Perspektif

Agama dan Marxisme, Sama-Sama Bisa Bikin Candu!

3 Mins read

“Die Religion Lex das Opium das Volkes/Agama adalah candu masyarakat”

(Karl Marx)

Biografi Marx

Kalimat diatas bukan merupakan sebuah puisi atau quotes yang setiap waktu dapat kita kutip dan disampaikan secara bebas tanpa pemaknaan yang dalam.

Kalimat di atas merupakan tesis dari filosof kenamaan Jerman dengan nama asli Karl Heinrich Marx atau para aktivis sosial lebih mengenalnya dengan nama Karl Marx.

Ia lahir di Tier, Jerman pada tanggal 05-Mei-1881 dan wafat ketika umur 64 tahun pada tanggal 14-Maret-1883 di London, Inggris. Karl Marx lahir dari keluarga Yahudi yang pada akhirnya memilih berpindah agama karena faktor politik.

Karl Marx merupakan salah seorang revolusioner Jerman dan juga seorang jurnalis yang aktif membela kaum buruh.

Secara garis besar, pemikiran-pemikiran Marx dipengaruhi oleh pemikiran Hegel, David Ricardo, dan French.

Selain seorang revolusioner, Marx juga banyak melahirkan buah pemikiran  berbentuk buku. Das Kapital dan Manifesto Komunis merupakan karya Marx yang paling fenomenal.

Marx merupakan salah satu tokoh sosialisme yang saat ini familiar dengan kita, teori materialisme dan masyarakat tanpa kelas merupakan teori yang selalu dibawa oleh Marx untuk memperjuangkan kaum buruh atau dalam bahasa Marx kaum proletar.

Marx juga merupakan salah seorang yang menentang kemajuan revolusi industri yang ada di Inggris dan ditandai dengan kapitalisme (Pemilik modal dapat menguasai pasar secara bebas).

Selain teori materialisme dan teori tanpa kelas, Marx juga melahirkan sebuah tesis seperti yang telah penulis kutip di awal tulisan. Tesis Marx yang menyebutkan agama sebagai candu menjadikan beliau selalu dikaitkan dengan atheisme.

Secara spontan, tesis yang disampaikan oleh Marx dapat kita tolak dengan mentah, namun perlu kiranya kita menelaah lebih dalam maksud dan faktor tesis tersebut disampaikan oleh Marx.

Baca Juga  Pandangan Nietzsche dan Ibnu Sina Tentang Kehadiran Tuhan

Agama adalah Candu

Agama adalah candu masyarakat merupakan bagian akhir dari tesis Marx. Secara lengkap Marx mengungkapkan, “Agama adalah keluh kesah bagi masyarakat yang tertindas dan hati bagi dunia yang tak berhati dan jiwa dari keadaan tidak berjiwa, agama adalah candu masyarakat.”

Jika kita melihat kalimat utuh yang diucapkan oleh Marx, bahwa beliau tidak menolak agama secara utuh melainkan mendukung keberadaan agama. Dalam pandangan Marx, agama menjadi candu karena dijadikan sebagai alat kaum bourjois dan pemuka agama untuk melenakan dan menjadikan kaum proletar tidak berdaya dan menerima nasib sebagai orang yang tertindas dan pasrah dengan keadaan yang dialaminya.

Hal yang demikian bukan hanya terjadi pada masa Marx saja. Pada zaman sekarang, kondisi yang demikian juga masih terjadi. Seakan agama menjadi kambing hitam dan dalil kepatuhan kepada masyarakat dalam segala hal mulai dari ekonomi hingga politik.

Memang benar sifat dasar agama adalah dogmatik (pokok ajaran yang harus diikuti) dan doktriner (ajaran suatu gerakan yang wajib dipatuhi). Namun, dengan sifat yang demikian, agama tidak bisa dengan mudah dijadikan sebagai kambing hitam segala permasalahan.

Jika agama melenakan dan sebagai alat untuk melenakan, maka patut kiranya kita setuju dengan tesis Marx. Namun lain daripada itu, jika kita telaah lebih dalam, setiap agama memiliki basis nilai yang dapat dikembangkan oleh masyarakat.

Karena pada dasarnya, seluruh agama tidak mengajarkan bagi ummatnya untuk pasrah dan menunggu nasib diubah oleh sang pencipta. Akan tetapi, mengajarkan seluruh pemeluk agama untuk tetap berjuang dengan nilai-nilai agama dan mengkontekstualisasikan nilai-nilai tersebut pada seluruh lini kehidupan dengan landasan ilmu pengetahuan.

Kontekstualisasi nilai agama memiliki batasan agar tidak merusak nilai yang ada dalam agama atau lebih bebasnya memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Baca Juga  Karl Marx dan Iklim (2): Hubungannya dengan Kapitalisme

Sebagaimana Agama, Marxisme Juga Bisa Jadi Candu   

Jika tesis Marx agama adalah candu bagi masyarakat, bagaimana posisi Marxsisme ? Bagi penulis, Marxsisme menjadi candu bagi para penganut sosialisme radikal dan Marxis.

Imbuhan frasa isme di akhir kalimat Marx menetapkan Marx sebagai ideologi dan sebuah dogma secara jelas menandakan Marxisme adalah candu masyarakat. Dalam banyak kesempatan Marx tidak suka beliau disebut dengan kata Marxis.

Setalah wafat, murid-murid Marx terpecah menjadi dua aliran, pertama Marxisme-leninisme. aliran pertama ini menjadi cikal bakal lahirnya komunisme. Aliran ini merupakan Marxisme-tekstualis yang memahami teori dan gerakan Marx hanya pada tataran revolusioner belaka tidak menjadikan Marx sebagai genealogi.

Kedua Marxisme-Ortodoks. Aliran resmi gerakan sosialis dan memiliki tujuan untuk mengkodifikasi dan mensistematisasikan teori-teori Marx. Ketiga, Neo-Marxisme. Aliran ini dikenal dengan nama Mazhab Frankfrut dan kajiannya diberi nama metode kritis.

Aliran ini tidak mengkultuskan Marx sebagai ideologi akan tetapi menjadikan teori-teori Marx muda sebagai pisau analisis kajian sosial dan melakukan peremajaan teori yang disampaikan oleh Marx.

Antara agama dan Marxisme tidak jauh berbeda, keduanya dapat menjadi candu ketika pengikut dan penganutnya memahami nilai hanya pada tataran teks semata. Candu tersebut bukan hanya ditafsirkan pada agama dan Marxisme semata melainkan seluruh ideologi yang dianut oleh manusia.

Maka dari itu, perlu kiranya untuk mengkontekstualisasikan setiap nilai yang ada pada agama dan ideologi yang di anut agar kita tidak menjadi pengikut yang fanatik buta/taqlid.

Editor: Yahya FR

Avatar
3 posts

About author
Kepala Madrasah Digital Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds