Perspektif

Piala Dunia U-20, Umat Islam, dan Ramadan

4 Mins read

Rabu, 29 Maret 2023 FIFA secara resmi mencabut status tuan rumah Indonesia pada ajang bergengsi sepak bola Piala Dunia U-20. Keputusan FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah disinyalir dari penolakan yang dilakukan oleh beberapa pihak terhadap keikutsertaan Israel. Sontak, hal ini membuat jagad raya Indonesia heboh seheboh-hebohnya.

Kejadian ini membelah masyarakat Indonesia dalam dua kubu. Pecah kongsi, ada yang pro dan ada juga yang kontra. Selain itu, bagi seorang Muslim tentu hal ini perlu diperhatikan dengan serius. Kejadian yang terjadi pada bulan Ramadan membuat umat Islam gaduh sana-sini, khususnya di media sosial.

Amarah, kecewa, keras hati, dan ego sektoral yang provokatif dengan mudahnya berselancar di dunia maya. Esensi Ramadan sebagai sarana untuk menahan diri (imsak) dari segala hal yang tidak baik malah diabaikan. Apalagi, ketika kejadian ini melilit banyak aspek dalam kehidupan Indonesia dan Ke-Indonesiaan, yaitu; sosial, politik, agama, dan olahraga.

Pecah Kongsi; Dua Mata Pisau

Perlu kita sadari, Indonesia adalah adalah salah satu negara yang memiliki pemeluk Islam terbanyak di dunia. Indonesia memiliki ikatan emosional yang dalam dengan negara Palestina. Hal inilah yang berakhir menjadi penolakan atas kehadiran bangsa Israel di Indonesia dalam ajang Piala Dunia U-20 ini. Sebab, bangsa Israel dinilai sebagai negara yang menjajah Palestina.

Selain itu, dalam konstitusi negara Indonesia juga telah diatur perihal kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dengan menjunjung tinggi perdamaian dunia. Salah satunya melalui Pembukaan UUD 1945 alenia 1, “bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” (Sabiila, 2022).

Namun, disisi lain kekecewaan mendalam muncul dari para pemain muda Timnas Indonesia yang akan bertanding di ajang tersebut. Terlebih, hal ini dirasakan juga oleh para penggemar sepak bola Indonesia. Berdasarkan hasil survey Ipsos Group S.A paris pada September 2022 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penggemar sepak bola nomor satu terbanyak di dunia dengan persentase 69%. (Sadya, 2022).

Baca Juga  Politik Anak Muda: Wajah Baru Politik Indonesia

Selain menimbulkan kekecewaan dan gagalnya Timnas U-20 Indonesia bermain serta ancaman sanksi FIFA terhadap federasi sepak bola Indonesia (PSSI). Ternyata batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 menimbulkan kerugian yang cukup banyak. Di antaranya adalah persiapan yang menghabiskan banyak uang, potensi pariwisata, dan bisnis hotel. Sandiaga Uno menyebutkan bahwa kerugian yang dialami Indonesia minimal 3.7 Triliun. (Putri, 2023).

Melihat Sejarah Voetbal Indonesia dan Pertaliannya dengan Politik

Deddy Arsya dalam bukunya Merengkuh Djaman Kemadjoean (2022) bercerita tentang gejolak modernitas sebuah kota di Sumatera Barat, yaitu Padang Panjang. Ia menyelipkan sejarah masuknya sepak bola disana. Meskipun buku ini menceritakan sejarah lokal Padang Panjang waktu itu, tapi secara konteks Indonesia sejarah ini berlangsung pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia.

Sepak bola atau voetbal  dikenalkan oleh para sinyo-sinyo Belanda di Padang Panjang pada awal abad 20, sekitar tahun 1900-an. Kebanyakan masyarakat pada saat itu sangat antusias menyaksikan sinyo-sinyo Belanda dalam memaikan benda bundar di kaki itu. Seiring berjalannya waktu, sepak bola mulai dimainkan juga oleh para pribumi, khusunya bagi mereka yang menempuh pendidikan dan mereka yang menjadi ambtenaar (pegawai negri) Belanda.

Menurut Freek Colombijn, sepak bola saat itu adalah sarana untuk memperlihatkan identitas suatu kelompok atas kelompok lainnya. Sehingga, sepak bola sangat kental dengan nuansa politik rasialis yang tajam. Lalu, sepak bola mulai berkembang menjadi sarana pembauran antar etnis dan bangsa di Indonesia. Hal ini bisa kita lihat dari sejarah berdirinya PSSI dan sepak bola sebagai medium melawan penjajahan.

***

PSSI berdiri pada 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Persatuan ini didirikan oleh pemuda-pemudi dari berbagai daerah di Indonesia yang terlibat dalam deklarasi Sumpah Pemuda tahun 1928. Salah satu tujuan berdirinya organisasi ini adalah untuk menyebarluaskan ide-ide anti penjajahan dan kemerdekaan untuk Indonesia.

Baca Juga  Beriman dalam Bahaya Corona

Sebenarnya, pada saat itu pemerintah Hindia Belanda sudah mempunyai juga organisasi yang bernama NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) untuk sepak bola. Oleh karena itu, PSSI dan NIVU sering mengalami gesekan, hal ini terbukti dengan PSSI yang sering mengadakan pertemuan secara sembunyi-sembunyi.

Gesekan itu juga muncul pada jelang helatan Piala Dunia 1938 di Prancis. PSSI dan NIVU sama-sama ingin menjadi salah satu bagian dari ajang bergengsi tersebut. Maka, diadakanlah pertandingan antara tim dari PSSI dan tim NIVU untuk mencari jalan tengahnya. Namun NIVU mengingkari dengan mengambil keputusan secara sepihak. Lalu hanya mengirimkan timnya untuk bertading di Piala Dunia dengan nama Dutch East Indies (Hindia Belanda). (Atmaja, 2022).

Jika kita lihat dari sejarah berdirinya PSSI dan kuatnya tekad untuk mengikuti ajang sepak bola bergengsi di dunia itu. Tentu tidak bisa dilepaskan dari upaya diplomasi untuk memperoleh kemerdekaan. Salah satunya untuk pengakuan dunia atas eksistensi bangsa Indonesia. Meskipun beberapa pemarin dari Dutch East Indies berasal dari kalangan pribumi. Namun itu tidak terlalu memberi dampak yang cukup siginfikan dalam upaya memperoleh kemerdekaan.

Moderasi Sepak Bola Indonesia dan Ke-Indonesiaan

Agaknya, kita perlu melihat kejadian ini dengan jernih. Jangan sampai pro-kontra yang ada membuat kita menjadi terpecah belah sebagai sebuah bangsa yang satu. Apalagi kejadian ini muncul di bulan Ramadan yang penuh berkah dan ampunan.

Pepatah Minangkabau menyebutkan, “sapatah kaji basalisiah, usah surau nan ditinggakan”, sedikit saja pendapat berselisih jangan sampai surau yang ditinggalkan. Artinya, berapapun kuatnya pro-kontra yang terjadi jangan sampai hal ini membuat kita menjadi terpecah belah, saling caci, dan saling maki.

Baca Juga  Dua Cara Membangun Iklim Positif di Lingkungan Sekolah

Oleh karenanya, kita perlu mengambil langkah moderat (tengahan) atas kejadian ini. Niscayanya, jalan moderat diambil untuk mengintropeksi, mengevaluasi, dan memperbaiki segala hal yang telah terjadi bil hikmah wal mau’izah wal mujadalah al-hasanah. Nasi telah menjadi bubur, keputusan telah dilayangkan, lobi tak jua menemui jawaban. Maka, sepak bola Indonesia harus berbenah.

Perihal tragedi Kanjuruhan, mafia sepak bola, insfrasturktur sepak bola, lembaga atau sistem persepakbolaan Indonesia, dan roadmap sepak bola Indonesia yang harus lebih jelas. Perlu juga kita sadari sebelumnya, keikut sertaan Timnas Indonesia dalam Piala Dunia U-20 bisa dikatakan karena prestasi diplomasi politik. Bukan sepenuhnya, karena prestasi sepak bola Indonesia secara olahraga. Wallahu ‘Alam.

Referensi

Arsya, D. (2022). Merengkuh Djaman Kemadjoean. Yogyakarta: Penerbit Tanda Baca.

Atmaja, A. (2022, april 19). Sejarah Panjang Lahirnya PSSI: Sumpah Pemuda, Soeratin, dan Perlawanan Lewat Sepak Bola. Retrieved from bola.com: https://www.bola.com/indonesia/read/4942168/sejarah-panjang-lahirnya-pssi-sumpah-pemuda-soeratin-dan-perlawanan-lewat-sepak-bola

Putri, R. S. (2023, april 1). Ini Efek Ngeri RI Batal Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA. Retrieved from cnbcindonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230401131629-33-426415/ini-efek-ngeri-ri-batal-tuan-rumah-piala-dunia-u-20-fifa

Sabiila, S. I. (2022, Maret 21). Teks Undang-undang Dasar 1945: Pembukaan hingga Maknanya. Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/berita/d-5993895/teks-undang-undang-dasar-1945-pembukaan-hingga-maknanya#:~:text=Bahwa%20sesungguhnya%20Kemerdekaan%20itu%20ialah,sesuai%20dengan%20perikemanusiaan%20dan%20perikeadilan.

Sadya, S. (2022, desember 9). Penggemar Sepak Bola Indonesia Terbanyak di Dunia pada 2022. Retrieved from dataindonesia.id: https://dataindonesia.id/ragam/detail/penggemar-sepak-bola-indonesia-terbanyak-di-dunia-pada-2022

Editor: Soleh

Ramadhanur Putra
12 posts

About author
Ramadhanur Putra, lahir di Matur, Kab.Agam, Sumatera Barat pada 14 November 2001. Rama menempuh pendidikan dasar di kampung halaman, kemudian mondok di Ponpes Tahfidzul Quran Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka. Selama sekolah, Rama aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan mengakhiri pengabdiannya pada tahun 2020 sebagai Ketua Umum PD IPM Bukittinggi. Sekarang Rama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Program Studi PAI. Ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, menjadi bagian dari forum diskusi ‘Komunal_YK’, alumni SILAM Angkatan II (Sekolah Pemikiran Islam) dan juga forum Baret Merah Angkatan XX di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *