Tafsir

Ragam Tafsir Ayat Musibah dalam Al-Qur’an

3 Mins read

Musibah dalam Al-Qur’an | Kehidupan manusia memang tak bisa lepas dari yang namanya musibah. Musibah dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Tiba-tiba bisa terjadi banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan bencana alam lainnya. Serta, bencana yang menimpa manusia seperti rumah terbakar, kecelakaan, penyakit dan lain-lain.

Seorang yang mendapatkan musibah cenderung beranggapan bahwa musibah adalah penderitaan dalam kehidupan. Padahal, musibah yang datang tidak serta-merta sebagai hal yang buruk. Datangnya musibah juga dapat mengandung hikmah.

Dari musibah dan kesulitan dapat melahirkan beberapa manusia dengan predikat bermacam-macam. Karena, gemblengan dan pelajaran dari sebuah musibah mampu membuat seseorang menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, kita sering mendengar ungkapan “Semakin tinggi kedudukan seseorang, maka semakin berat pula ujiannya”. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya telah banyak menjelaskan secara detail tentang konsep musibah.

Definisi Musibah

Dalam kitab Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an karya al-Raghib al-Ashfahani, musibah berasal dari kata dasar صوب , yang memiliki makna الرمية atau lemparan, dan juga berasal dari kata اصاب yang artinya menimpa.

Al-Asfahani menjelaskan, kata اصاب bisa berarti menimpa dengan kebaikan seperti turunnya hujan dan bisa juga berarti menimpa dengan keburukan seperti terkena panah.

Senada dengan al-Asfahani, Prof. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa musibah sebenarnya mencakup segala sesuatu yang terjadi, baik positif maupun negatif, baik anugerah maupun bencana. Tetapi kata tersebut populer digunakan untuk makna bencana.

Dalam kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an dijelaskan bahwa kata musibah dalam berbagai bentuk derivasinya disebutkan sebanyak 77 kali. Khusus dalam bentuk kata “musibah” sendiri disebutkan sebanyak 10 kali di dalam Al-Qur’an, yaitu di dalam QS. al-Baqarah [2]: 156, QS. Ali ‘Imran [3]: 165, QS. an-Nisa [4]: 62, 72, QS. al-Ma’idah [5]: 106, QS. at-Taubah [9]: 50, QS. al-Qasas [28]: 47, QS. asy-Syura [42]: 30, QS. al-Hadid [57]: 22, dan QS. al-Tagabun [64]: 11.

Baca Juga  Pola Hidup Sehat Perspektif Al-Qur'an

Jadi bagaimana konsep musibah dalam al-Qur’an? Di sini penulis telah memilih beberapa ayat yang menjelaskan tentang konsep musibah, yaitu:

Musibah Terjadi Sebab Perbuatan Manusia Sendiri, QS. Asy-Syura: 30

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu) (Asy-Syura/42:30)

Dalam kitab Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa walaupun ayat di atas dari segi konteksnya tertuju pada kaum musyrik Makkah. Tetapi dari segi kandungannya, tertuju kepada seluruh manusia. Baik perorangan maupun kolektif, kapan, dan di mana pun, baik mukmin atau pun kafir.

Kemudian Quraish Shihab juga mengatakan bahwa ayat ini menggaris-bawahi adanya musibah atau hal-hal negatif yang dijatuhkan Allah menimpa manusia dalam kehidupan dunia ini sebagai sanksi atas pelanggaran mereka.

Namun, demikian bisa saja ada pelanggaran yang ditangguhkan sanksinya di akhirat nanti. Sebagaimana ada juga yang dicukupkan di dunia dan ada yang ganjarannya di terima di dunia sebagai muqaddimah dari sanksi ukhrawi.

Sementara itu, dalam Tafsir Kementerian Agama menjelaskan bahwa ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah mengampuni sebagian besar dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat hamba-Nya sebagai suatu rahmat besar yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya.

Karena kalau tidak, niscaya manusia akan dihancurkan sesuai dengan timbunan dosa yang telah mereka perbuat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk menyikapi musibah adalah dengan cara bertaubat atas segala dosa dan kesalahan.

Musibah Telah Tertulis di Lauh Mahfudz, QS. Al-Hadid: 22

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢

Baca Juga  Nabi Yusuf dan Zulaikha: Cinta Pakai Akal atau Pakai Nafsu?

Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah (Al-Hadid/57:22)

Dalam Tafsir Kementerian Agama ayat ini menerangkan bahwa semua bencana dan malapetaka yang menimpa permukaan bumi, seperti gempa bumi, banjir dan bencana alam yang lain serta bencana yang menimpa manusia. Seperti kecelakaan, penyakit, dan sebagainya telah ditetapkan akan terjadi sebelumnya dan tertulis di Lauh Mahfudz, sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya.

Hal ini berarti tidak ada suatu pun yang terjadi di alam ini yang luput dari pengetahuan Allah dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz. Selain itu, ayat ini merupakan peringatan sebagian kaum Muslimin yang masih percaya kepada dukun dan sebagainya.

Hendaklah mereka hanya percaya kepada Allah saja, karena hanya Dia yang menentukan segala sesuatu. Mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaib, selain dari kekuasaan Allah termasuk mempersekutukan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya.

Musibah Tidak Terjadi, Kecuali dengan Izin Allah, QS. At-Tagabun: 11

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ١١

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (At-Tagabun/64:11)

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah menyatakan tiada sesuatu yang terjadi di alam ini melainkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah. Siapa yang beriman kepada Allah pasti rela pada putusan Allah.

Dengan iman itulah hati akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa yang dikehendaki tidak akan terjadi. Sebagaimana dalam riwayat Muslim, Rasulullah bersabda :

Baca Juga  Hubungan Fujur dan Taqwa dengan Kepercayaan Kita

Sungguh mengagumkan keadaan mukmin itu karena semuanya mengandung kebaikan, apabila ia mendapat kenikmatan, maka ia bersyukur dan hal itu baik baginya dan apabila ditimpa kesengsaraan, maka ia bersabar dan itu baik pula baginya” (HR. Muslim).

Salah satu sikap yang wajib kita miliki saat menghadapi musibah ialah sabar. Jangan sampai kita meninggalkan sikap sabar dengan berputus asa atau berprasangka buruk bahwa Allah tidak akan memberikan kita kebaikan.

Berusaha selalu berpikir positif walaupun sedang dirundung musibah. Tanamkan dalam hati bahwa selalu ada hikmah di balik musibah yang menimpa kita, salah satunya adalah diampuninya dosa-dosa.

Itulah beberapa konsep musibahyang digambarkan oleh al-Qur’an. Musibah dapat terjadi sebab ulah dari manusia itu sendiri. Musibah juga tidak akan terjadi, kecuali atas izin Allah swt., serta kita harus yakin bahwa musibah yang terjadi terhadap kita telah ditetapkan dan ditulis dalam Lauh Mahfudz. Wallahu a’lam.

Editor: Yahya FR

Hafidz Fitranto
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…
Tafsir

Dekonstruksi Tafsir Jihad

3 Mins read
Hampir sebagian besar kesarjanaan modern menyoroti makna jihad sebatas pada dimensi legal-formal dari konsep ini dan karenanya menekankan pengertian militernya. Uraiannya mayoritas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds