Abu Huzail al-Allaf ini memiliki nama lengkap Abu al-Huzail Muhammad bin al-Huzail bin Abd Allah bin Makkhul al-Allaf Abd al-Qais. Terdapat banyak perbedaan pendapat dari para peneliti atau cendikiawan yang memperdebatkan tentang tahun kelahiran Abu Huzail.
Sebagian mengatakan Abu Huzail dilahirkan pada tahun 134 H, dan terdapat juga yang mengatakan bahwa ia dilahirkan pada tahun 135 H. Kemudian terdapat salah seorang murid Abu Huzail al-Allaf yang bernama Abu Ya’qub al-Shahman mengatakan bahwa gurunya itu dilahirkan pada tahun 135 H, sebagaimana ditulis Tsuroya Kiswati.
Mengenal Abu Huzail Al-Allaf
Menurut murid beliau Abu Ya’qub, ia pernah mengatakan bahwa Abu Huzail al-Allaf pada masa itu bertanya pada kedua orang tuanya tentang kelahirannya. Kedua orang tua Abu Huzail pun memberitahunya bahwa pada ia lahir saat terbunuhnya Ibrahim bin Abdullah bin al-Hasan.
Pada saat itu Abu Huzail masih berusia 10 tahun. Pada tahun 145, Ibrahim bin Abdullah telah terbunuh. Maka Abu Huzail al-Allaf dilahirkan di kota Basrah pada tahun 135 H. Menurut Tsuroya Kiswati, beliau pun tumbuh dan belajar di sana
Menurut pendapat al-Khatib al-Baghdadi, Abu Huzail berguru kepada Uthman al-Tawil. Akan tetapi menurut pendapat Abu Abd al-Rahim al-Khayyat, sang guru dari Abu Huzail ialah Wasil bin Atha’. Dari kedua pendapat tersebut, pendapat dari al-Baghdadi lah yang dapat kita jadikan sebagai pedoman.
Karena terdapat pendapat bahwa Wasil bin Atha’ telah wafat pada tahun 131 H, atau empat tahun sebelum kelahiran Abu Huzail. Adapun Amr bin Ubaid, ia telah wafat pada tahun 145 H. Dan pada saat itu Abu Huzail al-Allaf masih berusia 10 tahun.
Kepandaian Abu Huzail Al-Allaf
Abu Huzail Al-Allaf ini dikenal sebagai seorang yang pandai dan cerdas, karena ia memiliki kemampuan untuk berdebat. Karena kepandaiannya dalam berdebat dan penguasaannya terhadap berbagai bidang keilmuan, Abu Huzail dijadikan sebagai ketua di suatu majlis yang berlokasi di Bait al-Hikmah oleh Khalifah Nu’man.
Pada saat terjadi Hellenisme di dunia Islam, pola pikir umat Islam pun berubah. Ia memberi perubahan pada diri Abu Huzail yang telah banyak bersinggungan dengan sumber-sumber filsafat Yunani. Maka tak ayal, pemikiran Abu Huzail ini cenderung mengedepankan pertimbangan rasio. Selain telah dikenal sebagai seorang yang menguasai berbagai ilmu, ia juga terkenal menguasai berbagai pendapat golongan, baik itu muslim atau non muslim.
Ibn al-Murtada berpendapat bahwa Abu Huzail ini memiliki karya berupa beberapa kitab yang berisi jawaban dari orang-orang yang memiliki perbedaan pendapat dengannya. Dan Ibn Khailiki berpendapat bahwa Abu Huzail ini telah menulis sebuah buku yang diberi judul Milasy.
Al-Ghurabi berpendapat bahwa Abu Huzail tidak memiliki buku khusus. Namun terdapat banyak pendapatnya di dalam kitab Maqalat. Tetapi sayangnya tidak tersusun dengan rapi. Menurut pendapat al-Ghurabi, Abu ini bukan lah seorang penulis buku, akan tetapi ia adalah seorang yang ahli dalam berdebat.
Pandangan Seorang Mu’tazilah tentang Tuhan
Abu Huzail Al-Allaf juga telah membuat suatu uraian tentang pengertian dari nafy as-sifat. Ia berpendapat bahwasannya hanya Tuhan yang Maha Mengetahui atas pengetahuan-Nya. Pengetahuan-Nya itu ialah zat-Nya, dan bukan merupakan sifat-Nya. Maksud dari pendapat tersebut ialah agar terhindar dari adanya yang dahulu (qadim) selain Allah.
Logikanya, jika Tuhan memiliki sifat, maka sifat-Nya itu qadim. Maka dengan ini, jika banyak terdapat yang qadim nantinya akan membuat terjerumus dalam kemusyrikan, sebagaimana yang ditulis Ratu Suntiah dan Maslani.
Kemudian terdapat ajaran yang lainnya yaitu Tuhan telah menganugerahi setiap manusia dengan akal yang dapat digunakan sebagai alat agar manusia dapat membedakan apa yang baik maupun yang buruk. Setiap manusia harus dapat mengerjakan perbuatan baik dan dapat menjauh dari perbuatan buruk. Ia karena manusia diberikan akal hingga dapat mengetahui tentang Tuhan dan berkewajiban untuk berbuat kebaikan.
Abu Huzail berpendapat bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia itu ialah disebabkan oleh Tuhan. Akan tetapi jika manusia berbuat kejahatan penyebabnya ialah setan. Pendapat dari Abu Huzail ini memiliki persamaan dengan ajaran Majusi yang berpendapat bahwa terdapat adanya Tuhan kebaikan dan Tuhan kejahatan. Akan tetapi terdapat perbedaan di sana, bahwa Abu Huzail tidak pernah menyebut setan sebagai Tuhan, namun hanya menyebut bahwa setan ialah penyebab dari suatu kejahatan.
Abu Huzail Al-Allaf: Tokoh Mu’tazilah
Selain dikenal sebagai pengikut dari aliran Mu’tazilah, Abu Huzail al-Allaf ini dikenal sebagai pendiri dari sekolah Mu’tazilah yang berada di kota Basrah. Dari sekolah tersebutlah pemikiran Mu’tazilah dapat dikembangkan maupun dapat dikaji.
Jika kita ketahui, Abu Huzail ini memiliki banyak pengikut. Dan para pengikutnya tersebut diberi nama dengan Huzailiyah. Menurut Muhibbin Zuhri, mereka memiliki pendapat bahwa kehendak Allah itu tidak memiliki tempat, akan tetapi Allah hanya dapat menghendakinya.
Muhibbin Zuhri menjelaskan lebih lanjut bahwa sekte Huzailiyah berpendapat bahwa seorang yang akan kekal dalam neraka itu ditentukan oleh kehendak Allah. Dan tidak ada yang dapat menghindar dari takdir Allah. Karena Allah lah yang menciptakan segalanya, dan bukan akibat usaha yang dilakukan oleh manusia. Jika itu termasuk dari suatu usaha yang dilakukan oleh manusia, maka manusia akan dapat menghindari hal tersebut.
Dengan demikian, Abu Huzail al-Allaf telah tercatat memiliki kontribusi yang begitu penting dalam perkembangan aliran kalam Mu’tazilah. Ketika ia berusia 69 tahun atau tepatnya pada tahun 204 H, beliau pergi ke Baghdad untuk memenuhi undangan dari Khalifah al-Ma’mun. Akan tetapi Abu Huzail ini tidak menetap di sana, namun berpindah ke kota Samara dan akhirnya wafat di tempat tersebut. Wa Allah A’lam.