Fikih

Gharar: Jual Beli yang Dilarang oleh Islam

3 Mins read

Apakah kalian tau apa itu gharar di dalam jual beli? Atau mungkin pernah mendengar kata gharar di dalam jual beli? Nah, jika kalian belum mengetahui apa itu gharar, yuk simak penjelasannya di bawah ini. Kata gharar berasal dari Bahasa Arab yang artinya penipuan tetapi juga bearti risiko.

Gharar adalah transaksi jual beli yang mengandung ketidakjelasan bagi para pihak. Baik dari segi kuantitas, fisik, kualitas, bahkan objek transaksinya kemungkinan masih bersifat spekulatif.

Ketidakpastian ini melanggar prinsip syariah yang idealnya harus transparan dan memberi keuntungan bagi kedua belah pihak.

Maka dari itu, agama Islam memandang bahwa gharar adalah hal yang merugikan para pihak, terutama pembeli. Hal ini karena jika pembeli sudah membayar terlebih dahulu tanpa melihat objek transaksi, dan ternyata barang tersebut tidak sesuai keinginannya, tentu akan menimbulkan konflik atau kerugian.

Konsep gharar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu, pertama, adalah unsur risiko yang mengandung keraguan, probabilitas dan ketidakpastian secara dominan. Kedua, unsur meragukan yang berhubungan dengan penipuan atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lainnya.

Di dalam Al-Qur’an pun telah dijelaskan dengan tegas melarang semua transaksi jual beli yang mengandung unsur kecurangan dalam segala bentuk terhadap pihak lainnya dalam segala bentuk penipuan, atau memperoleh keuntungan dengan tidak sewajarnya yang menuju ketidakpastian di dalam suatu jual beli dan sejenisnya.

***

Allah telah menjelaskan melalui firmannya di dalam Al-Qur’an Q.s Al-An’am 6:152 yang berbunyi:

وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِۚ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ

Baca Juga  Maaf, Kami Tidak Tarawih Tapi Qiyamu Ramadhan

Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.

Dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah, yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Q.s. al-An’am [6]: 152).

Gharar dilarang dalam agama Islam, maka dari itu melakukan transaksi atau memberikan syarat dalam akad yang ada unsur ghararnya hukumnya dilarang seperti didalam hadist Rasullulah SAW bersabda yang berbunyi Rasulullah SAW, melarang jual beli yang mengandung unsur gharar (Hr. Bukhari dan Muslim).

Maka dari itu kita perlu mengantisipasinya dengan cara mengetahui macam-macam gharar berikut ini:

Jual Beli Benda yang Belum Ada

Contoh dari jual beli gharar adalah ketika benda yang dijual belum ada. Contohnya, seseorang ingin membeli anak sapi yang masih ada didalam perut induknya tetapi tidak menginginkan induknya juga.

Dari contoh tersebut dapat diliat adanya ketidakpastian kemampuan penjual untuk menyerahkan objek transaksi. Namun akan beda lagi jika barang sudah pasti dapat diperoleh seperti jual beli ikan di kolam pribadi dan langsung dilakukan proses penangkapannya maka itu tidak termasuk gharar.

Jual Beli Benda yang Sifatnya Tidak Jelas

Yaitu transaksi tanpa kejelasan sifat objek. Contohnya yang ada di sekitar kita adalah menjual buah jeruk yang masih berada dipohonnya dengan mengatakan bahwa rasa buah jeruknya manis. Padahal, penjual belum memetik dan mencobanya.

Jual Beli Benda yang Tidak Diserahterimakan

Dapat dilihat gharar adalah keberadaan objek transaksi, walaupun kedua belah pihak mengetahui wujud benda yang akan diserahkan.

Baca Juga  Pentingnya Mencatat Jadwal Haid

Namun pada saat akad akan dilakukan, penjual tidak sedang membawa barang tersebut, serta penjual juga tidak mengetahui kapan ia bisa menyerahkan objek transaksi kepada pembeli.

Contohnya adalah jual beli motor yang tidak sedang dikuasai pemiliknya karena dicuri.

Jual Beli Benda yang Tidak Jelas Harganya

Pada jenis ini, unsur gharar adalah pada nominal harga objek transaksi. Misalnya, hari ini, sepasang sepatu merek Z dijual Rp1.7 juta apabila dibayar lunas. Namun jika Anda membeli besok, harganya naik menjadi Rp 2 juta per pasang.

Meskipun gharar adalah salah satu hal yang dilarang dalam jual beli. Akan tetapi pada situasi-situasi tertentu agama Islam tetap memperbolehkan agar lebih mengerti yukk simak penjelasan berikut:

Gharar dalam Jumlah Sedikit Tetap Diperbolehkan

Jika di dalam suatu transaksi jual beli terjadi gharar dalam akad, akan tetapi ghararnya sedikit maka hal tersebut tidak masalah (boleh). Jadi dapat disimpulkan bahwa yang tidak diperbolehkan yang ghararnya banyak, jika ghararnya sedikit maka diperbolehkan.

Kemudian bagaimana cara kita mengitung ghararnya banyak atau sedikit? Salah satu ulama mazhab Maliki yaitu Ad-Dasuqi mengatakan ukuran gharar yang sedikit itu adalah yang dimaklumi oleh orang-orang pada umumnya.

Contohnya seperti ongkos taksi yang di mana penumpangnya ‎tidak tahu berapa nominalnya pada saat naik ‎melainkan baru diketahui setelah sampai di tujuan.

Di sini ada gharar dalam harga, akan tetapi gharar‎nya sedikit dan tidak dipermasalahkan dan ‎penumpang pun tidak merasa dirugikan.

Sebab ‎ongkosnya tidak ditetapkan semaunya oleh supir ‎taksi, tetapi sesuai dengan perhitungan argo yang ‎sudah ada standar hitungan perkilometernya.

Gharar dalam Akad Tabarru’ Tidak Dilarang

Akad tabarru’ adalah akad sosial serta tidak ‎terjadi pertukaran harta secara dua arah dan ‎pelaku akad tidak mengharapkan keuntungan ‎materi, melainkan untuk tujuan kebaikan. Seperti ‎akad hibah, hadiah dan lain-lainnya.

Baca Juga  Apakah Ada Amalan Khusus di Malam Nishfu Sya’ban?

Contohnya hadiah yang dibungkus kertas kado yang di mana pada ‎saat diberikan, penerima hadiah tidak tahu apa isi di kado tersebut. Di sini terjadi adanya gharar. Tetapi karena ‎akadnya adalah hadiah, maka tidak menjadi haram. ‎Penerima hadiah tidak akan merasa dirugikan, ‎sebab hadiah itu gratis.

Gharar Bukan Dalam Inti Objek Akad

Gharar ini tidak dilarang karena ketidak jelasannya hanya terletak pada pelengkapannya. Contohnya, jual beli pohon yang berbuah, yang ‎mana buahnya masih belum matang.

Jika yang ‎dibeli adalah pohonnya, maka hukumnya boleh ‎meskipun buahnya belum matang. Sebab yang ‎menjadi objek akadnya adalah pohon, buah hanya ‎pelengkap/pengikut. ‎

Sumber Referensi

Rodiah Nur, Efa. 2015. Riba dan Gharar; Suatu Tinjauan Hukum dan Etika Dalam Transaksi Bisnis Modern. Al-Adalah. Vol XII. No 3. Hal 674-662

OCBC NISP. 2021. Gharar dalam Islam; Pengertian, Jenis dan Contohnya. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/11/gharar-adalah. Diakses pada 31 mei 2022

Editor: Yahya FR

Adilah Hasanah
1 posts

About author
Mahasiswa Psikologi Islam di UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Articles
Related posts
Fikih

Bolehkah Mengucapkan Salam kepada Non-Muslim?

3 Mins read
Konflik antar umat beragama yang terus bergelora di Indonesia masih merupakan ancaman serius terhadap kerukunan bangsa. Tragedi semacam ini seringkali meninggalkan luka…
Fikih

Apa Hukumnya Membaca Basmalah Saat Melakukan Maksiat?

2 Mins read
Bagi umat muslim membaca basmalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan segala aktivitas. Mulai dari hal kecil hingga hal besar sangat…
Fikih

Bagaimana Hukum Mengqadha' Salat Wajib?

4 Mins read
Dalam menjalani hidup tak lepas dari lika liku kehidupan. Ekonomi surut, lapangan pekerjaan yang sulit, dan beberapa hal lainnya yang menyebabkan seseorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *