Review

Mulat Sarira: Muhasabah Diri ala Islam Jawa

2 Mins read

Buku Irfan Afifi “Saya, Jawa, dan Islam” merupakan ekspresi kekayaan ide dan situasi bagi praktik mistik menuju kultivasi diri. Irfan Afifi menjadikan kumpulan gagasannya ini untuk validasi secara tepat dalam memahami tata cara kelangsungan hidup, serta memperbaharui kesadaran bahwa keberadaan manusia dan tujuan teologis pada akhirnya dapat ditempuh selama mereka hidup atau berada di dunia ini.

Kebanyakan orang percaya bahwa ajaran Jawa memasukkan aspek-aspek Hindu, padahal ini tidaklah benar. Hal ini terlihat seperti ketika Doktor Cornel menelaah 500 manuskrip di keraton Surakarta, ditemukan bahwa hanya 17 manuskrip yang termasuk Hindu dan 30 kitab yang jelas-jelas bersifat Islam. Pencarian penulis untuk mengidentifikasi atau menyelidiki Islam dan Jawa adalah proses yang panjang dan rumit.

Jawa adalah Islam

Terutama saat dihadapkan dengan tantangan hati dan pikiran yang berbeda yang kadang-kadang tampak bertentangan. Tapi bagaimana mungkin seseorang yang terlalu jauh dan emosional menggambarkan Islam Jawa menjadi tiga varietas yang dipaksakan oleh Clifford Geertz, atau ketika membahas warisan Islam Jawa setelah Jawa terbagi menjadi dua kerajaan besar, Kasunanan dan Kesultanan? Atau bagaimana menjelaskan Jawa yang dulunya merupakan ajaran budaya namun kini menyusut menjadi kejawen?.

Pengertian reflektif dalam mulat sarira lebih dari sekedar teori yang dikemukakan oleh penulis; Dalam situasi ini, Irfan Afifi menyampaikan apa yang diketahuinya dan kemudian menguraikannya secara santun dan tanpa merendahkan.

Dalam aspek lain, ide yang diajukan di dalam karya ini kaya akan gagasan mulat sarira (seperti kebiasaan memahami ilmu rasa). Lebih dari sekedar tanggapan, setiap orang pasti memiliki cita rasa (spiritualitas) yang unik serta mengandung rahasia terdalam.

Sebab dengan latihan-latihan diri, setiap orang akan tahu dan bertemu dengan “diri (nyata)” -nya adalah sebuah hal mungkin. Luasnya amalan seseorang berdampak pada pola pikir seseorang. Secara material, yang terlihat dalam skenario ini adalah pola perilaku terhadap orang lain. Sankan paraning dumadi, dalam situasi ini—individu—mengalami perjalalan filosofis.

Baca Juga  Noorhaidi Hasan: Mendamaikan Konsep Civil Society dengan Islam

Irfan Afifi melihat intelektual kita hanya sedikit yang menghargai latar belakang pemikiran Jawa (tanpa menyadur pemahaman orientalis), dan bahkan lebih banyak mengagungkan pemahaman filosofis Eropa dan Timur Tengah. Maka dari itu, dalam buku ini disertakan pemikir intelektual Jawa (santri) yakni Yasadipura, Ranggawarsita, Suryamentaraman, dan Empu Supa yang kaya akan nilai filosofis.

Keselarasan Diri dan Alam Semesta

Sebagian besar masyarakat menganggap tradisi intelektual Jawa sebagai salah satu bentuk mistisisme, namun menurut Irfan Afifi tidak selalu demikian. Dia benar-benar menempatkan pemikiran dan spiritualitas pada satu proposisi pengetahuan. Bahkan lebih halus.

Kumpulan artikel-artikel ilmiah buku ini berisi banyak salinan wawasan tentang keaslian. Aspek yang paling penting untuk diselidiki dalam setiap bagian dalam buku ini adalah proses analitik itu sendiri. Karena mengenal yang “Sejati” memerlukan aturan berdasarkan diri kita sendiri, introspeksi diri adalah metode mengedarkan kepekaan yang berkembang dalam akal (budi) dan hati setiap manusia.

Alhasil, ia berlaku tidak hanya pada setiap orang –jagad cilik— (mik rokosmos), tetapi juga pada jagad gede atau alam semesta (makrokosmos). Sikap kita terhadap alam adalah manifestasi wordview dari keinginan simpatik kita untuk menjaga lingkungan di sekitar kita, atau bumi pertiwi.

Mungkin sikap konfrontatif terhadap alam dan berbagai konsep serta pengetahuan dan pemahaman (dalam contoh ini, merasa paling bermoral) telah menghalangi kita (manusia) untuk mengalami kasih sayang, seperti yang diajarkan ibu kita ketika kita dibesarkan dengan cinta.

Oleh karena itu, buku ini memberikan beberapa cara untuk membantu kita mengenal diri sendiri secara lebih baik. Karena gagasan interaksi manusia dengan Tuhan dan alam itu sendiri merupakan konsep mulat sarira yang reflektif.

Baca Juga  Menjadi Gundala di Dunia Nyata

Orang-orang adalah rahasia-ku, dan aku adalah bagian dari mereka, Al Insanu Sirri, Wa Ana Sirruhu. Itu adalah ungkapan dari hadits qudsi, yang menunjukkan bahwa manusia memiliki ruang yang tidak dapat dipisahkan dari jangkauan Tuhan.

Mulat sarira adalah metode spiritual personal yang dapat digunakan seseorang untuk menemukan jati diri. Jadi, mulat sarira adalah pancaran man arafa nafsahu arafa rabbahu (muhasabah).

Biodata Buku

Judul buku            : Saya, Jawa, dan Islam

Nama Penulis       : Irfan Afifi

Penerbit                : Tanda Bada

Tahun Terbit         : 2019

Jumlah Halaman : 221

Editor: Soleh

Gerwin Satria Nirbaya
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Minat Kajian Sosiologi Agama dan Kebudayaan
Articles
Related posts
Review

Resensi Buku "Pemilu dan Pilkada 2024"

1 Mins read
Sinopsis Regenerasi kepemimpinan yang menjadi hajatan bangsa setiap 5 tahun sekali harus menjadi momentum penting untuk membawa Indonesia ke masa yang lebih…
Review

Resensi Buku: Kedewasaan Beragama

1 Mins read
Sinopsis Di tengah dunia yang terus berubah dengan segala kompleksitas masalahnya, agama semestinya menjadi semacam oase di tengah padang tandus. Agama menjadi…
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *