IBTimes.ID, Yogyakarta | Hari Pangan Sedunia atau World Food Day jatuh pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya. Melalui momen peringatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran sekaligus perhatian masyarakat dunia terkait pentingnya penanganan masalah pangan baik permasalahan ditinggal nasional, regional maupun global. Sehingga seluruh permasalah pangan yang hadir bisa segera teratasi dan muncul ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Di Indonesia sendiri, masih banyak sekali permasalahan pangan yang belum terselesaikan. Diantaranya adalah krisis pangan yang terjadi pasca pandemic Covid-19 berdampak pada seluruh masyarakat di berbagai lapisan ekonomi, masalah geopolitik Rusia-Ukraina yang menghambat jalur perdagangan beberapa komoditas pangan, hingga ironi ketahanan pangan dengan besarnya impor kacang-kacangan dan gandum.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) turut prihatin atas berbagai permasalahan ketahanan pangan yang saat ini dihadapi oleh negara Indonesia. Melalui Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA), UMY menggelar Talkshow dan Student Fair memperingati Hari Pangan Sedunia dengan mengusung tema “Explore, Experience, Expand”.
Kegiatan Talkshow ini diadakan pada hari Rabu (19/10) bertempat di Gedung Sportorium UMY dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Talkshow ini menghadirkan salah satu narasumber dari Slow Food Yogyakarta yang memang ahli dalam mengamati berbagai permasalahan pangan di Indonesia.
Amalia selaku Ketua Slow Food Yogyakarta banyak membahas mengenai berbagai permasalah pangan negara dan bagaimana seharusnya para mahasiswa menanggapi hal tersebut. Pasalnya, menurut Amalia saat ini Indonesia berada dalam kondisi ketahanan pangan yang ironi.
***
“Indonesia menjadi negara dengan panen raya berlimpah akibat keberagaman tanaman dan makanan yang ada. Namun sungguh ironi, Indonesia tetap melakukan impor besar-besaran pada gandum serta kacang-kacangan. Seharusnya hal tersebut dapat diminimalisir supaya hasil pertanian dari dalam negeri bisa bersaing dengan produk-produk impor. Tuturnya.
Tak hanya sampai situ saja, Amalia juga mengajak para generasi muda khususnya mahasiswa yang hadir dalam Talkshow tersebut untuk berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan dengan memilah makanan. Sebisa mungkin memperhatikan apa yang masuk dalam tubuh kit dan bagaimana proses pengolahannya. Juga bisa turut berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan ketahanan pangan.
Narasumber lain yaitu Lasiyo yang merupakan Petani pIsang turut menuturkan bahwa generasi muda bisa ikut berperan dalam menjaga ketahanan pangan dengan mulai bertani. Mengingat saat ini banyak sekali generasi muda yang enggan bertani karena berpikir pekerjaan ini berat dan sulit dilakukan. Padahal dengan ketekunan dan ketelitian, bertani juga bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah sekalipun dari limbahnya.
Dari kegiatan ini, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM selaku Rektor UMY berharap dapat menyadarkan generasi muda terkait pentingnya berpartisipasi dalam menjaga ketahanan pangan, khususnya mahasiswa UMY di bidang pertanian bisa menerapkan ilmu yang diperoleh agar turut bermanfaat mengatasi berbagai permasalahan pangan di Indonesia.
Reporter: Clean Qurrota