Opini

Hass Murad Pasha, Panglima Utsmaniyah Berdarah Bangsawan

2 Mins read

Di artikel sebelumnya saya membahas mengenai kisah Mesih Pasha Palaiologos, yang merupakan bangsawan Romawi yang berhasil menjadi Wazir Agung Kesultanan Utsmaniyah. Mesih Pasha bukan satu-satunya pejabat tinggi Utsmaniyah yang berasal dari keluarga bangsawan Romawi. Kakak laki-laki Mesih Pasha, Murad Pasha, juga merupakan wazir dari Dinasti Palaiologos. Seperti adiknya, “Hass” Murad Pasha juga menjadi seorang negarawan Utsmaniyah yang menjabat sebagai wazir dan beylerbeyi.

Silsilah Keluarga

Terdapat berbagai keterangan mengenai identitas keluarga Murad dan Mesih Pasha. Dalam karya abad ke-16 Ecthesis Chronica, yang juga memberikan informasi tentang saudaranya Mesih Pasha, nama ayahnya disebutkan sebagai Gidos Palaiologos. Dalam kronik Historia Turchesca (Sejarah Turki) yang ditulis pada abad yang sama oleh pengelana Venesia, Giovanni Maria Angiolello, Mesih Pasha disebutkan sebagai putra saudara laki-laki Kaisar Bizantium terakhir Constantine XI. Di sisi lain, penulis sejarah abad ke-15 George Sphrantzes, ketika menyebut Murad Pasha, menyebutkan nama ayahnya sebagai Thomas Palaiologos Gidos.

Seperti saudaranya Mesih Pasha, Murad ditawan setelah penaklukan Istanbul oleh Sultan Muhammad al-Fatih pada tahun 1453. Berdasarkan pendapat Theodore Spandounès bahwa Mesih Pasha berusia 10 tahun ketika Istanbul ditaklukkan, dapat dipahami bahwa kakaknya Murad Pasha direkrut oleh Utsmaniyah pada awal masa remajanya. Kehidupan awal Hass Murad Pasha mengikuti pola yang sudah umum, yaitu anak-anak laki-laki Kristen elit yang direkrut melalui Devşhirme. Dalam sistem ini, anak-anak laki-laki diambil dari keluarga Kristen Balkan, masuk Islam, dan dilatih di kompleks militer-administrasi Utsmaniyah.

Karir Awal Hass Murad Pasha

Berbeda dengan saudaranya, kehidupan awal dan karier Murad dalam pemerintahan Utsmaniyah tidak terlalu jelas. Ia pasti menikmati dukungan dan berhubungan baik dengan Sultan Muhammad al-Fatih. Julukannya, Hass, merupakan kata sifat yang berarti “pribadi” dan menunjukkan kedekatan dan dukungan dari seorang penguasa.

Baca Juga  Obituari: ‘Devil’s Advocate’ Arief Budimanta

Catatan pertama mengenai kehidupannya muncul ketika ia berpartisipasi dalam ekspedisi militer ke Morea pada tahun 1460. Menurut sejarawan Jerman Franz Babinger, Murad Pasha diangkat menjadi wazir Utsmaniyah pada bulan Desember 1468. Dari keterangan İbn-i Kemal, ia diangkat menjadi gubernur Rumelia pada tahun 1468 (menurut Oruç Bey pada tahun 1469). Ia juga berpartisipasi dalam ekspedisi militer ke pulau Eğriboz pada tahun 1470. Setelah wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Utsmaniyah , ia kemudian berpartisipasi dalam ekspedisi militer ke wilayah Morea menghadapi serangan Venisias.

Murad Pasha nampaknya merupakan pejabat yang cukup kaya, dimana ia bisa membangun sebuah kompleks bangunan, di Istanbul pada tahun 1471-72. Kompleks tersebut, yang terdiri atas sebuah masjid, dapur umum, rumah pemandian, dan sebuah madrasah yang dibangun oleh saudaranya Mesih Pasha setelah kematiannya. Sayangnya kompleks ini dihancurkan pada tahun 1929-30, dan dapur umum serta rumah pemandian dihancurkan selama pembangunan jalan pada tahun 1956. Masjid Murat Pasha sendiri masih bertahan hingga saat ini di distrik Aksaray, Istanbul.

Diangkat Menjadi Beyberley Rumelia

Murad Pasha menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang militer dan administratif. Sekitar tahun 1468, ia diangkat sebagai beylerbey Rumelia, gubernur wilayah Eropa Utsmaniyah, menggantikan Mahmud Pasha Angelović. Pada tahun 1473, ketika ia masih menjabat sebagai Beylerbey provinsi Rumelia, konflik pecah di perbatasan timur Utsmaniyah. Penguasa  Ak Koyunlu, Uzun Hassan, menyatakan perang kepada Utsmaniyah dan bekerjasama dengan Republik Venesia. Hass Murad Pasha ditunjuk sultan untuk memimpin sayap kanan pasukan Utsmaniyah yang berjumlah 20,000 prajurit dalam kampanye militer di Anatolia Timur.

Dalam pertempuran di dekat Malatya, Murad Pasha gugur tenggelam di Sungai Efrat. Pasukan yang ia pimpin terjebak dalam serangan mendadak yang dilakukan pasukan Turkoman pimpinan Ughurlu Muhammad. Selain Murad Pasha yang terbunuh bersama dengan banyak pasukan Utsmaniyah, beberapa komandan Utsmaniyah seperti Turahanoğlu Ömer Bey dan Fenarioğlu Ahmed Pasha juga ditawan.

Baca Juga  Haji Rasul dan Polemik “Berdiri” Pembacaan Maulid Nabi di Minangkabau

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Hass Murad yang merupakan komandan muda mengabaikan peringatan Mahmud Pasha tentang taktik musuh, sementara sumber lain menyebut Mahmud Pasha sengaja membiarkan Murad terbunuh karena persaingan politik. Jenazah Hass Murad Pasha kemudian dimakamkan di kompleks sosial yang telah dibangunnya.

Editor: Soleh

Artaqi Bi Izza Al-Islami
12 posts

About author
Penulis Muda Studi Sejarah Islam Asal Bekasi
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *