IBTimes.ID – Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya bertajuk “Media Keislaman, Otoritas Keagamaan, dan Tantangan Kebangsaan” di Goeboeg Resto pada Sabtu (9/11/24).
Acara ini dihadiri perwakilan media keislaman di DIY, pengurus MUI, serta para asatidz dan asatidzah se-DIY. Dalam sambutannya, panitia menyampaikan dua agenda utama yang akan menjadi fokus pembahasan pada acara ini.
Pertama, mengenai literasi keagamaan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menyoroti peran penting ulama dan asatidz di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Fenomena masyarakat yang sering mencari informasi keagamaan yang sesuai keinginan, bukan kebutuhan, menjadi tantangan tersendiri di era ini. Kedua, mengenai peran media keislaman dalam menjaga keutuhan NKRI dan umat. Dengan perkembangan AI, media keislaman diharapkan mampu memproduksi narasi-narasi keagamaan yang berimbang dan konstruktif.
Ketua MUI DIY, Prof. Dr. KH. Machasin, MA, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya sikap bijak dalam memanfaatkan teknologi AI dalam konteks keagamaan dan kebangsaan saat ini.
“AI adalah mesin yang cerdas, tetapi ia tidak memiliki roh. Jadi, kita perlu sadar bahwa AI tidak memiliki pertimbangan yang mendalam dalam belajar agama,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa peran ulama sangat penting untuk mencermati dan menyeleksi informasi dari AI agar sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. “AI memang bisa membantu kerja lebih cepat, tetapi kita harus menyadari bahwa tidak semua yang dihasilkan AI itu benar. AI tidak punya nyawa dan tanggung jawab, maka di sinilah peran kita sebagai ulama,” ujarnya.
Seminar dan lokakarya MUI DIY ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun sinergi antara ulama, media, dan teknologi untuk memperkuat literasi keagamaan yang bijak dan relevan bagi masyarakat di era digital.