Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada. Salah satu media sosial yang banyak digunakan sampai saat ini adalah WhatsApp, baik dari kalangan tua, muda, hingga anak-anak sudah sangat mahir dalam menggunakannya. Perkembangan medsos yang begitu cepat seringkali meninggalkan jejak digital daripada penggunanya. Lantas, bagaimana jika sewaktu-waktu kita pernah menggibahi orang lain di group WhatsApp?
Lalu pembicaraan atau obrolan itu dibaca banyak orang dan diulang berkali-kali. Bukankah itu adalah sesuatu yang kurang baik dan akan mendatangkan dosa? Bagaimana Islam memandang fenomena-fenomena seperti ini. Apakah Islam membolehkan?
Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Boleh Nggak Ya?
Ngobrol ataupun chat-an di media sosial, salah satunya WhatsApp sering membuat orang lupa diri. Maksudnya, ada pemisahan ataupun ada semacam paradigma yang salah bahwa media sosial itu hanya kehidupan dunia maya, bukan dunia nyata. Jadi, kita boleh saja berbuat apa yang kita sukai, walaupun orang lain tidak suka bahkan tersakiti sekalipun.
Termasuk membicarakan orang lain, fenomena sedemikian memang sudah tidak menjadi hal tabuh dan asing bagi para pengguna medsos. Fenomena demikian sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan lama-lama menjadi kebiasaan.
Menurut fatwa tarjih PP Muhammadiyah, Ghibah atau membicarakan orang lain hukumnya haram. Sebagaimana mengutip dalil di bawah ini:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخْيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian apa itu ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih tahu’. Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah bersabda: ‘jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.’” (HR. Muslim no. 2589)
Membicarakan orang lain tanpa adanya bukti yang jelas dan benar, tentu hal sangat tidak baik dan dilarang. Kalau istilahnya di zaman sekarang adalah jangan mudah percaya dengan berita yang tidak benar (hoaks). Alangkah lebih baiknya apabila berita atau informasi tersebut kita telusuri dan kita cari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
***
Melansir dari laman Tanyajawabagama.com, disebutkan bahwa seorang orang yang beriman dianjurkan untuk menjauhi banyak prasangka. Hal demikian sebagaimana dicantumkan dalam firman Allah di berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمُ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَنْ يَأكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۚ وَاتَّقُوْا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ رَحيمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Kita sebagai orang muslim, tentu harus punya rasa keinggintahuan atau bila perlu menjadi pembaca yang lahap supaya tidak mudah percaya dengan segala informasi dan berita yang tersebar di media sosial. Seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter, Tiktok, dan lain-lainnya.
Pun demikian juga bagi kita yang suka menyebarkan informasi atau berita tanpa tahu bahwa itu benar atau salah. Termasuk menyebarkan informasi atau berita soal teman di group WhatsApp dan memancing pembicaraan, ingatlah akan adanya malaikat yang selalu bersama dan menemani kita.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surah Qaf ayat 18 ini:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Artinya: “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
Kesimpulannya, bahwa segala bentuk obrolan buruk yang ada di media sosial, utamanya di group WhatsApp sebaiknya kita hindari alias tidak ikut membicarakan atau mengumbar-ngumbar kesalahan orang lain. Tentu masih ada pekerjaan ataupun aktivitas yang lebih baik dan bermanfaat untuk kita kerjakan. Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber: Tanya Jawab Agama dan Fatwa Tarjih
Editor: Soleh