berilmu mampu memahami hakikat yang disampaikan melalui firmanNya di dalam Al-Qur’an. Dalam Islam, Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan sumber ilmu.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup telah mengatur segala aspek kehidupan. Baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia, alam semesta, serta ilmu. Sebagai sumber ilmu, Al-Qur’an mengandung konsep-konsep sains, sosial, dan teknologi.
Pandangan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu telah disampaikan oleh cendekiawan muslim terdahulu yaitu Imam al-Ghazali. Dia mengutip dari Ibnu Mas’ud bahwa jika seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern, maka selayaknya merenungkan Al-Qur’an.
Isyarat, perintah, dan manfaat untuk mengembangkan ilmu banyak terdapat pada ayat yang ada di dalam Al-Qur’an. Manusia harus dapat mempelajari, merenungkan, memikirkan, serta melakukan telaah dengan menggunakan akal dan pikirannya untuk mengungkapkan isyarat pada ayat-ayat Al-Quran.
Sebagaimana firman Allah pada QS 96:1 yang memerintahkan umat manusia untuk membaca. Membaca di sini tidak hanya dimaknai membaca tulisan, namun diharapkan umat manusia dapat membaca, mempelajari, menelaah, menyampaikan ayat pada Al-Qur’an dan hadis. Serta, fenomena atau kejadian yang ada di alam semesta yang dilandasi keimanan kepada Allah.
Ilmu yang dipelajari haruslah memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. Selain itu, manusia juga mempunyai kewajiban untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari serta menyebarkan atau mengajarkannya kepada orang lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia juga harus mampu melawan hawa nafsu untuk mementingkan kehidupan duniawi, dan hanya mengharapkan keridaan Allah.
Ilmu dan Iman
Ilmu merupakan hasil dari suatu proses pencarian kebenaran terhadap fenomena yang ada di alam semesta melalui suatu metodologi yang sistematis. Dengan ilmu, akan dihasilkan suatu teknologi dan peradapan yang nantinya akan membantu manusia dalam menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi.
Ilmu dalam Islam tidak hanya sekedar mempergunakan akal dalam pengembangan ilmu, namun juga dapat sebagai sarana untuk melakukan kajian dan penyelidikan tentang kebesaran Allah.
Manusia dapat melakukan tadabbur apabila hasil temuannya membawa kepada kekaguman, pengakuan serta rasa syukur terhadap kebesaran, kesempurnaan nikmat, dan ciptaan-Nya. Dengan ilmu akan mendekatkan manusia kepada sang pencipta, sehingga akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Ilmu dan iman tidaklah bertentangan, namun saling melengkapi. Ilmu dapat memberikan petunjuk jalan yang membimbing umat manusia ke arah iman kepada Allah, sebagaimana firman Allah pada QS 34:6.
Bahkan Allah juga mensejajarkan iman dan ilmu sebagaimana firman Allah pada QS 58:11. Iman tanpa ilmu bisa menjadikan manusia terbelenggu oleh kebodohan. Demikian juga sebaliknya ilmu tanpa iman dapat merusak, menghancurkan, dan memusnahkan.
Integrasi Islam dan Ilmu
Ilmu tidak bisa terlepas dari agama. Integrasi agama di dalam perkembangan ilmu tidak hanya tertuang dalam kurikulum. Namun lebih mengutamakan bagaimana integrasi ilmu dan agama dapat membentuk integritas manusia. Baik sebagai mahluk sosial maupun dalam aspek kehidupan yang utuh dan meyeluruh. Baik untuk kehidupan di dunia maupun diakhirat.
Saat ini, upaya untuk mengintegrasikan ilmu dan agama dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mudah. Karena, memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kebenaran dari fenomena alam.
Ilmu merupakan suatu kebenaran yang diperoleh dari hasil melakukan observasi, pengukuran tehadap suatu fenomena. Sedangkan, Islam merupakan suatu kebenaran yang bersifat mutlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadis.
Islam, mendorong umatnya mempergunakan akal untuk mengasah kemampuan berpikirnya. Kajian dan penyelidikan untuk mengembangkan ilmu senantiasa berpedoman kepada Al-Qur’an.
Setiap muslim harus memiliki sifat-sifat keilmuan, yaitu berpikir kritis. Ia harus terbuka dalam menerima kebenaraan dari manapun datangnya dan senantiasa menggunakan daya nalar. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah QS 17:36, QS 39:18, QS 10:10.
Ilmu yang bersandar kepada Allah dan memegang asas nilai, etika dan akhlak, akan melindungi manusia untuk tetap ingat akan kebesaran Allah, amanah terhadap kebaikan dan kemanfaatan ilmu. Hal ini menggambarkan bahwa Islam dan ilmu tidak bertentangan.
Ilmu dan agama dapat dipadukan, namun bukan berarti dicampuradukkan, karena keduanya tidak boleh dilihat secara terpisah. Al-Qur’an sebagai sumber yang yang bersifat universal, tidak menjamah permasalahan yang bersifat teknis, sehingga Al-Qur’an masih relevan dengan perkembangan zaman.
Permasalahan yang bersifat teknis akan diselesaikan oleh ilmu yang bersumber dari proses pengamatan, intervensi dan penalaran logis, sehingga kebenaran ilmu bersifar relatif dan akan berubah-ubah tergantung pada dukungan data dan rasio yang menopang.
Namun jika diketemukan bukti lain, maka akan meruntuhkan kebenarannya. Sehingga, integrasi kedua jenis kebenaran ini sangat dibutuhkan dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan.
***
Dalam perspektif kurikulum integrasi ilmu dan agama menurut Imam Ghazali digambarkan dalam bentuk pohon besar yang rindang, dengan akar yang menghujam ke bumi. Batangnya kokoh dan besar, berdahan dan ranting serta daun yang lebat akhirnya akan berbuah yang sehat dan segar.
Akar yang kuat menghunjam ke bumi diibaratkan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia yang melakukan kajian Islam yang bersumber Al-Qur’an dan hadis, yakni kemampuan berbahasa Arab, Inggris, logika, ilmu alam, dan ilmu sosial.
Bagian batang menggambarkan objek kajian Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis, pemikiran Islam, dan sirah nabawiyah dan atau sejarah Islam.
Sedangkan dahan, ranting, dan daun yang jumlahnya cukup banyak, menggambarkan disiplin ilmu atau kelompok ilmu. Buah pohon menggambarkan hasil kegiatan kajian agama yang mendalam dan ilmu pengetahuan yang cukup, yaitu iman, amal saleh, dan akhlakul karimah.
Pohon besar juga menggambarkan batang ilmu yang harus tumbuh pada tanah yang subur tetapi padat. Jika batang sebagai gambaran aspek akademik, maka tanah yang gembur tetapi padat digunakan untuk menggambarkan bangunan kulturalnya.
Akademik tanpa dibarengi dengan pengembangan kultural, khususnya kajian Islam, akan berdampak pada kekuatan dan kekokohannya. Sari pati makanan yang terhimpun oleh akar, selanjutnya akan dikirim ke seluruh sistem pohon yakni batang dahan, ranting dan daun, yang selanjutnya dengan bantuan sinar matahari daun akan mengolah saripati makanan atau diasimilasi, dan hasilnya akan dikirim ke seluruh bagian pohon sebagai energi yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup pohon tersebut.
Sarjana sebagai luaran dalam Pendidikan Tinggi, secara sosiologis tatkala mengabdi kepada masyarakat, akan dipercaya untuk melakukan kepemimpinan baik sosial dan keagamaan. Kemampuan ini hanya akan berkembang dalam proses pembiasaan sehari-hari dalam proses pendidikan, yang selanjutnya disebut sebagai kekuatan kultural.
***
Metafora tentang pohon diatas, menyerupai dengan pandangan ilmuan Islam yaitu Imam al Gahzali, bahwa ilmu agama bagi semua orang adalah merupakan kewajiban pribadi fardhu ayn, sedangkan mendalami ilmu umum seperti kesehatan, teknik, pertanian, perdagangan dan lainnya merupakan fardhu kifayah. Model konseptual integrasi ilmu dan agama diharapkan menjadi integrasi yang kokoh.
Seseorang yang mendalami sumber-sumber ajaran Islam akan memperoleh inspirasi yang bersifat deduktif untuk mengembangkan ilmu yang diminati dan akan ditekuni.
Demikian pula sebaliknya, pengusaan ilmu yang ditekuni juga akan memberikan sumbangan sebagai upaya memperluas pemaknaan terhadap Al-Qur’an dan hadis.
Islam juga memiliki peran untuk memberikan nilai tentang metode atau cara bagaimana pendidikan berlangsung dengan baik. Selain itu, Islam juga dapat digunakan untuk melakukan standarisasi ilmu pengetahuan dengan mengintegrasikan ilmu umum dan agama.
Integrasi Islam dan ilmu bukan berarti mengislamkan atau mengkonversi ilmu pengetahuan umum ataupun yang bernuasa non Islam menjadai Islam. Namun lebih kepada menjadikan ilmu pengetahuan berdiri di atas pondasi, landasan, dasar, atau pilar agama.
Hal ini dikarenakan Islam berdasarkan pada pemilik segala ilmu yang ilmu-Nya mencakup segala sesuatu yang ada di alam semesta.
Berdasarkan kajian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa integrasi Islam dan Ilmu menjadi penting. Islam dan Ilmu akan menjalankan peran masing-masing, sehingga ilmu pengetahuan berkembang.
Selain itu, Islam juga akan memberikan pondasi moral dan etika yang kokoh bagi Ilmuwan, sehingga Ilmu yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
Daftar Pustaka
Darwis A. Soelaiman. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (1st ed.; R. S. Putra, ed.). Aceh: Bandar Publishing.
Hidayatullah, F. S. (2013). Orientasi Pengembangan Ilmu Dalam Perspektif Islam. Jurnal Sosioteknologi, 12(30), 540–558. https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.12.30.6
Iryani, E. (2017). Al- Qur’an Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 70.
Nugraha, M. T. (2020). ِIntegrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu Pengetahuan Umum Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Al Hikmah: Jurnal Agamadan Ilmu Pengetahuan, 17(1), 29–37.
Rostitawati, T. (2017). Transmisi ilmu dalam tradisi islam. Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 61–71.
Suprayogo, I. (2016). Membangun Integrasi Ilmu dan Agama: Pengalaman UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Batusangkar International Conference, 1(October), 27–46.
Supriatna, E. (2019). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Soshum Insentif, 2(1), 128–135.
Syahri, A. (2019). Spirit Islam dalam teknologi pendidikan di era revolusi industri 4.0. Attarbiyah, 28, 62. https://doi.org/10.18326/tarbiyah.v28i0.62-80
Editor: Yahya FR