Hadis

Adakah Keterkaitan Antara Hadis dan Ilmu Pengetahuan?

4 Mins read

Pengertian Hadis

Kata Hadis secara etimologi berarti ‘komunikasi, cerita, percakapan baik dalam konteks agama maupun duniawi’. Di dalam Al-Quran, terdapat 23 kali penggunaan kata Hadis dalam bentuk jamak ataupun tunggal. Sebagai contohnya: Pengertian dalam konteks komunikasi religius wahyu: Q.S. Al-Zumar: 23, konteks cerita duniawi atau cerita secara umum: Q.S. Al-An’am: 68, konteks sejarah atau kisah masa lalu: Q.S. Thaha: 9, konteks cerita atau percakapan: Q.S. Al-Tahrim: 3.

Secara Keseluruhan dapat disimpulkan pengertian Hadis adalah koleksi perkataan, tindakan, dan persetujuan yang diatribusikan kepada Nabi Muhammad Saw. Hadis merupakan salah satu sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Hadis berisi pengajaran, petunjuk, dan contoh-contoh perilaku Nabi Muhammad Saw yang dianggap sebagai contoh teladan bagi umat Muslim.

Dimensi Hadis dalam Ilmu Pengetahuan

Kita akan dapat sepenuhnya memahami kontribusi signifikan yang diberikan hadis dalam mempengaruhi pemikiran ilmiah dan perluasan pengetahuan dalam tradisi Islam melalui pemahaman menyeluruh tentang peran hadis dalam evolusi sains.

Hadis, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah produk pengetahuan yang menyelidiki tradisi Nabi ketika beliau memberikan arahan agama kepada umat Islam melalui ucapan dan tindakan di luar halaman Al-Qur’an. Pada abad kedua Hijriah, hadis-hadis diproduksi untuk memberikan legitimasi dan normativitas pada penggunaan tradisi kenabian.

Sebagai suatu produk ilmu, hadis disusun dengan menjadikan tradisi nabi sebagai objek. Tradisi merupakan suatu realitas empirik yang dapat diteliti secara ilmiah. Tradisi tersebut bersumber pada perkataan, perbuatan dan sifat Nabi. Penelitian terhadap tradisi ini dilakukan dengan metode tertentu dengan prosedur, aktivitas berpikir, pola kerja dan tata langkah, serta teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis.

Ada dua metode utama dalam penelitian hadis pada waktu itu, yaitu metode kritik matan dan metode kritik sanad. Dari pengembangan dua metode tersebut muncul cabang-cabang ilmu hadis yang lebih spesifik, seperti rijal al-hadis (membahas perawi hadis), tarikh ar-ruwat (sejarah para perawi hadis) dan al-jarh wa ta’dil (biografi perawi hadis).

Baca Juga  Mengapa Hadis Niat Selalu Ditulis Pertama?

Hadis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan melalui beberapa unsur. Hadis berfungsi sebagai sumber informasi, panduan etis untuk sains, hukum Islam saat ini, dan motivasi untuk penyelidikan ilmiah dalam iman Islam. Memahami dan mempraktikkan karakteristik ini merupakan langkah penting dalam memadukan prinsip-prinsip agama dengan sains kontemporer dan memperluas pengetahuan manusia.

Sekilas tentang Ilmu Pengetahuan

Menurut T. Jacob, ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan manusia mengenai hidup dan lingkungannya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta menyesuaikan lingkungan dengan dirinya dalam rangka strategi pengembanganhidupnya. Sementara itu teknologi merupakan konsekuensi lebih lanjut yang merupakan penerapan daripada ilmu, baik modern maupun folk-science.

Ilmu pengetahuan sebagai proses, produk dan paradigma etis dalam pengembangannya memerlukan landasan berpijak antara lain filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu merupakan kajian filsafat yang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain: apakah objek ilmu? Bagaimanakah proses keilmuan? Apakah manfaat ilmu? Upaya mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini mendorong munculnya pemikiran filsafati yang dilakukan using pendekatan metafisis, epistemologis, dan aksiologis.

Pendekatan metafisis melahirkan paham realisme dan idealisme. Pendekatan epistemologis melahirkan paham rasionalisme dan empirisme serta paham penyatuan keduanya yang disebut kritisisme. Sedangkan pendekatan aksiologi, menurut Runes berkaitan dengan empat faktor, yaitu kodrat nilai, jenis-jenis nilai, kriteria nilai dan status metafisik nilai.

Ada pula menurut para ahli filsuf Islam mengenai ilmu pengetahuan sebagai contoh Ibnu Sina Sosok Ibnu Sina yang dianggap sebagai pemikir Muslim terbesar dan memiliki reputasi baik di Timur dan Barat, juga dikutip oleh para filosof Islam sebagai contoh ilmu pengetahuan. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan yang berpengetahuan luas di beberapa bidang keilmuan. Dia memiliki reputasi sebagai dokter yang berpengetahuan luas tentang banyak penyakit pada usia lima belas tahun.

Ibnu Sina telah melakukan upaya untuk menggabungkan filsafat dengan agama. Dia berpendapat manusia akan mencapai kesempurnaan melalui studi filsafat dan kesempurnaan ini tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoretis; seseorang juga harus bekerja keras untuk menjalani kehidupan yang konsisten dengan apa yang dipahaminya. Agama adalah wahyu Ilahi yang disampaikan kepada manusia melalui seorang Nabi.

Baca Juga  Tidak Semua Ilmu Boleh Disebarkan!

Peranan Hadis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Fakta bahwa sains dalam pemahaman modern atau pengertian Barat tidak didasarkan pada logika formal atau fiktif atau analogi yang berasal dari Aristoteles adalah karakteristiknya yang paling menonjol. Namun, sains dalam pengertian ini didasarkan pada eksperimen dan observasi, oleh karena itu disebut sains eksperimental dan teknik eksperimental.

Nabi telah mengakui ide-ide eksperimental ini di bidang teknologi seperti pertanian, industri, kedokteran, dan sejenisnya. Eksperimen yang bermanfaat berubah menjadi persyaratan syariah. Namun, syariat melarang cobaan yang dianggap berdampak buruk.

Jika ingin mengambil suatu contoh perhatian Islam khususnya Rasulullah Saw, terhadap ilmu eksperimental, maka ilmu kedokteran adalah yang sangat tepat; di dalam ilmu ini sikap Al-Qur’an bersenyawa dengan hadis. Para ulama dan cendekiawan Muslim telah mengumpulkan hadis-hadis ini dalam bidang kedokteran dan menggunakannya sebagai sumber pengetahuan medis. Ini membantu dalam perkembangan ilmu kedokteran di dunia Muslim.

***

Yusuf al-Qardhawi adalah seorang ulama Sunni terkenal dan pemikir Islam kontemporer yang memiliki pengaruh luas di dunia Muslim terutama mengenai Ilmu Kedokteran, Secara umum, dalam tradisi Islam, ilmu kedokteran dianggap penting dan dianjurkan. Islam mendorong umatnya untuk mencari pengobatan dan perawatan medis saat mereka sakit atau mengalami masalah kesehatan. Rasulullah juga mendorong umatnya untuk mencari pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kedokteran.

Dalam pandangan Islam, tubuh manusia dianggap sebagai amanah dari Allah Swt dan perawatan kesehatan dianggap sebagai bentuk ibadah. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran untuk membantu masyarakat dan merawat orang yang membutuhkan.

Yusuf al-Qardhawi membagi menjadi tujuh prinsip sebagai fondasi berdirinya ilmu kedokteran yang sempurna, Tiga diantaranya adalah: Pertama, Islam menetapkan bahwa nilai dan hak tubuh ada pada pemiliknya. Kedua, menentukan sebab dan sekaligus penyebab sebagaimana Dia pun menentukan bahwa obatnya adalah sudah ditentukan begitu pula cara pencegahannya. Ketiga, selalu berpikir positif bagi dokter atau orang yang sakit bahwa setiap penyakit itu ada obatnya. Dalam hal ini ada hubungannya dengan hadis Nabi sebagai berikut:

Baca Juga  Mengenal Shahih Bukhari, Kitab Rujukan Kedua Setelah Al-Quran

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az Zubairi, telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Sa’id bin Abu Husain dia berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Atha` bin Abu Rabah dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi ﷺ beliau bersabda, “Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga.”

Kesimpulan

Dari penjelasan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa obat itu sebenarnya ada dan semua penyakit itu sudah pasti ada obatnya tergantung ikhtiar kita saja dalam mencegah atau menyembuhkan penyakit tersebut.

Selain mengandung beberapa prinsip dalam ilmu pengetahuan. Hadis juga memuat tentang teori ilmu pengetahuan, salah satu di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah Saw, ditanyai mengenai kemana tenggelamnya benda-benda angkasa yang tenggelam itu, dan dari mana terbitnya benda-benda angkasa yang terbit itu? Nabi menjawab: Ia tetap berada pada tempatnya. Tidak berpindah dan bergeser. Benda-benda itu tenggelam bagi satu kaum dan terbit bagi kaum yang lain. Ia tenggelam dan terbit pada suatu kaum (dan dalam waktu bersamaan) satu kaum mengatakan ia tenggelam sementara kaum yang lain mengatakan ia terbit.

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Hadis

Transmisi Hadits Era Tabi’in

4 Mins read
Pengetahuan tentang proses penyebaran hadits menjadi sangat penting, mengingat rentang waktu antara umat dengan Nabi-nya. Akan tetapi keterbatasan ruang dan waktu tersebut…
Hadis

Sunan Asy-Syafi'i, Kitab Hadis yang Ditulis Langsung oleh Imam Syafi'i

2 Mins read
Tentang Kitab Sunan Syafi’i Sesungguhnya kitab As-Sunan karya Imam Asy-Syafi’i ditulis langsung oleh beliau. Kitab Sunan ini merupakan kitab yang terbilang “…
Hadis

Hadis Daif: Haruskah Ditolak Mentah-mentah?

4 Mins read
Dalam diskursus kajian hadis, masalah autentisitas selalu jadi perhatian utama. Bagaimana tidak, dalam konstruksi hukum Islam sendiri menempatkan hadis pada posisi yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds