Tarikh

Tiga Pilar Emas Turki Utsmani

3 Mins read

Istilah ‘tiga pilar emas’ ini ditujukan untuk empat orang pemimpin paling cakap dan tangguh dari Dinasti Turki Utsmani, mereka adalah Muhammad al-Fatih, Salim I, dan Sulaiman al-Qanani. Karena, mereka mampu memberikan dampak signifikan bagi era keemasan bagi dinasti orang-orang yang berasal dari Tartar ini.

Bagaimana tidak, abad keemasan pada abad pertengahan di dunia dipegang oleh Dinasti Turki Utsmani melalui ‘tangan besi’ mereka secara beruntun. Sehingga, Islam sangat dihormati oleh bangsa lain terutama bangsa Eropa saat itu.

Hal ini sejalan dengan Dinasti Turki Utsmani telah mampu menguasai sebagian wilayah Eropa, Afrika, dan Asia. Penguasaan bersifat politis itu, tidak hanya merupakan formalitas kekuasaanya semata. Tetapi, hampir memberikan pengaruh atau dampak bagi kekuatan Islam abad pertengahan.

Sehingga, kekuasaan Islam melalui Dinasti Turki Utsmani menjadi tameng dan benteng kuat dalam mempertahankan Islam saat Eropa mulai mengalami kebangkitan. Dengan semangat jiwa Kristen mereka untuk menghancurkan Islam secara perlahan-lahan di kawasan Eropa dan Asia.

‘Tiga pilar emas’ Dinasti Turki Utsmani ini dimulai dari sosok Muhammad al-Fatih berhasil menaklukan Konstatinopel pada 29 Mei 1453 M.

Selain itu, Muhammad al-Fatih  berhasil menaklukan Venish, Italy, Rhodos, dan Cremia dikenal dengan ‘Konstatinopel II’. Muhammad al-Fatih digantikan oleh Bayazid II sebagai sultan kemudian dilanjutkan oleh anaknya bernama Salim I dikenal sangat kejam (the Grim).

Hal ini karena melawan ayahnya dan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya dalam perebutan tahta. Salim I juga berhasil menaklukan Asia Kecil, Persia, Kaldiran, dan Mesir (Karim, 2019, hal. 313-314).

Kemudiian Salim I digantikan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M), ia sebagai penguasa Dinasti Turki Utsmani berhasil dikenal pembawa puncak kejayaan Islampaling masyhur pada abad ke-16 (Karim, 2019, hal. 314).

Baca Juga  Dinasti Ottoman (5): Sultan Bayezid Yıldırım, Wafat dalam Tawanan

Masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni, Dinasti Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan dan kekuatan baik darat maupun laut. Dia adalah sultan yang cerdas, adil, mulia, pandai, dan banyak melakukan kebijakan-kebijakan penting.

Seperti menyusun undang-undang, melakukan rekonsiliasi, mengatur polisi, mendirikan madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi serta berbagai bangunan megah, yang paling termasyhur adalah Masjid Sulaimaniyah (Zulfikar, 2018, hal. 75).

Bidang Politik-Militer

Muhammad Al-Fatih memimpin Dinasti Turki Utsmani berhasil menaklukkan kota Konstantinopel melalui strategi mendirikan benteng Rumeli. Dia merangkul Orban (ahli meriam dari Hungaria) untuk membuat meriam sangat besar bertujuan untuk menyerang benteng Konstatinopel.

Selain itu, Muhammad Al-Fatih melakukan perjanjian dengan musuh-musuhnya seperti Venesia, Majd, Galata agar tidak mengintervensi serangan tersebut. Saat hari tiba penaklukan Konstantinopel berada dalam cengkraman pasukan Islam hingga menghancurkan benteng Thodesius di Edirne hingga masuk ke sekitaran inti istana.

Kemudian masa Salim I menjadikan Mazhab Sunni mendominasi di Asia Kecil setelah berhasil mengalahkan pasukan Ismail Ad-Darbili pada Perang Chaldiran (al-Shallabi, 2017, hal. 362).

Salim I berperang melawan Dinasti Mamluk (dipimpin Qanshus Al-Ghauri) di Marj Dabiq tahun 1517 M (pinggir kota Aleppo) dengan kemenangan pasukan Salim I, Setelah itu, Mesir masuk kedaulatan Dinasti Turki Utsmani hingg Haramain, dan Yaman. Kegemilangan atas pencapaian tersebut hingga membuat wilayah Dinasti Turki Utsmani menjadi lebih luas dibandingkan sebelumnya (al-Shallabi, 2017, hal. 386).

Selanjutnya, ketika Sulaiman al-Qanuni menghadapi banyak gempuran Eropa, dia membagi pasukannya menjadi tiga barisan sepanjang 10 KM. Pasukan Jenissari diletakkan di garis depan guna menghadapi gempuran langsung pihak musuh.

Baris kedua diisi oleh kavaleri dan infanteri (pasukan pejalan kaki) dilengkapi persenjataan ringan dan bagian barisan ketiga diisi Sulaiman al-Qanuni dengan pasukan meriam (Hanifah, 2017 , hal. 75)

Baca Juga  Apakah Benar Islam di Turki Dipolitisasi?

Ketika Sulaiman al-Qanuni menaklukan Spanyol dengan mempercayakannyakepada Khairuddin Barbarossa (gelarnya ‘Qabudan Pasya’, gelar tertinggi Armada Kelautan Turki Utsmani); menteri kelautan (Zulfikar, 2018, hal. 95-96).

Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni telah mencapai puncak kemegahannya dan meluas dari Persia di timur hingga ke Aden bagian Selatan. Dinasti Turki Utsmani telah berhasil melemahkan Venice dan menguasai beberapa kepulauan Archipel dan pulau-pulau lainnya di Laut Tengah.

Bidang Ekonomi-Perdagangan

Keadaan perekonomian Dinasti Turki Utsmani mengalami peningkatan masa Sulaiman al-Qanuni. Daerah-daerah taklukannya mampu menjadi salah satu sumber ekonomi dinasti. Hal ini dikarenakan dalam setiap keberhasilan, dinasti mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan pajak.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika Dinasti Turki Utsmaniyah mendapat kemajuan ekonomi melalui perdagangan  (Hanifah, 2017 , hal. 106).

Sebagai contoh kegiatan perdagangan itu adalah adanya kerja sama perdagangan antara Dinasti Turki Utsmaniyah dan Inggris, Genoa, dan Venesia dalam jual beli jagung, kacang-kacangan dan timah pada abad ke-16 M.

Kemajuan dalam bidang ekonomi sama besar dan kuatnya dengan kemajuan dalam bidang politik dan militer. Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan Dinasti Turki Utsmaniyah untuk membangun perekonomian kuat dan maju (Hanifah, 2017 , hal. 106).

Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting pusat perdagangan dan perekonomian berhasil jatuh ke tangannya.

Setelah  mengambil alih jalur perdagangan India yang dulu dikuasai oleh Portugis. Atas dasar tersebut akhirnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni dapat leluasa mengendalikan perdagangan di kawasan tersebut selama abad ke 16 M (Hanifah, 2017 , hal. 103).

Sejak dikuasainya Laut Hitam, Aegean, dan Mediterania sebagai jalur perdagangan laut yang sangat strategis, terutama untuk jalur distribusi hasil produksi yang mereka kembangkan ke dunia luar.

Terdapat sentra-sentra kota industri pada waktu itu muncul, seperti Mesir dengan produksi kain sutera dan katun, Anatoni dengan produksi bahan-bahan tekstil, dan sebagainya.

Baca Juga  Jamaluddin Al-Afghani (12): Menyuarakan Pan-Islamisme dari Istambul

Di samping itu juga mereka merupakan negara pertanian (agraris) yang subur dengan hasil buminya, seperti Syiria menghasilkan beras, sayuran, terigu, dan gula bahkan beberapa daerah lainnya juga kaya dengan hasil buah-buahan. Hasil-hasil ini mereka pasarkan melalui Laut Hitam. Mekah juga merupakan sarana peningkatan ekonomi penting saat pelaksanaan haji (Silvinani, 2020, hal. 51).

Berdasarkan kemajuan-kemajuan Dinasti Turki Utsmani di atas, tentunya dinasti ini telah memberikan dampak sangat positif bagi keberlangsungan kekuasaan Islam, sehingga Islam menjadi disegani di daratan Eropa yang dikenal selama ini sebagai basis wilayah umat Kristen.

Editor: Yahya FR

Johan Septian Putra
38 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds