Kalam

Abu Mansur al-Maturidi: Syarat Mendapat Syafaat Rasul

3 Mins read

Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi merupakan nama lengkap dari Abu Mansur al-Maturidi. Ia merupakan tokoh teologi Islam bermazhab ahlusunnah wal jamaah khalafiah. Para ahli sejarah atau para ulama tidak mengetahui kelahirannya dengan pasti. Namun, beliau diperkirakan lahir sekitar 248 H/ 862 M.

Beliau hidup pada masa penguasa Samarkand. Salah satu dari keluarga Samarkand yang pernah berkuasa ialah Asad Bin Saman. Keluarga tersebut memiliki tingkah laku yang sopan, jujur, cinta ilmu, serta menjunjung tinggi para ulama. Abu Mansur al-Maturidi wafat dan dimakamkan di wilayah Samarkand pada 333 H/944 M (Izzatu Tazkiyah, 2018).

Karya-karya Abu Mansur al-Maturidi

Semasa hidupnya, Abu Mansur al-Maturidi sangat produktif dalam menulis karya ilmiah. Beberapa hasil dari karyanya yakni kalam, tafsir, ushul, dan ada 2 karya besar dari beliau yakni Kitab al-Tawhid dan Tafsir Maturidi.

Kitab al-Tawhid memiliki sistematika penulisan tema demi tema. Berbeda jauh dengan era modern ketika menulis sebuah karya ilmiah yang memiliki sistematika penulisan bab demi bab. Kitab al-Tawhid memiliki 2 keistimewaan. Pertama, dalam pembahasan Kitab al-Tawhid hampir mencakup seluruh pemikiran kalam darinya. Kedua, Kitab al-Tawhid disusun sekitar seribu tahun lebih yang lalu. Namun, sampai saat ini kita masih bisa menikmati kitab dari al-Maturidi khususnya Kitab al-Tauwhid.

Karya al-Maturidi bidang kalam, tafsir, serta ushul di antaranya Kitab al-Tawhid, Kitab Rad Awa’il al-Adillah li al-Ka’bi, Kitab Radd wa’ad al-Fussaq li al Ka’bi, Kitab Rad Thahab al Jadal li al-Ka bi, Kitab Raddu al-Aimamah liba’di al Rawafid, Tawilat al-Maturidiya fi Bayan Ushul Ahl al-Sunah wa Ushul al- Tauwhid, al Jaddal fi Ushl Fiqh, Kitab al-Ma’akhidz al Sharai fi al-Fiqh, al Ma’akhid al Shara’i fii Ushul Fiqh (Hamka, 2007).

Baca Juga  Ketika Pendosa Menjadi Objek Kajian Ilmu Kalam

Syafaat, Meminta Kebaikan untuk Orang Lain

Syafaat memiliki arti meminta kebaikan untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Kebaikan terkadang berupa mendatangkan manfaat.

Suatu ketika, saya meminta gaji guru untuk dinaikkan, karena usaha guru dalam mendidik muridnya sangat disiplin serta guru tidak mau apabila muridnya menjadi orang yang tak berguna. Jasa guru sangat besar, tetapi gajinya cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, saya meminta gaji guru supaya dinaikkan.

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Aku diberi 2 pilihan oleh Allah yaitu syafaat, atau separuh umatku masuk surga. Namun, aku memilih syafaat. Sebab syafaat itu lebih luas dan lebih banyak. Apakah kalian mengira syafaatku itu hanya untuk orang-orang bertakwa? Tidak, akan tetapi justru syafaatku aku berikan kepada orang-orang pelaku maksiat, pelaku dosa, dan orang penuh kesalahan”. (HR. Tirmidzi)

Syarat Mendapatkan Syafaat

Rasulullah memberi syafaat bukan berarti langsung ditolong, tetapi Rasulullah meminta dulu kepada Allah. Syarat untuk mendapatkan syafaat sebagai berikut:

  1. Orang yang memberi syafaat harus mendapatkan izin Allah.
  2. Orang yang dikasih syafaat harus mendapatkan rida dari Allah. Allah berfirman, “La tughni syafa’atuhum syai’an illa mim ba’di ayya’dzanallahu limay yasya’ u wa yarda”. Artinya: “Dan tidak ada manfaat syafaat-syafaat, kecuali setelah Allah mengizinkannya dan mendapatkan rida.” (An-Najm: 26).

Tentang syafaat, Abu Mansur al-Maturidi memiliki pandangan yang sama dengan al-Asy’ari. Syafaat telah ditujukan pada para pendosa, pezina, serta orang-orang yang penuh dengan kesalahan, tujuannya supaya dosa yang ada di manusia diampuni oleh Tuhan. Dengan adanya syafaat Rasul, seseorang tidak akan selamanya di neraka, sebab Rasulullah telah meminta pada Allah untuk mengangkat umatnya.

Syafaat Rasul sebagai motivasi seseorang untuk meninggalkan perbuatannya yang negatif, misal zina, judi, mabuk, dan sebagainya. Akan tetapi, masih ada orang yang menunda-nunda untuk bertaubat. Dia akan melakukan perbuatan sesuka hatinya, serta akan terus-terusan berbuat dosa sampai ajal menjemputnya. Sebab, di akal mereka hanya memahami manfaatnya saja tanpa mengetahui syarat-syaratnya (Aditya Andrian, 2012).

Baca Juga  Kalam Modern sebagai Penengah atas Persoalan Ketuhanan dan Kemanusiaan

Dalam penjelasan di atas, terbaca dengan jelas bahwa syarat untuk mendapatkan syafaat Rasul adalah orang yang memberi syafaat harus mendapatkan izin dari Allah, serta orang yang diberi syafaat harus mendapatkan rida dari Allah Swt.

Syarat Mendapatkan Rida Allah

Syarat untuk mendapatkan rida dari Allah ada 2. Pertama, ahli tauhid atau akidahnya harus benar, artinya umat Islam dididik Rasulullah untuk menjadi orang yang cerdas maka tidak sepatutnya kita melakukan hal-hal yang sudah dilarang oleh Allah. Kedua, ibadahnya harus sesuai dengan Rasulullah.

Supaya ibadahnya sesuai dengan Rasulullah, maka kita harus memperhatikan 7 hal penting, di antaranya:

  1. Perhatikanlah tempat ibadah
  2. Kalau Rasulullah sudah menentukan tempat ibadah, maka jangan diganti-ganti. Contoh: Islam hanya mengajari 1 tempat untuk haji yakni di Makkah.
  3. Waktu: Rasulullah kalau sudah menentukan waktu ibadah maka jangan diganti-ganti.
  4. Bilangan atau jumlah: Rasulullah kalau sudah menentukan bilangan ibadah jangan diganti, kalau diganti nanti akan salah.
  5. Ukuran: Rasulullah kalau sudah menentukan ukuran ibadah maka jangan diganti, hal ini seringkali berhubungan dengan pembagian warisan, atau nisab zakat.
  6. Jenis: Rasulullah kalau sudah menentukan jenis ibadah maka jangan diganti.
  7. Tata cara: tata cara ibadah kita harus sesuai dengan Rasulullah.

Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada artikel ini mohon dimaafkan.

Editor: Lely N

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama'ah

2 Mins read
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds