Inspiring

Achmad Soebardjo, Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia

4 Mins read

Achmad Soebardjo, Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia. Achmad Soebardjo dikenal sebagai salah satu tokoh pahlawan Indonesia. Perjuangan Achmad Soebardjo dalam terhadap republik Indonesia sangat penting. Begitu juga dengan peran Achmad Soebardjo, baik sebelum kemerdekaan Indonesia maupun pasca kemerdekaan Indonesia, tidak bisa dianggap sebelah mata.

Biografi Achmad Soebardjo, Menteri Luar Negeri Pertama

Beliau merupakan diplomat dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Achmad Soebardjo juga merupakan Menteri Luar Negeri pertama Indonesia ketika baru saja merdeka dari kolonial Belanda. Achmad Soebardjo mempunyai nama lengkap Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Beliau lahir pada tanggal 18 Maret 1896 di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat.

Saat lahir, ayah beliau memberinya nama Teuku Abdul Manaf. Namun, ibu beliau memberi nama Achmad Soebardjo atas saran dari kakek neneknya. Adapun nama Djojoadisoerjo dipakai oleh Achmad Soebardjo ketika beliau ditahan di penjara Ponorogo.

Ayah beliau bernama Teuku Muhammad Yusuf dari Aceh. Ketika Achmad Soebardjo lahir, ayah beliau bekerja sebagai Mantri Polisi Pamong Praja (Sekretaris Kecamatan). Ibu Achmad Soebardjo bernama Wardinah. Ayah beliau masih memiliki keturunan bangsawan dari Aceh, sementara ibunya berdarah Jawa-Bugis. Ibu beliau adalah anak dari camat di Cirebon.

Riwayat Pendidikan Achmad Soebardjo

Karena ayah Achmad Soebardjo yang berstatus sebagai pejabat pemerintah kolonial kala itu, maka beliau mempunyai hak untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah Belanda. Di saat itu, Karawang masih belum ada sekolah Belanda. Orang tua Achmad Soebardjo kemudian mengirim anak-anaknya ke Batavia untuk bersekolah.

Achmad Soebardjo memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di Kwitang, namun pindah ke ELSB di Pasar Baru. Setelah lulus ELS, Achmad Soebardjo kemudian masuk ke sekolah Prince Hendrik School. Namun beliau pindah ke sekolah HBS (Hogere Burger School) Koning William III di Salemba, Jakarta.

Beliau menamatkan pendidikannya di sana pada tahun 1917. Setelah lulus, Achmad Soebardjo langsung bergabung dengan organisasi kepemudaan, Tri Koro Darmo, yang merupakan sayap organisasi Budi Utomo.

Baca Juga  Ibnu 'Abbas, Sang Tinta Umat

Achmad Soebardjo sangat mengagumi sosok HOS Cokroaminoto, pemimpin partai Sarekat Islam yang disebutnya orator ulung dan mampu menggerakkan massa. Ketika Perang Dunia I usai, beliau kemudian berangkat ke Belanda untuk melanjutkan kuliahnya di jurusan Hukum di Universitas Leiden, Belanda. Beliau tiba di Belanda pada tahun 1919.

Di Belanda, beliau banyak bertemu dengan tokoh-tokoh penting seperti Mohammad Hatta, Tan Malaka. Beliau juga bertemu dengan Sneevliet, tokoh partai buruh Belanda yang mendirikan ISDV (Indische Sosial Demokratisehe Partij), cikal bakal dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Riwayat Organisasi

Selama di Belanda, beliau memimpin organisasi Perhimpunan Indonesia yang dulu bernama Indische Vereniging. Namun beliau mengundurkan diri pada tahun 1920, yang digantikan oleh Dr. Soetomo, pendiri dari Budi Utomo.

Pada tahun 1925, Soekiman selaku ketua Perhimpunan Indonesia kala itu mengusulkan agar Achmad Soebardjo kembali memimpin PI. Namun, usulan itu ditolak oleh Achmad Soebardjo dan mengusulkan agar Mohammad Hatta yang menjadi ketua PI.

Keterlibatan PI (Perhimpunan Indonesia) yang kala itu diketuai oleh Mohammad Hatta membuat pemerintah Belanda menjadi tidak senang. Para tokoh-tokoh yang menjadi perwakilan di Kongres kala itu ditangkap oleh polisi Belanda, termasuk Mohammad Hatta. Sementara Achmad Soebardjo lolos dari penangkapan karena sedang melakukan perjalanan ke Perancis dan Rusia.

Riwayat Pekerjaan

Setelah menyelesaikan studi beliau di negeri Belanda, beliau kemudian kembali ke Indonesia pada tahun 1934. Beliau kemudian bekerja di kantor bantuan hukum milik Mr. Sastro Muljono.

Achmad Soebardjo kemudian pindah ke kantor bantuan hukum milik Tjokro Hadisoerjo. Masa itu merupakan masa pergerakan nasional, yang mana para pemuda berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Situasi pergerakan kala itu tidak menentu karena perbedaan pendapat mengenai strategi perjuangan antara tiga tokoh PNI (Partai Nasional Indonesia). Yakni Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sartono.

Baca Juga  Umer Chapra: Sistem Ekonomi Islam untuk Kesejahteraan dan Keadilan Masyarakat

Akibat perbedaan-perbedaan pendapat ini, membuat PNI terpecah. Seperti Sartono yang mendirikan Partindo, dan Mohammad Hatta serta Sutan Syahrir yang mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia.

Walaupun tidak bergabung dengan partai manapun, Achmad Soebardjo tetap dicurigai oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai seorang komunis. Beliau kemudian pindah ke Malang dan mendirikan kantor pengacara sendiri, namun tidak berkembang.

Achmad Soebardjo sempat frustasi hingga jatuh sakit. Atas surat dari Mr. Soedjono yang tinggal di Tokyo, beliau kemudian berangkat ke Tokyo, Jepang, pada tahun 1935. Setibanya di Tokyo, beliau sangat takjub dengan perkembangan atau kemajuan dari negara Jepang.

Menjadi Anggota BPUPKI dan Tim Sembilan

Jepang yang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, kemudian terbentuklah BPUPKI yang menyusun persiapan kemerdekaan Indonesia, termasuk konstitusi negara dan lainnya. Anggota BPUPKI termasuk Achmad Soebardjo di dalamnya.

Dari BPUPKI, Soekarno kemudian membentuk Panitia Sembilan, yang mana salah satu anggotanya adalah Achmad Soebardjo. Dari sini kemudian berhasil disusun rancangan UUD 1945.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal itu kemudian membuat BPUPKI yang beranggotakan oleh Achmad Soebardjo dan lainnya mempercepat sidang BPUPKI. Tujuannya untuk mengesahkan rancangan Undang-Undang Dasar Negara.

Perumus Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ahmad Soebardjo merupakan tokoh yang menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta dari Rengasdengklok dan dibawa ke Jakarta. Di Jakarta, beliau bersama dengan Soekarno dan Mohammad Hatta pergi ke rumah Laksamana Muda Maeda. Di sana juga terdapat para pemuda yang sudah menunggunya.

Di rumah Laksamana Muda Maeda, Achmad Soebardjo merupakan salah satu tokoh yang menyusun dan merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia; bersama dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Teks proklamasi ini kemudian yang akan dibacakan keesokan harinya, pada tanggal 17 Agustus 1945.

Baca Juga  Tan Malaka: Sosok Pahlawan yang Terlupakan

Ditangkap dan Dipenjara

Setelah menghadiri rapat partai buruh di Blitar, Achmad Soebardjo kemudian kembali ke Yogyakarta. Namun dalam perjalanan pulang, beliau ditangkap oleh polisi dengan tuduhan berencana menculik anggota kabinet pemerintahan Syahrir dan melakukan kudeta. Peristiwa itu dikenal dengan Peristiwa 3 Juli 1946.

Achmad Soebardjo kemudian dibawa ke penjara Magelang. Dari Magelang, beliau dan kawan-kawan dipindahkan ke Ponorogo. Dari situ, beliau dipindahkan lagi ke Mojokerto dan kemudian ke Madiun. Pada tanggal 17 Agustus 1948, Achmad Soebardjo dan kawan-kawan dibebaskan karena memperoleh amnesti dari Presiden Soekarno.

Menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia dan Duta Besar

Beberapa bulan setelah bebas dari penjara, Achmad Soebardjo ditangkap oleh militer Belanda ketika agresi militer Belanda II terjadi. Beliau kemudian dibawa ke penjara di Ambarawa. Namun kemudian bebas setelah resolusi PBB, bahwa semua tahanan politik harus dibebaskan.

Setelah bebas, Achmad Soebardjo kembali menjadi menteri luar negeri Indonesia pada kabinet Sukiman tahun 1951 hingga 1952. Achmad Soebardjo juga menjadi ketua delegasi Indonesia ketika konferensi perdamaian antara Indonesia dan Jepang berlangsung di San Fransisco, Amerika Serikat.

Setelah itu di tahun 1953, Achmad Soebardjo diangkat sebagai Direktur Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN); yang mendidik para calon diplomat Indonesia. Pada tahun 1957 hingga 1961, Pemerintah Indonesia menunjuk Achmad Soebardjo sebagai duta besar Indonesia untuk negara Swiss.

Wafatnya Achmad Soebardjo

Pada tanggal 15 Desember 1978, pejuang kemerdekaan Indonesia Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo; menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, akibat komplikasi flu.

Achmad Soebardjo kemudian dimakamkan di rumah Cipayung, Bogor, Jawa Barat. Atas jasa-jasa beliau terhadap Indonesia, maka Pemerintah Indonesia memberinya gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2009.

Editor: Zahra

Avatar
37 posts

About author
Muhammad Saleh Kader PK IMM Hajjah Nuriyah Shabran Cabang Sukoharjo Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta PD IPM SUMBAWA
Articles
Related posts
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…
Inspiring

Sosialisme Islam Menurut H.O.S. Tjokroaminoto

2 Mins read
H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh yang dihormati dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai seorang aktivis politik yang gigih, tetapi juga sebagai seorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *