Feature

Akankah Kisah Stasiun Gambir Berakhir?

2 Mins read
Oleh: Fathin Robbani Sukmana*

 

Kereta api merupakan suatu sarana transportasi berbasis rel. Sarana yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia, baik untuk transportasi jarak dekat ataupun jarak jauh. Semenjak Kepemimpinan Ignasius Jonan wajah transportasi kereta api Indonesia yang tadinya suram menjadi cemerlang. Perubahan terus berlanjut, kini tersiar kabar pemberhentian operasi salah satu stasiun besar yaitu Stasiun Gambir, akankah kisah Stasiun Gambir berakhir?

Kembali ke Jonan, prestasinya dalam mengembangkan perkeretaapian Indonesia cukup cemerlang. Mulai dari revolusi kereta ekonomi menjadi seluruhnya berpendingin udara, hingga tidak ada lagi penumpang gelap di dalam kereta api.

Stasiun Gambir Memanjakan Penumpang

Stasiun Gambir merupaka salah satu stasiun besar di Daerah Operasi 1 Jakarta. Terletak di bilangan Jalan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat. Sejak tahun 2010, stasiun dengan sejarah panjang sejak masa kolonial ini hanya melayani Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) dan tidak melayani Kereta Rel Listrik (KRL).

Stasiun Gambir memiliki letak geografis yang strategis karena berada di pusat kota. Stasiun ini dekat dengan Istana Presiden, beberapa gedung Kementerian, dan tentu Monas, bahkan monumen ini menjadi ikon pertama yang dilihat oleh Penumpang KAJJ saat turun di Stasiun Gambir.

Fasilitas Stasiun Gambir dibuat maksimal. Stasiun ini memiliki 1 masjid di area parkir serta 3 musala di dalam stasiun. Selain itu ada ruangan untuk ibu menyusui, serta tempat menunggu kereta yang indah dan nyaman. Gambir juga memiliki fasilitas co-working space bagi penumpang yang ingin mengerjakan pekerjaan apapun yang mendesak.

Selain itu stasiun gambir memiliki fasilitas shower dan locker room untuk penumpang yang ingin mandi setelah perjalanan panjang menggunakan kereta api. Fasilitas berikutnya adalah rail transit suite yaitu hotel transit bagi pengguna jasa kereta api yang tiba di stasiun Gambir pada malam hingga dini hari. Juga dapat digunakan untuk penumpang yang ingin menunggu pemberangkatan Kereta Api.

Baca Juga  Arah Baru Gerak Santri

Tak heran dengan berbagai macam fasilitas yang memanjakan, Stasiun Gambir selalu dipadati penumpang. Bahkan saat lebaran tahun 2019, penumpang di Stasiun Gambir mencapai angka 22 ribu penumpang sehari.

Angka ini meningkat sebanyak 9% dari lebaran tahun 2018. Dengan sejumlah fasilitas yang ada, penumpang akan selalu menjadikan Kereta Api sebagai alat transportasi ke kampung halaman.

Akankah Kisah Stasiun Gambir Berakhir?

Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan telah mengumumkan di tahun 2021 Stasiun Manggarai akan menjadi Manggarai Central Station. Seluruh KAJJ akan mengakhiri perjalanan di Stasiun Manggarai.

Manggarai Central Station merupakan bagian dari Proyek Jalur Dwi Ganda Manggarai – Cikarang. Tentu akan berimbas pada KAJJ tidak akan berhenti lagi di Stasiun Gambir.

Manggarai Central Station akan mempunyai konsep 8 Jalur Kereta di Lantai Dasar. 8 Jalur digunakan untuk Jalur Commuter Line Bekasi sebanyak 6 Jalur, dan 2 Jalur untuk kereta Bandara. Lalu 10 Jalur yang akan berada di Lantai 2; 6 Jalur untuk Kereta Api Jarak Jauh, 4 Jalur untuk Commuter Line Bogor.

Wacana ini menuai pro-kontra dari berbagai elemen masyarakat, termasuk Jonan, mantan Direktur PT KAI. Di berbagai media Jonan mengatakan pemindahan pemberhentian KAJJ dari stasiun Gambir ke Stasiun Manggarai tidak lah tepat.

Menurut pendapat penulis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub RI jika akan merealisasikan rencana peubahan Stasiun Manggarai menjadi central station.

Pertama, Fasilitas stasiun Manggarai minimal harus sama dengan fasilitas Stasiun Gambir. Mengapa? Karena selama ini penumpang sudah sangat nyaman dengan berbagai fasilitas Stasiun Gambir.

Kedua, Kementrian Perhubungan harus mempersiapkan fasilitas parkir yang luas. Karena tidak sedikit beberapa pengguna jasa kereta api jarak jauh menggunakan fasilitas parkir yang ada di stasiun

Baca Juga  Sawah Untoh dan Jelen Luhuih (2): Pesatnya Perkembangan Kerinci Hilir

Ketiga, memisahkan alur keluar-masuk penumpang KAJJ dan KRL, agar tidak terjadi penumpukan penumpang. Terutama pada jam-jam sibuk, peron arah Bekasi selalu padat penumpang.

Keempat, memperhatikan kondisi jalan raya sekitar stasiun agar tidak memperparah kemacetan stasiun Manggarai saat hari hari tertentu.

Kelima, mempersiapkan transportasi antar moda seperti terminal Damri dari gambir harus mengikuti perpindahan ke Stasiun Manggarai.

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan jika Manggarai menjadi Central Station, mengapa? Karena Direktorat Jendral Perkeretaapian Indonesia harus mengikuti semboyan PT KAI yaitu “You is Our Priority” atau Anda (Pelanggan) adalah prioritas kami.

Sehingga pemindahan pemberhentian KAJJ tidak mengurangi minat penumpang dalam menggunakan kereta api, dan tetap menjadikan kepuasan pelanggan sebagai prioritas.

 

*) Ketua PC Pemuda Muhammadiyah Cibitung. Pengguna Jasa Kereta Api Jarak Jauh dan Commuter Line Indonesia

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds