Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat senior yang masuk dalam kategori assabiqunal awwalun, yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Selain itu, Ali memiliki beberapa julukan, seperti babul ilmi (pintunya ilmu) yang disematkan oleh Nabi Muhammad saw. kepadanya.
Syekh az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’alim menulis pendapat Ali bin Abi Thalib yang berkaitan dengan ilmu, bahwa orang yang mengajarkan satu huruf ilmu harus dibayar dengan seribu dirham. Selain itu, dirinya (Ali bin Abi Thalib) rela dijual jika itu merupakan kehendak guru yang telah mengajarkan ilmu kepadanya. Lebih dari itu, ilmu menurutnya lebih utama daripada segala isi dunia.
Ilmu Atau Harta?
Syekh Muhammad bin Abu Bakar dalam kitab ‘Ushfuriyah mengisahkan bahwa suatu ketika ada segerombolan masyarakat yang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib terkait manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta? Kemudian Ali bin Abi Thalib memberikan jawaban yang berbeda bagi setiap penanya. Meskipun pertanyaan yang diajukan segerombolan masyarakat itu tetap sama.
Berikut adalah jawaban Ali bin Abi Thalib pada segerombolan penanya itu.
Pertama, ilmu lebih utama dari harta dikarenakan ilmu merupakan warisan para nabi, sementara harta adalah warisan Fir’aun, Qarun, Syadad, dan sebagainya. Pendapat Ali bin Abi Thalib ini senada dengan hadis Nabi saw. riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, dan ad-Darimi. Hadis itu menyebutkan bahwa para nabi tidak mewariskan harta berupa dinar atau dirham, tetapi para nabi mewariskan ilmu yang kemudian diambil oleh para ulama.
Kedua, ilmu lebih utama dari harta karena ilmu menjaga pemiliknya sementara harta dijaga pemiliknya. Hal ini dikarenakan manusia akan menjadi objek ketika memiliki ilmu dan akan menjadi subjek ketika memiliki harta. Ringkasnya, ilmu akan bekerja untuk manusia, sementara harta mempekerjakan manusia. Dengan kata lain, ilmu menjadikan pemiliknya menjadi seorang raja yang layak dilayani, sementara harta menjadikan pemiliknya seorang hamba.
Ketiga, ilmu lebih utama dari harta karena ilmu menyebabkan banyak teman, sementara harta menyebabkan banyak musuh.
Beberapa Hadis Tentang Keutamaan Ilmu
Keempat, ilmu lebih utama dari harta karena jika digunakan harta akan berkurang, sementara ilmu jika digunakan akan bertambah. Hal ini seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis, yaitu “Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu pada orang lain, maka Allah akan mengajarkan ilmu baru yang belum diketahuinya.”
Kelima, ilmu lebih utama dari harta karena orang yang berilmu dipanggil dengan nama yang agung dan mulia. Sementara orang yang punya harta akan dipanggil sebagai orang bakhil (pelit) dan orang yang bertabiat keji.
Keenam, ilmu lebih utama dari harta karena harta harus dijaga dari pencuri, sementara ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri.
Ketujuh, ilmu lebih utama dari harta karena orang yang memiliki ilmu akan mendapatkan syafaat di hari kiamat. Sementara orang yang memiliki harta akan mendapatkan hisaban pada hari kiamat.
Kedelapan, ilmu lebih utama dari harta karena harta akan lenyap sebab bergantinya zaman. Sementara ilmu tidak akan lenyap dan tidak akan rusak sebab bergantinya zaman, melainkan akan terus berkembang sampai akhir zaman. Dengan kata lain, ilmu itu akan terus lestari sampai hari akhir nanti.
Kesembilan, ilmu lebih utama dari harta karena ilmu dapat menerangi hati, sementara harta mengeraskan hati. Hal serupa disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw. bahwa “ilmu itu cahaya, sementara harta adalah pangkal dari segala keburukan”, termasuk di dalamnya adalah kerasnya hati.
Kerasnya Hati dan Kurangnya Rasa Kasih Sayang Karena Harta dan Jabatan
Selain itu, dalam kitab Tafsir Surat Yasin karya Syekh Hamami, Abdul Muthalib pernah menolak tawaran Abu Lahab untuk mengurus dan menjaga Nabi saw. dengan alasan bahwa Abu Lahab memiliki banyak harta dan memiliki kedudukan yang mulia. Menurut Abdul Muthalib, kedua hal itu akan membawa pemiliknya pada kerasnya hati dan kurangnya rasa kasih sayang.
Pada akhir kisah ini, Sayyidina Ali berkata seandainya orang-orang ini bertanya kembali atau orang yang bertanya lebih banyak dari ini meskipun dengan pertanyaan serupa, niscaya Ali akan mampu menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda selama dirinya masih hidup.
Dengan demikian, patut kiranya bagi seorang muslim untuk selalu mencari ilmu agar bertambah wawasan dan kebijaksanaan, serta mengurangi perilaku hedonis di kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, berlaku seimbang antara menuntut ilmu dan mencari harta adalah hal yang baik. Sebab mengajarkan ilmu harus memakai harta, dan menggunakan harta harus memakai ilmu.
Editor: Lely N