Perspektif

Ternyata Ada 8 Madzhab Fiqih, 4 Diantaranya Jarang Diketahui!

4 Mins read

Dalam agama Islam, dikenal istilah mufti yang sering diartikan sebagai seorang mujtahid. Istilah yang dimaksud cukup masyhur khususnya pada konteks fiqih, dengan maksud seseorang yang menghasilkan atau mengumpulkan rumusan hukum berdasarkan petunjuk-petunjuk yang disepakati jumhur ulama.

Dunia fiqih masa kini hanya mengenal 4 madzhab pendahulu yang diikuti jutaan umat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali. Namun ternyata, Prof. Dr. Wahbah Zuhayli dalam muqaddimah bukunya “al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh” merangkum terdapat 8 aliran dalam madzhab fiqih.

8 Aliran Madzhab Fiqih

1. Madzhab Hanafi

    Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Marzuban al-Kufi lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah dan meninggal pada tahun 150 Hijriah. Belau hidup pada masa Daulah Umawiyah dan Daulah Abbasiyah. Beliau merupakan Imamnya ahlu al-ra’yi, ahli fiqihnya negri Irak, serta pemilik Madzhab Hanafi.

    Adapun beliau mempelajari ilmu fiqih selama 18 tahun kepada Hamad bin Abi Sulaiman. Lalu, terdapat 4 murid Imam Hanafi yang cukup terkenal, seperti Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Kufi (113 H-182 H), Muhammad bin Hasan al-Syaibani (132 H-189 H), Abu al-Hudzail Zafr bin al-Hudzail bin Qays al-Kufi (110 H-158 H) dan al-Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i (meninggal tahun 204 H) 

    2. Madzhab Maliki

    Imam Malik bin Anas bin Abi ‘Amir al-Asbahi lahir pada kepemimpinan al-Walid bin Abd al-Malik dan meninggal di Madinah pada kepemimpinan Harun al-Rasyid. Imam Malik juga hidup pada masa kepemimpinan Daulah Umawiyah dan Daulah Abbasiyah. Beliau tidak keluar dari Madinah, sehingga beliau hanya menuntut ilmu dari ulama’ Madinah seperti Rabi’ah bin Abd Rahman (ahli fiqih) dan masih banyak lagi.

    Baca Juga  Haruskah Bermazhab Fikih di Zaman Sekarang?

    Beliau mengambil dasar hukum dari al-Qur’an, ijma’, qiyas, perbuatan masyarakat Madinah, pendapat para sahabat, istih}sa>n, sadd al-dzara>’i’, mura>’at al-khila>f, istis}h}a>b, mas}alih} al-mursalah dansyar’u man qablana. Adapun beberapa murid beliau seperti, Abu Abdillah Abdurrahman bin al-Qasim (meninggal tahun 191 H), Abu Muhammad Abdillah bin Wahab bin Muslim (125 H- 197 H), Asyhab bin Abdul Aziz al-Qaysy (150 H-204 H), Abu Muhammad Abdullah bin Abdul Hakam (meninggal tahun 214 H) dan Asbagh bin Farj (meninggal tahun 225 H).

    3. Madzhab Syafi’i

    Abu Abdilah Muhammad bin Idris al-Qursyi al-Hasyimi al-Muttalibi bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ dilahirkan di Ghaza, Palestina tahun 150 H (tahun meninggal Abu Hanifah) dan meninggal di Mesir pada tahun 204 H. Beliau juga merupakan pribadi yag cerdas dan menghafal banyak riwayat pada masa kecilnya. Imam Syafi’i mengambil dasar hukum dari al-Qur’an, hadis, ijma’, qiyas, menolak pendapat sahabat, meninggalkan istihsa>n dan menolak perbuatan masyarakat Madinah.

    Imam Syafi’i memiliki  banyak pengikut dari Hijaz, Irak, Mesir dan lain-lain seperti, Yusuf Bin Yahya al-Buthi Abu Ya’qub (meninggal tahun 231 H), Abu Ibrahim Ismail bin Yahya (meninggal tahun 264 H), al-Rabi’ bin Sulaiman bin Abdul Jabbar (meningggal tahun 270 H),  Harmalah bin Yahya bin Harmalah (meninggal tahun 266 H), Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam (meninggal tahun 268 H) dan masih banyak lagi.  

    4. Madzhab Hanbali

    Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Dzuhly al-Syaibani dilahirkan di Baghdad dan meninggal pada tempat yang sama. Beliau merupakan pribadi yang gemar berkelana pada banyak negri guna menuntut ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam dan Jazirah. Imam Hanbali banyak belajar fiqih kepada Imam Syafi’i. Adapun beliau mengambil dasar hukum berdasarkan al-Qur’an, hadis, pendapat para sahabat, ijma’, qiyas, istishab, al-masalih, al-mursalah} dan sadd al-dzara’i’.

    Imam Hanbali memiliki banyak murid yang menyebarkan ilmu beliau, seperti Salih bin Ahmad bin Hanbal (meninggal tahun 266 H), Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (213 H- 290 H), al-Atsram Abu Bakar (meninggal tahun 273 H), Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mahran al-Maymuni (meninggal tahun 274), Ahmad bin Muhammad bin Hajjaj (meninggal tahun 274), Ibrahim bin Ishaq al-Harby (meninggal tahun 285 H).

    Baca Juga  Buya Hamka: Ruh Penyemangat Perjalanan Intelektual

    5. Madzah Dhahiry

    Abu Sulaiman Daud bin Ali al-Asfahani al-Dhahiry dilahirkan di Kufah tahun 202 H dan meninggal di Baghdad tahun 270 H. Beliau merupakan penghafal hadis dan fiqih serta seorang mujtahid. Beliau mengambil dasar hukum dari apapun yang disebutkan secara dhahir (teks) dari al-Qur’an dan hadis. Namun apabila tidak ditemukan di teks, beliau merujuk pada ijma’ ulama’ Qatibah dan ijma’nya para sahabat. Apabila tidak ditemukan pada teks dan ijma’, beliau merujuk kepada istishab.

    Abu Sulaiman menolak qiyas, pendapat akal, istihsan dan sadd al-Dzara’i’. Selain itu, Abu Sulaiman juga menolak taqlid. Adapun madzhab tersebut menyebar Andalusia dan dianggap hilang atau punah pada abad ke 8.

    6. Madzhab Zaydiyyah

    Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husayn meninggal pada tahun 122 H dan termasuk Imam Syi’ah Zaydiyyah. Madzhab inilah yang lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dari seluruh sahabat Nabi Saw yang ada. Meskipun demikian, madhab ini tidak terlalu menyimpang jauh dari madzhab ahlu sunnah waljama’ah (dalam ahl fiqih). Namun, dalam hal keyakinan, mereka mereka berkiblat pada Mu’tazilah. 

    Madzhab Zaydiyyah mengambil dasar hukum dari al-Qur’an, hadis, pendapat akal, qiyas, istihsan, masalih mursalah dan istishab. Secara umum, madzhab ini disandarkan kepada Zaid. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan Syi’ah Rafidhah.

    7. Madzhab Abu Ja’far

    Muhammad bin Hasan bin Farrukh al-Saffari al-A’ruji al-Qummy meninggal pada tahun 290 H. Beliau merupakan pendiri madzhab Syi’ah Imamiyah. Kelompok inilah yang menganggap 12 Imam di kalangan mereka adalah ma’shum yang diawali oleh Imam Abu Hasan Ali dan diakhiri oleh Imam al-Mahdi al-Hujjah. Lalu, dalam fiqih, Imam Ibnu Farrukh dianggap sebagai pelopor fiqih Syi’ah Imamiyah.

    Baca Juga  Mitsaqan Ghalizan: Perempuan Juga Boleh Berkarir

    Madzhab ini dalam hal fiqih tidak terlalu jauh dengan madzhab Syafi’i, kecuali dalam 17 masalah, termasuk madzhab ini membolehkan nikah mut’ah. Adapun madzhab yang dimaksud, saat ini tersebar di negara Iran dan Irak.

    8. Madzhab Ibadhi al-Tamimi

    Abdullah bin Ibadhi al-Tamimi wafat pada masa kepemimpinan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Beliau merupakan pendiri madzhab Ibadhiah dari sekte Khawarij. Madzhab ini juga disebut sebagai madzhab al-khawa>mis karena menyelisihi 4 mazhab masyhur. 

    Madzhab ini mengambil dasar-dasar hukum dari al-Qur’an, hadis, ijma’ dan qiyas. Adapun ijma’ yang dimaksud berasal dari kesepakatan ulama’ mereka sendiri, bukan ulama’ pada umumnnya. Madzhab ini tersebar di Tripoli Utara, Oman dan Sansibar (pesisir Afrika Timur).

    Editor: Soleh

    Muhammad Rafsanjani
    6 posts

    About author
    Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains Al-Ishlah
    Articles
    Related posts
    Perspektif

    Ketika Ustadzah Ba’alawi Bangun Otoritas Keagamaan Baru di Ruang Publik

    2 Mins read
    Di tengah-tengah perdebatan tentang nasab para habaib keturuan Ba’alawi, nyatanya tidak menyurutkan semangat untuk melihat sisi lain dari kehadiran kaum hadrami di…
    Perspektif

    Moderasi Hilirisasi Haji

    3 Mins read
    Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
    Perspektif

    AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

    4 Mins read
    Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This will close in 0 seconds