Imam Syafii adalah seorang ulama besar, yang sampai hari ini bangunan ushul fiqhnya masih kita gunakan. Sebagai seorang imam mazhab, ia tentu memiliki banyak murid. Setelah kita membahas muridnya yang bernama Al-Buwaithi, sekarang kita beralih ke murid lain yang tidak kalah hebat: Al-Muzani.
Nama lengkapnya adalah Ismail bin Yahya bin Ismail bin Amir bin Ishaq al-Muzani. Nama panggilannya selain al-Muzani adalah Abu Ibrahim. Hidup selama 87 tahun, yaitu tahun 791 – 878 M. Ia adalah salah satu murid imam Syafii yang sangat cerdas. Ia hidup pada masa kekhalifahan Abbasiyah, semasa dengan al-Buwaithi. Imam Syafii langsung yang merekomendasikan kepada al-Muzani untuk belajar ushul fiqh, setelah sebelumnya ingin belajar kalam.
“Anakku, Muzani. Belajar ilmu kalam, walaupun kamu mendapatkan kebenaran, kamu tetap tidak mendapatkan pahala.” Kata Syafii. Ia berkata lagi, “Apakah tidak sebaiknya kamu belajar ilmu yang jika kamu benar maka kamu mendapat dua pahala, dan jika salah kamu masih mendapat satu pahala?” “ilmu apa itu?” tanya al-Muzani. Imam Syafii menjawab, “ushul fiqh.”
***
Sejak perbincangan itu, ia menjadi begitu gandrung untuk belajar ushul fiqh. Pada malam hari, jika ia mengantuk, ia akan berwudhu, kemudian berdoa, kemudian belajar lagi. Jika mengantuk lagi, ia mengulangi wudhu dan berdoa, begitu seterusnya sampai 17 kali dalam semalam. Tak heran Imam Syafii berkata “al-Muzani nashiru madzhabi.” (al-Muzani adalah penolong mazhabku). Bahkan, Imam Syafii sampai mengatakan jika al-Muzani berdebat dengan setan, al-Muzani akan dapat memenangkannya.
Salah satu hal yang unik dari al-Muzani adalah hobinya. Ia memiliki hobi memandikan jenazah. Tentu bukan tanpa alasan. Ia biasa memandikan jenazah untuk memperhalus hatinya. Ia pula yang memandikan langsung jenazah sang guru, Imam Syafii. Ia mengamalkan hadits nabi yang berbunyi:
“barangsiapa yang memandikan seorang muslim kemudian menyembunyikan (aibnya), Allah akan ampuni untuknya 40 kali. Barangsiapa yang menggalikan kubur untuknya kemudian menguburkannya, akan dialirkan pahala seperti pahala memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Barangsiapa yang mengkafaninya, Allah akan memberikan pakaian untuknya, pada hari kiamat, sutra halus dan sutra tebal surga.”
Beberapa literatur yang menceritakan tentang al-Muzani lebih banyak membicarakan kelebihan-kelebihannya. Seperti ibadahnya, zuhudnya, wara’nya, dan lain-lain. misalnya, Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi menceritakan bahwa dalam sebuah pengajian, Imam Syafii pernah berkata kepadanya, “kamu perlu ingat, suatu hari nanti, zaman akan datang kepada Muzani. Ia akan mampu menafsirkannya tanpa keliru.”
Rabi’ ini adalah orang yang bersama al-Muzani memandikan jenazah Imam Syafii. Ia pula yang mendapat kiriman surat dari al-Buwaithi ketika al-Buwaithi berada dalam penjara. Semoga sosok Rabi’ ini bisa kita angkat di tulisan selanjutnya. Menurut Abu Ishaq asy-Syirazi, al-Muzani adalah orang yang sangat zuhud, ‘alim, mujtahid, pintar, sekaligus orator. Ia memiliki perpaduan yang baik antara kecerdasan dengan kesederhanaan.
Karya-karya & Murid Al-Muzani
Kitabnya yang berjudul Mukhtashar al-Mukhtashar adalah kitab induk dari kitab-kitab mazhab Syafii. Al-Baihaqi memberikan komentar bahwa ia tidak pernah mengetahui adanya suatu kitab yang ditulis dalam Islam, yang lebih besar manfaatnya, lebih luas keberkahannya, dan lebih banyak buahnya daripada kitab ini. Hal tersebut dikarenakan perpaduan antara akidah al-Muzani yang benar, ibadah yang begitu kuat, dan kesungguhan dalam penyusunan kitab.
Al-Muzani sendiri menuliskan, “aku ringkaskan dalam kitab ini suatu pengetahuan yang berasal dari ilmu Muhammad bin Idris asy-Syafii rahimahullah dan dari makna ucapan-ucapannya. Untuk mendekatkan pemahaman kepada yang menginginkannya. Disertai dengan penjelasan larangan untuk bersikap taqlid atau fanatisme terhadap asy-Syafii atau yang lainnya.”
Karyanya yang lain yang cukup terkenal adalah Syarhus Sunnah. Kitab ini berisi penjelasan tentang konsep-konsep akidah al-Muzani. Selain itu, ia menulis kitab al-Mukhtashar, al-Jami’ al-Kabir, al-Jami’ ash-Shagir, al-Mantsur, al-Masail al-Mu’tabarah, at-Targhib fi al-‘Ilm, al-Watsaiq, Kitab al-‘Aqarib, Nihayat al-Ikhtisar, dan ringkasan al-Umm, kitab Imam Syafii yang fenomenal. Ringkasan ini dicetak di bagian samping kitab induknya. Dan masih banyak lagi.
Al-Muzani melahirkan murid-murid yang juga menjadi ulama besar. Pertama, Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah. Ia lebih dikenal dengan Ibnu Khuzaimah. Ibnu Khuzaimah ini adalah salah satu guru Imam Bukhari & Muslim. Kedua, Abu Ja’far at-Thohawy. Ia adalah penulis kitab Aqidah at-Thohawiyyah. Ketiga, Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Raziy, yaitu penulis tafsir Ibn Abi Hatim. Ibnu Katsir cukup banyak mengambil rujukan dari kitab ini.
Dengan prestasi tersebut, al-Muzani terbilang sukses dalam mencetak generasi penerus. Ia wafat di Mesir pada bulan Ramadhan tahun 264 H. Bertepatan dengan tahun 878 M. Ia dimakamkan di Qurafah ash-Shugra, di dekat makam gurunya, Imam Syafii.