Report

Adi Hidayat: Perbedaan dalam Agama adalah Hal Biasa

1 Mins read

IBTimes.ID – Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Adi Hidayat menegaskan bahwa perbedaan dalam menjalankan agama merupakan hal yang biasa.

Hal tersebut ia sampaikan dalam Pengajian Ramadan 1444 H yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sabtu (25/3/2023).

Ia mencontohkan, sebagian muslim, terutama di daratan Afrika tidak bisa mengucap vokal kata “A”. Mereka kemudian menggantinya dengan vokal kata “E”. Sehingga mengucap “Wa ad-Dhuha” yang keluar ialah “Wa ad-Dhuhe”. Perbedaan ini ditoleransi sebagai bagian dari keniscayaan antropologis dan bukti bahwa Islam tidak memberatkan dalam pelaksanaan ibadah.

Dilansir dari laman PP Muhammadiyah, ia memberi contoh lain dalam konteks sujud ketika salat. Saat sujud, telapak tangan dan lutut menjadi dua anggota tubuh yang diperdebatkan, mana yang terlebih dahulu hinggap di tempat sujud.

Pangkal dari perbedaan ini berasal dari dua hadis riwayat Abu Daud nomor 838 dan 840-841. Menurutnya, kedua pendapat dalam hal tersebut sama-sama benar.

Setelah Rasul wafat, umat Islam berpencar ke empat wilayah besar dan ada 130 sahabat nabi yang berfatwa di berbagai wilayah ini. Ia menyebut bahwa menjadi hal yang wajar jika umat Islam hanya mengambil salah satu dari empat mazhab yang diajarkan di empat wilayah ini.

“Karena tidak mungkin untuk mengajarkan sekaligus mempraktekkan keempat mazhab sekaligus. Kita harus memilih salah satu, dan ketika kita sudah memilih, itulah yang disebut dengan mazhab,” jelasnya.

Adi Hidayat menyebut bahwa semua utusan Allah dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad beragama Islam. Pasalnya, semua pembawa risalah tauhid ini tunduk dan patuh terhadap perintah Allah. Bahkan mereka memiliki manhaj yang serumpun, yaitu diperintahkan untuk menaati aturan Allah yang sesuai dengan kapasitas hamba-Nya.

Baca Juga  Haedar Nashir: Pergaulan Umat Islam Jangan Seperti Katak dalam Tempurung

“Tidak mungkin Allah memberikan suatu pedoman, perintah, dan petunjuk yang hamba-Nya tidak mampu untuk melakukannya. Karena itu dalam Al Quran ditegaskan bahwa Allah tidak akan membebani umat-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” imbuhnya.

Dalam upaya menjalankan perintah Allah tersebut, memang terjadi perbedaan dalam tataran praktisnya. 

“Mazhab itu tidak mungkin keluar dari manhaj. Jadi, mazhab itu definisinya bukan kelompok. Mazhab itu adalah singkatan dari ma zahaba ilayhi atau apa yang dicenderungi untuk diambil. Karena jika kita lihat sejarahnya, Rasulullah di semasa hidupnya telah mengajarkan semua hal terkait Islam,” ujarnya.

(Yusuf)

Avatar
1343 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *