Tafsir

Allah Tidak Pernah Medot Janji

3 Mins read

Oleh: Hendra Hari Wahyudi*

Akhir-akhir ini, lagu Kartonyono Medot Janji yang dilantunkan oleh Denny “Cak Nan” amat akrab ditelinga. Lagu yang bercerita tentang seseorang yang patah hati karena sang kekasih memilih untuk mengingkari janji ini menarik dengan menggunakan lantunan bahasa Jawa. Dari kisah Kartonyono yang medhot janji di Ngawi ini kita bisa belajar bahwa terlalu menaruh harapan kepada manusia itu lebih sering mengalami kekecewaan.

Kenapa sering kecewa ketika berharap kepada manusia? Karena sejatinya manusia mempunyai kekurangan dan kelemahan. Makhuk Allah jenis apapun masih penuh dengan berbagai kekurangan yang belum tentu bisa membantu memecahkan persoalan kita. Sebagai orang muslim, kita harus yakin bahwa Allah itu maha segala-galanya, Maha Kuasa, Maha Kaya dan segala maha ada pada-Nya.

Firman Allah:

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

QS. Al-Maidah : 23

Sering kita berharap kepada selain Allah SWT, bersandar kepada janji manusia ataupun lainnya. Anak muda yang sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis pun terkadang terlalu memegang janji pasangannya, tak sedikit pula yang kecewa karena ingkar, sebagaimana dalam cerita lagu Kartonyono Medot Janji tadi. Semua terjadi karena tidak adanya tanggungjawab dalam memegang amanah.

Seorang muslim yang taat akan keimanannya, pasti akan yang yakin kepada janji Rabbnya, karena janji Allah SWT pasti nyata. Pada Surat Al-Baqarah ayat 40, Allah berfirman “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).

Larangan Melanggar Janji

Sak kabehane wes tak turuti (semua sudah aku turuti), Tapi malah mblenjani (tapi malah kau mengingkari janji). Bait dari lagu tadi menyadarkan kita bahwa manusia lebih sering mengingkari janjinya, siapapun orangnya. Dari rakyat biasa sampai pejabat tinggi sering menjadikan kita korban janji, ketika kampanye para calon wakil ataupun calon pemimpin pun dengan mudah menjanjikan kebijakan atas nama rakyat. Namun, terkadang mereka lupa ketika sudah mendapatkan jabatan yang ia incar.

Baca Juga  Hirarki Zaman Terbaik Menurut Perspektif Hadits

Orang yang mengingkari janji termasuk golongan orang munafik, sebagai mana hadits Rasulullah “ Tanda-tanda orang munafiq ada tiga : jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanat khianat. ” (H.R.Muslim).

Sementara itu, dalam surat An Nisa ayat 145, Allah berfirman:

Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka”.

Sungguh pedih ancaman bagi orang yang menghianati janjinya. Manusia kadang juga tidak hanya berjanji kepada sesama manusia, namun juga terkadang berjanji kepada Allah SWT. Sama halnya dengan manusia, kepada Allah SWT pun manusia wajib menepati janji. Karena janji adalah hutang, dan hutang harus atau wajib ditunaikan/dibayarkan. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (QS: Al-Ma’idah: 1).

Yang dimaksud dengan akad menurut Ibnu ‘Abbas adalah perjanjian. Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, “Yang dimaksud dengan perjanjian tersebut adalah segala yang dihalalkan dan diharamkan Allah, yang difardhukan, dan apa yang ditetapkan Allah di dalam Al-Qur’an secara keseluruhan, maka kalian jangan mengkhianati dan melanggarnya.”

Jadi dari sini, melanggar janji adalah haram. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu sudah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (QS: An-Nahl: 91).

Setiap janji akan dimintai pertanggungjawaban, siapapun orangnya,

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik bermanfaat sampai ia dewasa dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al Isra’ 34)

Memperkuat Iman

Janji kita kepada Allah SWT dan kepada manusia pun juga harus kita tunaikan, karena sejatinya segala perbuatan yang kita lakukan didunia ini akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sebagai muslim yang beriman, sudah seharusnya kita yakin bahwa apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT akan ditepati. “Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (Q.S Fathir: 5).

Tugas manusia hanya berusaha dan berdoa, serta yakin bahwa kelak apa yang telah dijanjikan Allah pasti nyata dan Allah SWT tidak akan medot janji. Dan apabila sesuatu yang (telah) kita usahakan tidak kunjung kita dapatkan atau dikabulkan oleh Allah SWT, maka bersabar adalah sebaik-baiknya cara,

Baca Juga  Karakteristik Tafsir At-Tanwir (2): Membangkitkan Dinamika

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar. Dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (Q.S. Ghafir: 55)

Dengan kita yakin kepada janji Allah SWT, maka iman kita pun akan semakin kuat. Jika kita kurang keimanan, mungkin bisa dipastikan kita juga kurang yakin kepada janji Allah SWT dan kebanyakan manusia memang lupa bahkan tidak yakin akan janji Allah SWT. Kalau saja manusia yakin, maka tidak akan ada orang beriman yang mengingkari janjinya sendiri, termasuk politisi ataupun pejabat.

“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Q.S. Al-Qashash: 13)

Allah Tidak Akan Medot Janji

Ingkar janji sering dilakukan oleh makhluk, terutama manusia. Karena manusia mempunyai kelemahan, kekurangan, bahkan punya sifat kemunafikan dan dusta. Contoh terkecil saja, manusia sering ingkar akan nikmat yang diberikan Tuhannya. Jika manusia benar-benar beriman, maka ia akan amanah dan memegang janjinya sendiri. Juga yakin bahwa Allah SWT tidak akan medot janji.

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raaf: 96)

Semoga kita semua termasuk orang yang menepati janji dan yakin akan janji Allah SWT. Semoga pemimpin-pemimpin kita selalu ingat akan janjinya kepada rakyat ketika berkampanye. Dan semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi para pemimpin yang akan mengikuti Pilkada 2020 nanti. Aamiin.

Editor: Nabhan

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *