Inspiring

Abdullah bin Rawahah: Sahabat Nabi Anti Suap dan Korupsi

2 Mins read

Sekilas tentang Abdullah bin Rawahah

Salah satu sosok sahabat dari kaum Ansar dari suku Khajraj yang begitu tegas dalam menolak kecurangan adalah Abdullah bin Rawahah. Beliau juga salah satu orang yang awal-awal masuk Islam.

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Rawahah bin Tsa’lab bin Al Harits bin Al Anshari Al Khadraji. Ia biasa dipanggil Abu Muhammad. Ibunya Kabsyah bintu Waqid bin Amru dari bani Al Harits bin Al Khadraj dan masuk Islam ketika berdakwah di Madinah dibantu oleh Mush’ab bin Umair.

Abdullah bin Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di tengah masyarakat buta huruf. Jikalau ada yang bisa menulis dan membaca, merupakan suatu yang langka. Namun berbeda dengan Abdullah bin Rawahah yang pandai menulis dan membaca.

Selain itu, beliau juga pandai dalam membuat bait syair nan indah rupawan dengan nilai sastra yang tinggi. Bukan itu saja, sejak masuk Islam, karya sastranya digunakan untuk khidmatul islam (berjuang untuk Islam).

Keteguhannya dalam Islam tidak diragukan lagi di antara para sahabat yang lain. Abdullah bin Rawahah merupakan sosok yang taat kepada Rasulullah SAW dan rajin berpuasa.

Beliau juga mengikuti Ba’iat Aqabah kedua bersama dengan 73 orang lainnya dan mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Ketika Rasulullah SAW di Madinah, Abdullah bin Rawahah bayak mendapatkan pelajaran langsung dari Rasulullah SAW.

Sepanjang hidupnya, beliau terkenal cepat merespon perintah Rasulullah. Jika Rasulullah memerintahkan, maka dengan cepat beliau bergegas melaksanakan perintah tersebut.

Sikap Tegas Abdullah bin Rawahah Terhadap Perilaku Korupsi

Di awal sudah disebutkan bahwa beliau merupakan seorang penulis dan penyair yang membuat dirinya berbeda dengan sahabat yag lain. Beliau juga terkenal dengan sosok yang kuat pendiriannya.

Baca Juga  Alasan Napi Koruptor Tak Pantas Mendapatkan Asimilasi Corona

Ketika Yahudi Bani Nadhir ingin menyuapnya, dengan tegas beliau menolak suap tersebut. Beliau juga menjalankan tugasnya atas perintah Rasulullah untuk memungut pajak bumi (kharaj) dari hasil tanaman kurma, waktu itu Rasulullah memutuskan hasil bumi Khaibar dibagi menjadi dua, separuh untuk kaum Yahudi sebagai pengelola dan separuhnya lagi diserahkan kepada kaum muslimin.

Waktu itu, beliau didatangi oleh orang-orang Yahudi. Mereka mengumpulkan perhiasan istri-istri mereka denga niat untuk menyuap Abdullah Bin Rawahah.

“Ini untukmu dan ringankanlah pungutan yang menjadi beban kami. Bagilah kami lebih dari separuh”.  

Kemudian beliau menjawab, “Hai orang-orang Yahudi, dengarkanlah! Bagiku kalian adalah makhluk yang dimurkai Allah. Aku tidak akan membawa perhiasan itu denga harapan aku akan meringankan (pungutan) yang menjadi kewajiban kalian. Suap yang kalian lakukan ini merupakan perbuatan tercela dan termasuk harta haram, sungguh kami tidak akan memakannya”.

Sikap beliau menunjukan bahwa korupsi tidak akan dijumpai ketika Islam telah mewarnai kehidupan bernegara. Hal ini juga diperkuat lagi dengan sanksi dalam Islam bagi pelaku korupsi yaitu hukuman ta’zir 6 bulan hingga 5 tahun.

***

Apabila jumlah yang dikorupsi dapat membahayakan ekonomi negara, maka dapat dijatuhi hukuman mati. Tindak pidana ini disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau di salib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya), yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia dan di Akhirat mereka memperoleh siksa yang besar.” (Q.S Al Maidah[5] : 33).

Begitulah beliau dan para sahabat Rasulullah yang lainnya meletakan dasar akidah dan akhlak di atas segalanya. Hal ini juga tidak terlepas dari ajaran yang disampaikan Rasulullah bahwa akhlak merupakan pondasi seseorang hidup di dunia.

Baca Juga  K.H. Sholeh Darat: Sang Guru Pendiri Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah

Abdullah bin Rawahah mendedikasikan hidupnya untuk berjuang membela Islam dengan menjadi panglima perang dalam petempuran, menggantikan Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib.

Namun pada akhirnya beliau tewas dalam pertempuran Mu’tah. Kemudian tempatnya sebagai pangliman perang digatika oleh Khalid bin Walid. Semoga Allah merahmatinya.

Editor: Yahya FR

Puji Khuwata
2 posts

About author
Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…
Inspiring

Sosialisme Islam Menurut H.O.S. Tjokroaminoto

2 Mins read
H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh yang dihormati dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai seorang aktivis politik yang gigih, tetapi juga sebagai seorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *