Review

Thomas W. Arnold: Orientalis yang Adil Ketika Menilai Islam

4 Mins read

Thomas Walker Arnold atau biasa dikenal sebagai Thomas W. Arnold merupakan pria kelahiran Devonport, Inggris, 19 April 1864. Setelah tamat sekolah lanjutan di Plymouth dan London, dia melanjutkan studi di Cambridge tahun 1883 mengambil jurusan klasik. Sehingga dia menguasai bahasa Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Portugis, dan Rusia.

Dari bekal tersebut, Thomas W. Arnold diangkat menjadi dosen di Anglo-Muhammadan College di Aligarh, India. Di sini, dia banyak bersinggungan dengan cendekiawan muslim setempat sehingga menjadikannya tertarik mempelajari Islam secara mendalam, lewat sosio historis.

Thomas W. Arnold: Orientalis yang Fair

Menurut saya, Thomas W. Arnold merupakan golongan orientalis yang “fair” dalam memandang Islam. Di dalam buku The Preaching of Islam yang ditulisnya pada tahun 1896 ini, ia banyak menyampaikan pembelaan-pembelaan terhadap Islam dari serangan orientalis yang lain.

Ketika Nabi Muhamad SAW dituduh sebagai sosok yang bengis, Arnold menyatakan hal itu keliru sama sekali. Dalam bukunya halaman 31, Arnold mencontohkan kisah Nabi Muhammad SAW tidak membalas dendam kepada orang-orang yang memperlakukan Beliau dan umatnya dengan perlakuan tidak baik sewaktu Beliau memasuki Makkah dan disebut sebagai Fathu Makkah. Sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah sosok yang bengis. Nabi hanyalah seorang juru dakwah.

Sekilas tentang Buku The Preaching of Islam Karya Thomas W. Arnold

Buku The Preaching of Islam merupakan salah satu buku populer karya Thomas W Arnold yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku yang aslinya dicetak pertama kali pada tahun 1896 ini, telah diterjemahkan oleh Drs. H. A. Nawawi Rambe dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1979 melalui proyek “penerangan bimbingan dan da’wah/khutbah agama Islam pusat tahun 1985/1986”. Sehingga buku ini tidak diperjualbelikan secara bebas di toko buku manapun.

Baca Juga  Empat Metode Para Orientalis dalam Melacak Hadis

The Preaching of Islam dibagi menjadi 13 bab. Pembahasan bab pertama dimulai dari definisi agama dakwah dan penjelasan tentang Islam. Penjelasan singkat bagaimana Rasulullah SAW berdakwah, kemudian sampai beliau mendirikan negara Madinah.

Kemudian mulai dari bab 3 sampai bab 13, Arnold menjelaskan tentang sejarah dakwah Islam di Asia Barat, Afrika, Spanyol, Turki, Asia Tengah, Persia, Mongol, India, Cina, dan Indonesia.

Dalam buku ini, Thomas W. Arnold mimisahkan antara kepentingan agama dan kepentingan politik. Dan antara dakwah dan perang. Arnold menjelaskan di halaman 3, setelah mengutip ayat-ayat Al-Qur’an semisal, (16: 126), (42: 13 – 14), (3: 19), (3: 103 – 104), (22: 67 – 68), (9: 6), dan (9: 11).

Bahwa sejak awalnya, Islam merupakan agama dakwah, baik dalam teori maupun praktik. Sebagaimana kehidupan Muhammad, Arnold menambahkan “lagi pula bukanlah pada kekejaman orang-orang kasar dan keganasan orang-orang fanatic. Kita mencari bukti daripada semangat dakwah Islam, apalagi mengeksplitir tokoh dongengan: pejuang Islam dengan pedang di tangan kanan dan Al-Qur’an di tangan kirinya”.

Ketinggian Moral, Kunci Kesuksesan Islam

Thomas W. Arnold pada halaman 106 buku Preaching of Islam memberikan fakta di Abyssinia, bahwa Satu di antara faktor suksesnya dakwah Islam di negeri ini agaknya adalah ketinggian moral umat Islam diabandingkan dengan ummat Kristen.

Ruppell mengatakan bahwa dia seringkali menyaksikan selama perjalanannya di Abyssinia bahwa apabila suatu jabatan akan diisi oleh calon dengan syarat kejujuran dan kesungguhan, maka biasanya pilihan selalu jatuh di tangan orang-orang Islam.

Dibandingkan dengan orang-orang Kristen, katanya, orang-orang Islam lebih aktif dan bersemangat. Setiap orang Islam pasti mengajari anak-anaknya membaca dan menulis. Sedangkan orang-orang Kristen hanya mendidik anak-anaknya apabila dimasudkan bakal jadi pendeta.

Baca Juga  Posisi Pengetahuan Manusia dalam Buku Iblis Menggugat Tuhan

Kelebihan moral inilah yang mendorong perkembangan agama Islam di sana sepanjang. Abad ke-18 dan 19, ada kemerosotan dan sikap apatis dari kalangan ulama Kristen. Di samping adanya pertentangan antara pemimpin mereka hanya memberi jalan bagi perluasan dakwah Islam itu sendiri.

Setelah pembebasan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih dan pembebasan Palestina oleh Shalahuddin al-Ayyubi, di belahan bumi lain tepatnya di Andalus (Spanyol), orang-orang Islam di sana dibantai habis-habisan oleh orang Kristen dan dipaksa untuk masuk Kristen.

Jika tidak mau, dia akan disiksa oleh tentara suci Kristen, sampai-sampai saat Al-Qonuni mau membebaskan mereka, harus dilakukan di malam hari. Karena mata para tawanan bertahun-tahun dalam kegelapan dan tidak melihat sinyar matahari, maka dikhawatirkan kebutaan atasnya.

Akan tetapi, dengan keluhuran sikap umat Islam pada saat itu, tentara Muhammad Al-Fatih dan tentaranya Sulaiman al-Qonuny tidak membalas dendam kepada apa yang sudah dilakukan oleh mereka (Kristen) kepada saudara-saudara Muslim. Pada saat itu sangat bisa umat Islam menggenosida. Tapi tidak dilakukan oleh umat Islam itu sendiri.

Umat Kristen Senang Dipimpin oleh Orang Islam

Di sisi yang lain, ada rasa syukur umat Kristen atau penduduk asli atas pembebasan-pembebasan yang dilakukan oleh ummat Islam. Karena mereka merindukan keadaan yang kondusif dan penuh toleransi, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa “kami lebih suka dipimpin oleh orang-orang Islam dari pada oleh orang yang seagama dengan kami”.

Fakta ini diungkap Thomas W. Arnold bahwa umat Kristen dipaksa untuk membayar pajak yang sangat berat. Para petinggi geraja (prelate) memeras para bishop. Bishop memeras (suffragan), (suffragan) memeras para papa (fater). Papa memeras paroki dan paroki memeras jemaahnya. Sampai dia tidak akan memercikkan setetes air sucinya sebelum dibayar oleh Jemaah yang bersangkutan.

Baca Juga  Seabad Muhammadiyah Membangun Kesehatan Bangsa

Thomas W. Arnold tidak menggunakan pengetahuannya untuk dijadikan alat melemahkan bangsa lain. Atau setidak tidaknya dia tidak menggunakan pengetahuannya untuk menulis buku tentang Islam dan kemudian dicitrakan buruk.

Sekali lagi, dalam buku ini Thomas W. Arnold memisahkan dulu mana syariat dan mana fikih. Mana kepentingan agama dan mana kepentingan politik. Mana dakwah dan mana perang.

Penilaian Fair Thomas W. Arnold kepada Kristen

Tidak hanya Islam, Thomas W. Arnold juga “fair” dalam memandang sejarah Kristen. Dalam bukunya,  dia menulis, “Di dalam sejarah Kristen, kita pun tentunya lebih senang mendengar hasil kegitan St. Liudger dan St. Willehad di kalangan pemuja-pemuja berhala bangsa Saxon daripada pembaptisan di ujung pedang yang dipaksakan oleh Charlemagne. …. Abbot Gottfied dan Bishop Christian meskipun agak kurang berhasil mengkristenkan bangsa Prusia, namun merekalah yang lebih tepat merupakan wakil misi Kristen dan bukan-nya orang-orang “Brethren of the Sword” dan tentara Perang Salib yang main perang dan suka membumihanguskan”.

Kritik saya dalam buku terjemahan ini adalah, buku ini terlalu sempurna untuk diberikan kepada orang-orang yang sangat tidak suka Islam. Saya rekomendasikan kepada seluruh mahasiswa tidak peduli latar belakang agama suku dan budaya mereka untuk membaca buku ini. Saya yakin kita akan memiliki pandangan baru tentang mana syariat dan mana fikih. Mana kepentingan agama dan mana kepentingan politik. Mana dakwah dan mana perang.

Judul Buku Asli: The Preaching Of Islam

Judul Buku Terjemahan: Sejarah Dakwah Islam

Penulis: Thomas W. Arnold

Penerjemah: Nawawi Rambe

Penerbit: Widjaya Jakarta

Tebal: 400 Halaman

Tahun Asli Terbit :1896

Tahun Terjemahan Terbit: 1979

Editor: Rozy

Muhammad T Hassan
2 posts

About author
Founder Rumah Baca Terasharing
Articles
Related posts
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…
Review

Sejauh Mana Gender dan Agama Mempengaruhi Konsiderasi Pemilih Muslim?

4 Mins read
Isu agama memang seksi untuk dipolitisir. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah makhluk beragama. Dalam realitas politik Indonesia, sebagian besar bangsa ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *