Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama’ah

2 Mins read

Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga kata, yaitu:

Pertama, Ahlun yang berarti keluarga, golongan atau pengikut, dan komunitas. Kedua, Sunnah yang berarti segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun pengakuan Rasulullah Saw. Ketiga, Al-Jama’ah yang berarti mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak langkah-langkah yang berasal dari Rasulullah Saw.

Aliran ini banyak dianut di Indonesia karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang beragam dalam agama, budaya, dan ras. Namun, banyak yang belum mengetahui bagaimana nama Ahlussunnah Wal jama’ah itu lahir.

Lahirnya Konflik

Menurut Ibnu Taimiyah, Madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah madzhab yang telah ada sejak dulu dan dikenal sebelum Allah menciptakan Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Ahlussunnah merupakan madzhab sahabat yang telah menerimanya dari Nabi mereka.

Barang siapa menentang itu, menurut pendapat Ahlussunnah, berarti ia pembuat bid’ah. Jika Madzhab Ahlussunnah dinisbatkan kepada Imam Ahmad. Berkenaan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Meskipun Imam Ahmad telah mahsyur sebagai Imam Sunnah dan sabar dalam setiap menghadapi cobaan, namun hal itu bukan berarti Imam Ahmad sendiri yang memiliki suatu pendapat.”

Imam Ahmad hanya mengajarkan dan menyerukan orang-orang agar kembali kepada Sunnah yang sebelumnya memang sudah ada. Imam Ahmad sangat tabah dalam menghadapi cobaan yang ditimpahkan orang-orang yang menyuruhnya agar meninggalkan Sunnah. Cobaan itu muncul pada awal abad ketiga pada masa pemerintahan al-Ma’mun dan al-Mu’tashim.

Kemudian, al-Watsiq pada saat kaum Jahmiyah menafikan sifat-sifat Allah dan menyerukan manusia agar mengikuti paham mereka. Madzhab ini dianut oleh tokoh-tokoh Rafidlah yang mendapat dukungan dari pihak penguasa.

Baca Juga  Belajar Tauhid dari Bang Imad, Cak Nur, dan Pak Amien Rais

Madzhab Ahlussunnah menolak penyimpangan yang dilakukan oleh kaum Jahmiyah tersebut. Oleh karena itu, mereka sering mendapat ancaman maupun siksaan. Namun dalam menghadapi kondisi seperti itu, Imam Ahmad tetap tabah dan sabar, sehingga mereka memenjarakannya beberapa waktu lamanya.

Kemudian, mereka menantang Imam Ahmad untuk berdebat. Dalam perdebatan tersebut, dibahas mengenai masalah sifat-sifat Allah dan yang berkaitan dengannya, mengenai nash-nash, dalil-dalil, antara pihak yang membenarkan dan yang menolak. Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, akhirnya umat terpecah belah menjadi beberapa kelompok.

Imam Ahmad dan imam lainnya dari Ahlussunnah serta Ahli Hadits sangat mengetahui kerusakan Madzhab Rafidlah, Khawarij, Qadariyah, Jahmiyah, dan Murji’ah. Namun, karena adanya cobaan, maka timbullah perdebatan. Dan Allah mengangkat kedudukan Imam Ahad menjadi Imam Sunnah sekaligus sebagai tokohnya.

Predikat ini memang layak disandang oleh Imam Ahmad karena kegigihannya dalam menyebarkan, menyatakan, mengkaji nash-nash dan astar-astarnya, serta menjelaskan segala rahasianya. Imam Ahmad juga tidak mengeluarkan pandangan-pandangan baru, apalagi pandangan bid’ah.

Makna Ahlussunah Wal Jama’ah

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan kelanjutan dari jalan hidup Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Kalau ada seorang Imam yang menyeru manusia kepada aqidah yang benar dan memerangi pendapat bagi penentangnya, maka ia tidaklah membawa sesuatu yang baru.

Ia hanya memperbaharui Madzhab Ahlussunnah yang telah usang dan menghidupkan ajaran yang sudah terkubur atau tenggelam. Karena, aqidah dan sistemnya (manhaj), bagaimanapun, tidak pernah berubah.

Jika di suatu tempat terjadi penisbatan Madzhab Ahlussunnah terhadap seorang ulama atau mujadid (pembaharu). Hal itu bukan karena ulama tersebut telah menciptakan sesuatu yang baru atau mengada-ada. Pertimbangannya hanya semata-mata karena ia selalu menyerukan manusia agar kembali kepada as-Sunnah.

Baca Juga  Benarkah Imam Syafi'i Mengharamkan Ilmu Kalam?

Mengenai awal penamaan Ahlussunnah Wal Jama’ah atau ahli Hadits adalah ketika telah terjadinya perpecahan, kemudian munculnya berbagai kelompok atau golongan. Bukan hanya itu saja, melainkan banyaknya bid’ah dan penyimpangan yang terjadi.

Pada saat itulah, Ahlussunnah Wal Jama’ah menampakkan identitasnya yang berbeda dengan yang lain, baik dalam aqidah maupun manhaj mereka. Namun, pada hakikatnya, Ahlussunnah Wal Jama’ah hanya melanjutkan dari apa yang dijalankan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Dalam masalah aqidah, mereka memfokuskan pembahasan tentang wajibnya mengikuti Sunnah dan haramnya bid’ah. Mereka juga mewajibkan umat untuk mengikuti aqidah Salaf mengenai nama-nama Allah dan sifatnya, keimanan kepada-Nya, mengenai takdir, serta masalah-masalah aqidah lainnya.

Editor: Fakhri Ilham S

Sindi Wulan Aprilia
27 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Peminat Kajian Tarikh
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Al-Baqillani, Peletak Dasar Pemikiran Asy’ariyah

2 Mins read
Al-Baqillani (w. 403 H) diakui sebagai pioner dan peletak dasar paradigma aliran Asy’ariyah. Karena, ia tak sekadar menyampaikan pesan-pesan warisan intelektual kaum…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *