Perspektif

Perkembangan Islam di Amerika Serikat

5 Mins read

Islam tumbuh dan berkembang di negeri “Uncle Sam” Amerika Serikat ini kisaran abad ke-18 sampai 19 M. Dalam prosesnya, terjadi sekitar 4 periode, yaitu tahun 1875-1912, 1920-1930, 1947-1960, dan 1967-sekarang.

Tentu dalam proses Islamisasi tidak lepas dari dinamika internal spiritual maupun dinamika intelektual. Namun, perkembangan Islam di Amerika Serikat sendiri lebih berkembang di kawasan penghuni berkulit hitam.

Kebanyakan mereka yang menyebarkan Islam ialah dari Timur Tengah. Setidaknya terdapat 2 klasifikasi dalam masuknya Islam di Amerika Serikat. Pertama, Islam datang dibawa oleh imigran dari negara-negara Islam (Timur Tengah) maupun negara yang mayoritas beragama Islam; kedua, Islam diterima atas kesadaran mereka sendiri yang tidak lepas juga dari beberapa faktor, seperti pernikahan, pekerjaan dan pergaulan.

Kebanyakan negara-negara yang datang ke Amerika Serikat ialah negara yang memiliki angka pendidikan dan penghasilan rendah, seperti Libanon, Yordania dan Syiria.

Islam sendiri masuk ke Amerika, tepatnya ke wilayah kawasan Amerika dengan nominasi ras kulit hitam. Salah satu perkembangan Islam di Amerika Serikat ialah dengan berdirinya beberapa organisasi Islam, salah satunya ialah organisasi yang didirikan oleh Elijah Muhammad.

Elijath Muhammad Mendirikan The Nation of Islam

Elijah Muhammad atau bernama Elijah Poole merupakan warga Amerika Serikat kelahiran George tahun 1897. Studi Islamnya terhadap siapa pun begitu sangat kabur, dalam penjelasan Faisal terdapat nama guru yang telah mengajarinya Islam yaitu Wallace Fard.

Dia pernah mengatakan kepada Elijah bahwa ia merupakan bentuk manifestasi Tuhan dalam dirinya dan ia merupakan Mahdi yang dijanjikan. Frad pernah mengatakan bahwa Amerika kulit hitam dahulunya nenek moyangnya ialah beragama Islam. Seperti yang dikutip Faisal Ismail berikut:

“Bahwa masyarakat hitam Amerika adalah beragama Islam secara turun temurun. Kemudian setelah melalui kurun waktu yang beradab-abad lamanya, mereka lantas kehilangan kontak dengan masa lalu mereka, kehilangan kontak dengan Tuhan, dan kehilangan kontak dengan identitas mereka. Karena itu awal gerakan mereka di sebut the Lost-Found Nation of Islam.”

Sehingga, Elijah Muhammad sendiri kemudian menurut Frad ialah utusan Tuhan menyadari fitrahnya yang benar. Elijah Muhammad kemudian dalam perkembangannya mendirikan sebuah organisasi Islam yang bernama The Nation of Islam. Organisasi ini bertujuan untuk menghimpun manusia dan mengajarkannya tentang kemandirian, terutama bidang ekonomi dan organisasi etnik kulit hitam.

Namun, cukup disayangkan bahwa organisasi yang didirikan ini hanya menaungi mereka yang memiliki kulit hitam. Sebab Elijah sendiri beranggapan bahwa mereka yang berkulit putih ialah jahat. Maka, mereka hanya menghimpun orang-orang Islam Amerika yang berkulit hitam.

Baca Juga  Merajut Simpul Ekologi Islam yang Putus

Rasisme tersebut, sempat direspon oleh kawan Elijah yaitu Malcolm X. Tapi perlu diapresiasi dari gerakan bentukan Elijah ini bahwa dengan gerakan the Nation of Islam ini, Islam mampu merangkul umat Islam kulit hitam dari kalangan bawah. Selain itu, gerakan tersebut telah sukses mendirikan masjid-masjid.

Di tahun 1964, Malcolm X berangkat haji, dan di Mekah dia belajar Islam dan mengetahui Islam begitu sangat berbeda dengan Islam yang diajarkan oleh Elijah Muhammad. Sekembalinya dari Mekah, ia mengajarkan Islam dengan tanpa berbau rasisme. Walaupun sebenarnya ia mendapat tekanan dari kulit putih, tapi bukan dengan cara membenci bahwa kulit putih sepenuhnya jahat.

***

Setelah Elijah Muhammad wafat pada 1975, The Nation of Islam diteruskan oleh puteranya yang bernama Warith Deen Muhammad. Warith Deen sendiri tidak merta-merta langsung menjalankan Islam dengan organisasi warisan ayahnya tersebut. Melainkan berdiskusi dahulu dengan kawan ayahnya yaitu Malcolm X. Kemudian Warith Deen mengubah tujuan dari The Nation of Islam yang bertujuan yang hanya milik kulit hitam, kini menjadi organisasi Islam untuk semua kalangan berhaluan sunni ahlussunnah wal jamaah.

Warith Deen kemudian memberikan informasi penting kepada kulit hitam bahwa bukan hanya kalangan tertentu dalam berislam, maka, berbuat baiklah kepada siapapun, bukan kemudian membenci mereka yang berkulit putih.

Bahkan, anggota The Nation of Islam, oleh Warith Deen dianjurkan untuk ikut kegiatan militer AS, bukan menolaknya. Karena itu bentuk rasa cinta tanah air mereka dan menghilangkan bentuk rasisme dalam diri mereka. Maka, di masa Warith Deen banyak perubahan yang ia lakukan. Termasuknya ialah dengan mengubah majalah harian dengan nama “Muhammad Speak” menjadi “Bilalian News” yaitu mengacu pada sejarah di masa Nabi Saw bahwa terdapat sahabat Nabi yang berkulit hitam bernama Bilal bin Rabbah. Dalam perkembangannya, majalah tersebut berganti nama “American Muslim Journal”.

Warith Deen dan American Muslim Mission

Warith Deen terus melakukan pembaharuan dalam organisasi warisan ayahnya itu. Pada tahun 1976, ia mengubah nama dari The Nation of Islam menjadi World Community of Islam in the West. Entah kenapa kemudian di tahun 1980, nama tersebut diganti lagi menjadi American Muslim Mission.

Kesuksesan yang diemban oleh Warith Deen dalam membangun Islam dengan organisasinya tersebut, tidak sepenuhnya didukung oleh anggota lama dari The Nation of Islam. Salah seorang bernama Louis Farrakhan tetap bersikeras untuk mempertahankan ajaran Islam dari Elijah Muhammad dan gerakannya The Nation of Islam untuk tetap eksis dan tetap untuk mengaktifkan The Fruit of Islam atau pengawal dari gerakan tersebut.

Baca Juga  SosioVirologi (2): Prediksi Perubahan Tatapola Kehidupan Akibat Pandemi Covid-19

Namun, ketika dianalisa bahwa kedua gerakan tersebut memiliki power masing-masing. Dengan keberadaan The Nation of Islam, yaitu mampu menarik simpatik masyarakat Amerika kulit hitam dari kalangan bawah. Sedangkan dengan gerakan American Muslim Mission dari Warith Deen mampu menarik simpatik masyarakat Amerika dari berbagai kalangan, termasuk kulit hitam kelas menengah.

Sering dikatakan bahwa kedua kelompok tersebut dipandang sebagai rival satu sama lain. Dan agaknya sulit dalam menyatukan misi Islam untuk merujukkan dan menyatukan dua kelompok tersebut. Justru kemudian dalam perkembangannya, American Muslim Mission mampu membuka cabang-cabang dan mencurahkan sepenuhnya untuk dakwah dan pendidikan serta menyebarkan Islam yang sebenar-benarnya.

Islam di Amerika Serikat Semakin Berkembang

Selain berkembanganya organisasi Islam, direspon juga oleh beberapa kampus yang juga terdapat beberapa mahasiswa asing (imigran) yang beragama Islam. Respon tersebut ialah dengan mendirikan sebuah organisasi mahasiswa Islam yang bernama Muslim Student Association (MSA).

Organisasi mahasiswa Islam ini didirikan tahun 1963 di Universitas Illinois. Tujuan dari organisasi tersebut ialah menghimpun, membina, dan menyatukan mahasiswa-mahasiswa Islam serta mendirikan lembaga-lembaga Islam, yang kesemuannya ialah dimaksudkan untuk memperkenalkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Islam agar lebih dikenal.

Selain itu organisasi tersebut telah bekerja sama dengan beberapa organisasi-organisasi profesi di Amerika Serikat. Selain di Universitas Illinois, MSA juga dibuka di Universitas Calumbia. Di cabang Universitas Columbia sendiri banyak menghimpun mahasiswa Islam dari kawasan Asia, misalnya Pakistan, Irak, India, Malaysia dan Indonesia. Selain MSA, juga terdapat organisasi lainnya, seperti The Islamic Society of North America dan Federation of Islamic Association.

Dari beberapa organisasi-organisasi Islam yang lahir di Amerika Serikat, terdapat pula organisasi Islam dunia yang juga membuka cabangnya di AS, yaitu Muslim World League atau Liga Muslim Dunia yang berpusat di Mekkah. Organisasi Islam ini menaruh kepentingan bagi umat Islam di AS untuk turut serta dalam membangun peradaban umat Islam dunia. Selain itu, bertujuan untuk memelihara persatuan dan kesatuan masyarakat Islam di AS.

Baca Juga  Aktivisme dalam Al-Qur'an

Masa Depan Islam di Amerika Serikat

Masa depan Islam sendiri di AS, melihat beberapa perkembangan organisasi-organisasi Islam, turut mengilhami keberadaan Islam dipuncak kejayaan. Dalam analisa Faisal Ismail, Islam akan menjadi agama besar ketiga di AS setelah Nasrani dan Yahudi.

Ini terbukti di beberapa kota di AS terdapat komunitas Islam yang cukup banyak, misalnya di Dearborn, Michigan sekitar 800.000 migran Muslim, Chicago sekitar 250.000 migran Muslim, New York dan Pantai Timur Amerika terdapat 250.000 kaum Muslim.

Di California yang banyak menampun imigran dari Pakistan dan Iran, mempunyai kurang lebih 250.000 kaum Muslim. Iklim yang sejuk dan nyaman, terutama di Texas, yang begitu banyak menarik minat kaum imigran Muslim dari kawasan Timur Tengah.

Selain itu, American Muslim Mission yang didirikan oleh Warith Deen turut mendorong kemajuan Islam di AS. Ada dua Collage Islam yang didirikan, yaitu The American Muslim Mission Collage di Carolina Utara yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi guru. Yang kedua, The American Islamic Collage  di Chicago.

Menurut Muhammad Abdel Rauf selaku Mantan Direktur Islamic Center dari Wasinghton DC yang telah disarikan oleh Faisal Ismail menjelaskan:

“Kendatipun menghadapi problem-problem yang serius, Islam terus menyebar laksana arus yang dahsyat, menerpa seluruh pintu college dan universitas, dan bahkan menembus tembok-tembok penjara yang tebal. Setiap kali matahari terbit, bersamaan dengan itu muncullah anggota Muslim baru, tidak saja dari anak-anak yang orang tua mereka beragama Islam. Akan tetapi dari mereka yang berlatar belakang non-Islam yang secara suka rela memeluk Islam. Tampaknya masa depan memberikan janji-janji kepada Islam”.

Sumber bacaan:

Faisal Ismail. 2001. Islam, Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana).

Subehan Khalik. 2015. “Sejarah Perkembangan Islam di Amerika”. Jurnal Al-Daulah, Vol. 4, No. 2.

Aminullah Elhady. 2015. “Perkembangan Islam di Amerika: Sebelum dan Setelah Tragedi 11 September 2001”. Jurnal Al-Hikmah, Vol. 13, No. 1.

Faisal Ismail. “Perkembangan Islam di Amerika Serikat”. Jurnal Al-Jamiah, No. 42, 1990.

J. Gordon Melton. “Nation of Islam: Religious Organization”. https://www.britannica.com/topic/Nation-of-Islam

Editor: Saleh

Ahmad Zainuri
24 posts

About author
Ahmad Zainuri, lahir di Jember, 19 Desember 1997. Suka nulis, sejak SMA dan hingga kuliah. Hobi, sepak bola, menulis, makan. Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds