Inspiring

Aceng Zakaria, Ulama Jago Baca Kitab Kuning dengan Segudang Karya

2 Mins read

Ribuan orang berkumpul di Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat untuk ikut mensalati jenazah alm. KH Aceng Zakaria. Beliau dipanggil yang Maha Kuasa pada hari Senin (21/11/2022) di RS Intan Husada. Wafatnya menyisakan luka yang amat dalam apalagi setelah perjuangan beliau sebagai Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) 2017-2022. Beliau selama hidupnya adalah sosok yang mendedikasikan dirinya dalam pendidikan serta memperjuangkan kemaslahatan umat Islam.

Ulama yang Jago Membaca Kitab Kuning

KH Aceng Zakaria dilahirkan pada tanggal 11 Oktober di Garut. Pada mulanya, beliau hanya menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Babakan Loa Garut hingga selesai pada tahun 1967. Akan tetapi, beliau giat dalam mengkaji kitab-kitab kuning dengan bantuan ayah yang merupakan ulama terkenal di kampungnya. Kemahiran beliau dalam membaca kitab gundul dan ketertarikan terhadapnya inilah yang menjadi pilar utama dalam karirnya. Hal inilah yang menyebabkan sang ustaz langsung ditempatkan di kelas Aliyah (SMA) saat mendaftar di Persis Pajagalan.

Bakatnya dalam menelaah kitab kuning juga membuatnya direkomendasikan sebagai pengajar oleh KH Endang Abdurrahman yang merupakan mentor sekaligus gurunya di pesantren Persis Pajagalan. Sosoknya yang kritis sering ikut serta dalam berbagai diskusi keilmuan mengenai masalah fikih dengan ulama di Garut. Lama-kelamaan, nama beliau semakin besar di sana berkat hasil kerja keras dan usaha tekun dalam menimba ilmu.

Pribadi yang Lembut dan Teguh Pendirian

KH Aceng Zakaria adalah seorang ulama yang lembut dan ramah terhadap siapapun. Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Jam’iyyah PP Persis sekarang yaitu KH. Salam Russyad dalam komentarnya, “Selama tujuh tahun bersama dalam kepemimpinan beliau di PP Persis saya tidak pernah mendengar sepatah katapun kata kasar dari beliau bahkan nada tinggi pun tidak. Beliau memimpin kami dengan penuh keramahan dan kelemahlembutan. Beliau bukan hanya sebagai pemimpin tapi beliau juga menjadi guru dan teladan kami dalam berkata dan berbicara. Dalam dakwah beliau selalu menggunakan kalimat-kalimat yang menyejukkan. Tiap kata yang beliau ucapkan selalu teringat dalam hati.”

Baca Juga  Hassan Hanafi dan Gagasan Teologi Universal

“Beliau juga seorang ulama yang selalu teguh dengan pendirian. Beberapa kali beliau kedatangan tamu pemimpin tinggi dan tertinggi negeri ini, beliau tidak pernah meminta apapun dari mereka. Justru beliau selalu memberi nasihat secara langsung kepada para pemimpin yang bertamu kepada beliau. Beliau tidak pernah menginjakkan kaki di istana penguasa walaupun beberapa kali beliau diundang dan diminta datang ke istana. Beliau tetap istikamah dengan keulamaannya, bahwa penguasalah yang harus datang kepada ulama.” Lanjut KH Salam Russyad saat mengenang kepribadian dari KH Aceng Zakaria.

Penulis Produktif Karya-Karya Islami

120 karya telah menghiasi sepak terjang KH Aceng Zakaria samasa kehidupannya. Karya pertama beliau adalah buku Al-Hidayah yang beliau tulis saat berusia 35 tahun di Garut sebagai pengajar. Buku ini pada asalnya merupakan karya fikih yang ditujukan untuk dikaji oleh para pendakwah. Akan tetapi pada akhirnya diterima dengan baik pembahasannya oleh masyarakat luas.

Buku terkenal yang beliau tulis adalah Al-Muyassar fi Ilmin Nahwi yang telah dicetak ulang hampir 30 kali. Buku ini berisi penjelasan mengenai sistem gramatikal serta beragam contohnya dalam bahasa Arab. Karya inilah yang menunjukkan kelihaian dan kedalaman ilmu beliau dalam bahasa Arab. Buku yang berjumlah tiga jilid ini lalu menjadi kajian di madrasah dan pesantren Persis di Indonesia. Bahkan, beliau juga memberikan terjemahannya ke bahasa Indonesia dengan judul Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam.

Buku beliau yang berjudul Hidayah fi Masail Fiqhiyyah Muta’aridah juga menjadi karyanya yang fenomenal. Prof. Umar Hasyim selaku mantan rektor Universitas Al-Azhar Mesir sampai memberikan sambutan pada buku ini sebagai apresiasi terhadap karya beliau. Pada bukunya ini, KH Aceng Zakaria membahas mengenai adanya perbedaan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan fikih dengan memberikan solusi terhadapnya. Akhir kata, semoga Allah merahmati beliau dan menempatkan beliau di sisi-Nya dengan layak. Dan semoga kita semua dapat meneladani perjuangan dan keistikamahan beliau.

Baca Juga  Lailatul Fithriyah, Penemu Metode TQT Wakili Jawa Timur di Ajang Penyuluh Agama Islam Award 2024

Editor: Yahya

Muhammad Syahid Ridha
1 posts

About author
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta | Alumni Pesantren Persis Bangil 2020
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds