Tafsir

Gempa Cianjur adalah Sunnatullah

5 Mins read

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Sebagaimana kita ketahui bersama, gempa bermagnitudo 5,6 skala Richter telah mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB. Gempa tersebut dirasakan oleh sejumlah wilayah di 3  provinsi yakni Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta.

Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi, dengan magnitudo M5,6 pada kedalaman 10 km.

Berdasarkan informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 107,095 BT dan 6,853 LS dengan magnitudo M5,6 pada kedalaman 10 km. Menurut data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 107,05 BT dan 6,89 LS, dengan magnitudo M5,5 pada kedalaman 10 km. Informasi gempa tersebut dapat kita temukan di situs ini.

Gempa sejatinya merupakan fenomena alam atas kuasa Tuhan. Bagi orang Islam, semua fenomena alam tidak boleh dilepaskan dari kuasa Allah Swt. Oleh karenanya, dalam studi Islam, ada terma khusus untuk menyebut peristiwa alam yakni sunnatullah.

Artikel singkat berikut mencoba menjelaskan tentang konsep sunnatullah, meliputi pengertian dan sifat-sifatnya. Dalam penjelasannya, penulis mengkotekskannya dengan fenomena gempa Cianjur. Berikut uraian selengkapnya.

Pengertian Sunnatullah

Term سنة الله merupakan gabungan dari dua kata dasar yakni kata سنة dan الله. Kedua kata tersebut menyatu menjadi kata majemuk atau dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan مضاف مضاف اليه. Menurut KKBI V daring, kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan kata yang bukan kata majemuk.

Secara etimologi, kata سنة bermakna ketentuan, sehingga frase سنة الله dapat diartikan sebagai ketentuan Allah. Adapun secara terminologi, banyak pakar yang memaksudkan kata majemuk سنة الله ini dengan peristiwa alam. Di antara pakar tersebut adalah Ustadz Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim Ph.D. almarhum.

Dalam bukunya yang berjudul Islam Sistem Nilai Terpadu, Ustadz Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim Ph.D. memberikan informasi bahwa terdapat tiga sifat utama sunnatullah yang diungkapkan dalam Al-Qur’an. Ketiga sifat tersebut ialah pasti, tetap, dan obyektif. Uraian singkat terhadap ketiganya sebagai berikut.

Pertama, Sunnatullah itu Pasti

Informasi tentang sifat pasti dari sunnatullah dapat kita jumpai dalam QS. Al-Furqan ayat ke-2 dan QS. Al-Thalaq ayat ke-3. Allah berfirman dalam QS. Al-Furqan ayat ke-2 sebagai berikut.

Baca Juga  Apakah Gempa Bumi Murni Kehendak Allah?

الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

“(Yaitu Zat) yang milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, (Dia) tidak mempunyai anak, dan tidak ada satu sekutu pun dalam kekuasaan(-Nya). Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.” (Terjemah Kemenag 2019)

Wawasan tentang sifat pasti sunnatullah dalam ayat di atas, kita singkap dari frasa وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا. Dari frasa itu, kita memperoleh pemahaman bahwa semua ciptaan Allah termasuk peristiwa alam memiliki sifat tertentu (pasti).

Informasi tentang kepastian sunnatullah pada ayat di atas merupakan jaminan, sehingga memudahkan bagi manusia dalam membuat perencanaan berdasarkan perhitungan yang akurat.

Siapapun yang memanfaatkan sifat sunnatullah tersebut dalam perencanaan kehidupan, maka ia akan memperoleh dampak positifnya daripada dampak negatifnya. Dalam perencanaan hal perencanaan tersebut, manusia tidak perlu meragukan ketepatan perencanaannya. Mengapa demikian? karena Allah telah menjamin keakuratannya.

***

Ayat lain yang membincang tentang sifat pasti sunnatullah adalah ayat ke-3 dari surah al-Thalaq. Allah berfirman dalam QS. Al-Thalaq ayat ke-3 sebagai berikut.

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Terjemah Kemenag 2019)

Wawasan tentang sifat pasti sunnatullah dalam ayat di atas, kita jumpai dalam frasa “قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا”. Frasa tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa semua hall mempunyai sifat tertentu. Karena memiliki watak tertentu, maka kita bisa mempelajarinya hingga diperoleh pemahaman yang utuh akan sifat-sifatnya. Dengan memahami karakternya secara utuh, kita dapat lebih bersahabat dengannya, sehingga efek positif yang kita peroleh lebih besar daripada efek negatifnya.

Dalam konteks gempa, hukum-hukum kepastian gempa dapat dipelajari dalam ilmu geologi. Pada konteks suatu wilayah yang dikitari oleh lempeng tektonik aktif, seperti Indonesia, memahami hukum-hukum gempa merupakan keniscayaan. Manakala hukum-hukum tersebut kita taati, in syaa-a Allah, kita akan dapat meminimalkan dampak negatifnya.

Dalam konteks gempa Cianjur, pemahaman akan kondisi geologi Cianjur menjadi hal penting. Di situs web-nya, Kementerian ESDM memberikan informasi bahwa lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede. Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan terhada gempa bumi. Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Baca Juga  Syukur Yes, Kufur No: Menjadi 'Abdan Syakura'

Kedua, Sunnatullah itu Tetap

Sifat kedua dari sunnatullah ialah tetap. Dalam Al-Qur’an, warta tentang tetapnya sunnatullah kita temukan dalam QS. Al-An’am ayat ke-115 & QS. Al-Isra’ ayat ke-77. Allah berfirman dalam QS. Al-An’am ayat ke-115 sebagai berikut.

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَّعَدْلًاۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Telah sempurna kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan (mengandung) kebenaran dan keadilan. Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Terjemah Kemenag 2019)

Informasi tetapnya sunnatullah dalam ayat di atas, dapat kita temukan dalam frase “لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖ”. Dari frase tersebut, dapat kita pahami bahwa sunnatullah itu tidak berubah terhadap waktu. Jikapun berubah, maka perubahannya terjadi dalam waktu yang relatif lama.

Sementara itu, dalam surah al-Isra’ ayat ke-77, Allah SWT berfirnan sebagai berikut.

سُنَّةَ مَنْ قَدْ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُّسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيْلًا ࣖ

“(Yang demikian itu) merupakan ketetapan (bagi) para rasul Kami yang benar-benar Kami utus sebelum engkau) dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.” (Terjemah Kemenag 2019).

Pada ayat di atas, informasi tetapnya sunnatullah dapat kita jumpai pada frasa “وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيْلًا”. Frasa tersebut mengonfirmasi bahwa sunnatullah bersifat tetap. Karena sunnatullah bersifat tetap, maka memudahkan kita untuk mempelajari sunnatullah gempa di Indonesia.

Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa di Cianjur diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif. Lokasi sesar aktif tersebut di bagian timur laut zona sesar Cimandiri. Namun demikian, sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui karakteristiknya dengan baik. Di sinilah peluang kita untuk mempelajarinya.

Ketiga, Sunnatullah itu Obyektif

Sifat sunnatullah yang ketiga ialah obyektif. Obyektivitas sunnatullah ini mengisyaratkan pesan bahwa siapa saja yang mematuhi sunnatullah maka ia akan lebih bisa meminimalkan dampak negatifnya. Sebaliknya, ia akan dapat memaksimalkan efek positifnya.

Baca Juga  Empat Hadits Dha’if tentang Pencegahan Virus Corona

Obyektivitas sunnatullah ini berlaku terhadap orang-orang yang memeluk Islam maupun bagi mereka yang beragama lain. Ini menunjukkan sifat al-Rahman dan al-Rahim Allah Swt.

Hukum-hukum dalam sunnatullah gempa, jika ditaati oleh semua orang (muslim dan non-muslim), maka efek negatifnya dapat diminimalkan. Hasilnya tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat muslim juga, namun juga akan dirasakan oleh masyarakat non-muslim. Selain itu, hukum-hukum dalam sunnatullah gempa, jika dipatuhi, maka semua makhluk di bumi ini akan memperoleh manfaatnya secara optimal.

Gempa Cianjur telah berefek negatif bencana korban jiwa, luka-luka, kerusakan bangunan dan gerakan tanah di wilayah Kabupaten Cianjur. Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi. Kemungkinan besar, inilah faktor penyebab utama banyaknya korban jiwa di gempa Cianjur.

Ke depan, perlu dikembangkan budaya bersahabat dengan gempa. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Jepang. Pemerintah dan penduduk Jepang sangat bersahabat dengan gempa. Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum gempa terjadi, telah mereka siapkan dengan baik. Apa saja yang perlu dilakukan saat terjadi gempa juga telah membudaya. Pun demikian pasca-gempa, semuanya telah dipahami dan dipatuhi. Oleh karenanya, pantaslah jika Jepang dinobatkan sebagai negara paling bersahabat dengan gempa.

Ke depan, bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

Khulasoh

Sifat-sifat sunnatullah (pasti, tetap, dan obyektif) yang melekat di semua fenomena alam termasuk gempa, perlu kita pahami secara benar dan baik. Selain dipahami, sifat-sifat tersebut perlu kita taati.

Wilayah yang masuk ke daerah rawan bencana gempa tinggi dan sedang, maka harus ditingkatkan upaya mitigasinya. Baik melalui mitigasi struktural maupun non struktural.

Saat saudara kita terkena efek negatif sunnatullah, kita dianjurkan untuk membantunya. Oleh karenanya, mari bersama-bersama kita bantu meringankan beban saudara-saudara kita di Cianjur yang sedang mengalami efek negatif gempa 21 November 2022. Semoga dengan solidaritas kita semua, mereka bisa bangkit lebih cepat.

Kita doakan pula, semoga saudara-saudara kita di Cianjur Jawa Barat diberikan kesabaran atas efek negatif gempa yang terjadi pada hari Senin tanggal 21 November 2021. Mudah-mudahan gempa Cianjur menghadirkan sisi positif yang lebih banyak daripada sisi negatifnya. Aamiin

Wa Allah a’lamu bi al-shawab.

Semoga bermanfaat.

Editor: Yahya FR

Avatar
35 posts

About author
Staf Pengajar UIN Sunan Kalijaga, Fakultas Sains dan Teknologi. Santri Pondok Pesantren Islam al-Mukmin Ngruki Tahun 1991-1997.
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds