Parenting

Dilema Budaya Populer: Anak Muda, Anime, dan Fashion

5 Mins read

Di era modern, teknologi berperan besar dalam mendukung percepatan penyebaran kebudayaan di seluruh dunia, tak terkecuali anime dan fashion. Salah satu langkahnya adalah melalui media massa yang berupaya mendistribusikan informasi dan komunikasi secara massal. Apabila ditinjau dari segi maknanya, media massa merupakan sarana untuk menyebarluaskan isi berita, opini, komentar, hiburan, dan lain sebagainya.

Artinya, dewasa ini peran media massa tidak hanya terpaku dalam menyuguhkan informasi, melainkan juga mengkonstruksi perilaku manusia. Selain itu, media massa juga berperan sentral dalam menukarkan berbagai informasi, gagasan, dan wacana pada kehidupan modern. Sehingga, perkembangan budaya dewasa ini tidak akan mungkin dapat terlepas dari pengaruh media massa. 

Budaya Populer

Secara antropologis, budaya berkontribusi sebagai suatu sistem gagasan dan tindakan yang dihasilkan dari karya manusia dalam masyarakat. Sedangkan, secara sosiologis budaya merupakan segala sesuatu hal yanng mempelajari pola-pola normatif. Di samping itu, terdapat istilah budaya populer yang mengartikan media sebagai produsen budaya. Beberapa ilmuwan kajian budaya berpendapat bahwa budaya populer berperan sebagai arena pertarungan antar makna dalam merebutkan dominasi dan pengaruhnya bagi khalayak.

Pada umumnya, masyarakat mengaitkan budaya populer dengan kebudayaan yang bersifat remeh, permukaan, pragmatis, dan komersial. Hal tersebut semakin miris, perkembangan teknologi menjadikan budaya populer semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Media massa mendukung budaya populer dalam menciptakan keadaan dunia yang terstandardisasi satu sama lain. Sehingga, hal tersebut memungkinkan masyarakat di dunia menerima segala bentuk kebudayaan baru dan homogen.

Anime dan Fashion

Pada masa digital, budaya populer sedang memasuki dunia industri yang semakin hari semakin samar, misalnya dalam industri tontonan anak muda. Salah satu tontonan anak muda yang menjadi budaya populer di Indonesia adalah anime. Pada beberapa literatur, Indonesia masuk ke dalam sepuluh besar negara yang paling banyak menikmati anime. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi Jepang sebagai salah satu negara di Asia dengan teknologi yang maju, juga gencar dalam melakukan industri budaya.

Salah satu cara Jepang dalam mengindustrikan budayanya di era globalisasi adalah dengan menggunakan budaya populer anime. Kepopuleran anime di Indonesia berdampak pada meningkatnya anak muda dalam mengikuti budaya Jepang, mulai dari bahasa hingga fashion.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, konsumsi fashion menjadi bagian kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari anak muda Indonesia. Pada kaitannya dengan fashion, tulisan ini lebih menekankan pada model busanannya. Beberapa kali saya melihat hype anak muda yang konsumtif membeli busana-busana yang bertemakan anime.

Baca Juga  Ayah, Teganya Kau Hancurkan Impian Anakmu!

Hal tersebut membuat saya gelisah dan berpikir. Sebab, pada kaitannya dewasa ini busana memiliki dualisme fungsi dalam diri individu, yakni selain sebagai penutup dan pelindung tubuh, kini busana juga menjadi sebuah indentitas dari kondisi sosial seseorang. Tren busana yang dialami oleh anak muda saat ini tidak hanya terfokus pada kenyamanan belaka, melainkan merambah ke gaya yang mereka dapat dari media massa.

Pentingnya Fashion Bagi Anak Muda

Dalam kehidupan masyarakat modern, gaya merupakan suatu hal yang penting, seseorang dapat menilai orang lain hanya dengan melihat bagaimana gaya busananya. Sehingga, setiap orang diharapkan mampu mengontrol status dan perannya masing-masing.

Bagi anak muda, fashion merupakan salah satu cara untuk menemukan jati dirinya. Dengan mengikuti perkembangan fashion melalui media, beberapa anak muda beranggapan bahwa dengan hal tersebut mampu meningkatkan popularitas di lingkungannya. Dengan demikian, perkembangan hiburan anime Jepang kini membawa dirinya menuju ke arah yang kebih luas dan bebas. Serta, kebudayaan Jepang yang masuk diserap secara masif dan mentah oleh masyarakat.

Akibatnya, konsumsi secara berkelanjutan tersebut membentuk kebudayaan baru bagi kehidupan masyarakat, sehingga hal tersebutlah yang memicu lahirnya budaya populer. Tren fashion anime sebagai gaya populer kini memasuki dunia fashion bagi anak muda Indonesia. Masyarakat pun mulai mengimitasi pengaruh budaya populer fashion anime tersebut. Sehingga, hal tersebut menstimulus tulisan ini untuk menjelaskan dan menganalisis fesyen anime Jepang yang kini sudah digerakkan oleh selera pasar dari media massa.

Berbagai tren fashion anime berpengaruh pada gaya anak muda Indonesia untuk tampil lebih modis dan ter-asianiasi. Tampaknya, fashion telah menjadi bagian yang tak terlepaskan dari diri setiap anak muda, yang membuat mereka semakin bergelut dari dunia sosial yang dipengaruhi selera homogenitas pasar.

Anime yang Makin Menjamur

Perkembangan anime Indonesia seiring dengan berjalannya waktu semakin menjamur. Ditandai dengan munculnya berbagai komunitas anime yang menyebut dirinya sebagai Otaku atau Wibu. Pada proses kemunculan anime di Indonesia, media massa semakin menunjukkan perannya dalam membawa, mengenalkan, serta menanamkan makna-makna yang terkandung dalam anime.

Baca Juga  Anak Usia Dini Jangan Dipaksa Calistung!

Dewasa ini, anime tidak hanya dinikmati secara visual dan musikal saja, melainkan juga terhadap gaya fashion yang ditampilkan. Fashion terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab dari perkembangan fashion di Indonesia dibawa oleh budaya populer anime. Secara historis, tren fashion mulai berkembang pada tahun 1920-an dan hingga saat ini masih terus berkembang dan mengalami pembaharuan. Pada tahun 2000-an, tren fesyen mengalami perubahan orientasi di mana penggunaannya berfungsi sebagai simbol.

Perubahan-perubahan fungsi fashion tersebut memberikan dampak bagi perilaku sosial yang luas dan bebas. Demikian pula yang terjadi terhadap perilaku anak muda penikmat anime di Indonesia, terutama melalui perubahan fashion-nya. Fashion anime dikenal sebagai gaya busana serta penampilan yang berkiblat pada tokoh-tokoh di anime. Kreativitas yang muncul dari ketertarikan penikmat anime menciptakan berbagai model busana.

Kalangan pecinta fashion anime pun meluas, tidak hanya dari kalangan anak muda tetapi juga merambah ke kalangan orang tua. Tren fashion tersebut seiring berjalannya waktu menjelma sebagai sebuah komoditas yang dapat diperjual-belikan bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan model fashion anime yang melaju sangat pesat dalam beberapa dekade belakangan ini.

Menjelaskan Fenomena Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

Fenomena gaya hidup masyarakat Indonesia dapat dijelaskan dalam tiga pengertian menurut akademisi fashion dan media di Indonesia. Pertama, masyarakat indonesia tumbuh sebagai masyarakat konsumen akibat dari globalisasi ekonomi dan tranformasi kapitalis yang ditandai dengan maraknya pusat perbelanjaan, fashion, dan iklan-iklan. Kedua, globalisasi industri masuk ke Indonesia dengan modal yang tertuang pada majalah-majalah mode dan gaya hidup glamor. Ketiga, kembalinya gerakan “back to the nature” yang memungkinkan masyarakat tidak malu lagi menujukkan fashion yang berdasarkan pada materi.

Secara historis, fenomena gaya hidup yang dipengaruhi ekonomi kapitalis telah membudaya di Indonesia sejak masa lampau. Jika dahulu kehidupan glamor rakyat Indonesia ditandai dengan adanya kekuatan ideologi yang menawarkan fantasi, kini konsumsi merambah kepada hal-hal yang bersifat konkret seperti fashion pada anime.

Oleh sebab itu, fashion anime yang semakin mewabah, menjadikannya sebagai citra hidup bagi anak muda penggunanya. Busana yang tercermin pada fashion ala anime tidak hanya menunjukkan identitas anak muda sebagai seseorang yang menyukai anime, tetapi juga mengungkapkan kemodernan perilaku dan gaya hidup yang selalu mengikuti perkembangannya. Pengguna fesyen anime pada anak muda cenderung dipengaruhi oleh budaya populer, budaya komoditas, dan menuju pada gaya hidup konsumerisme.

Baca Juga  Mentarbiyah Anak di Masa Bayi

Standardisasi dan Individualisme Semu

Gaya hidup konsumerisme berpaku pada keinginan untuk memiliki segala bentuk benda yang ditawarkan media massa. Dampaknya, anak muda semakin aktif mengoleksi busana fashion anime sesuai dengan selera pasar terbaru. Jika gaya hidup sudah dipahami sebagai komoditas konsumsi, maka gaya hidup akan menuju pada konstruksi tubuh sebagai pusat kesadaran.

Perkembangan fashion anime yang terseret arus budaya populer mengubah kesadaran pengguna di mana seharusnya sebagai seni penampilan menjadi ajang pertarungan sosial seperti pamer dan pembuktian diri. Di Indonesia, banyak komunitas pengguna fashion anime yang hadir sebagai bentuk perwujudan terhadap gaya fashion-nya. Selain itu, komunitas ini tidak hanya memberikan gaya busana yang merepresentasikan identitas secara individual, melainkan juga menciptakan identitas sosial.

Simbol-simbol yang diciptakan komunitas fashion anime tersebut semakin menunjukkan bahwa budaya populer fashion anime merupakan budaya yang bersifat permukaan dan remeh. Munculnya komunitas fashion anime juga semakin menunjukkan bahwa anak muda Indonesia sudah tidak memperhatikan budaya nasional.

Meminjam pemikiran Adorno, Industri budaya telah menghasilkan dua proses yang mendominasi, yakni standardisasi dan individulisasi semu. Dengan demikian, munculnya fashion anime di Indonesia juga didominasi oleh dua proses tersebut. Standardisasi terhadap fashion anime semakin lama memiliki model dan gaya yang semakin mirip dengan lainnya. Desain-desain busana fashion anime saling dipertukarkan satu sama lain.

Namun, kemiripan ini disembunyikan oleh pembaharuan yang menjadikannya tampak berbeda. Kesan adanya pembaharuan inilah yang disebut sebagai proses individualisasi semu. Sederhananya, perkembangan fashion anime yang masuk di Indonesia sudah berada dalam proses standardisasi dan individualisasi semu. Standardisasi selalu mengedepankan pertukaran antar bagian-bagian sehingga tampak mirip satu dengan lainnya. Sedangkan, individualisasi semu berusaha menyamarkan bagian-bagian saling dipertukarkan tersebut sehingga tampak baru.

Untuk mencoba melepaskannya, hanya ada satu cara, yaitu berpikir dan kenalilah dirimu, teman.

Editor: Nabhan

Adhitya Prasta Pratama
4 posts

About author
Mahasiswa Sosiologi.
Articles
Related posts
Parenting

Generasi Toxic Harus Dididik, Bukan Dihardik!

5 Mins read
Tulisan sederhana ini saya suguhkan, berangkat dari keresahan saya tentang fenomena “generasi toxic“. Ada rasa cemas ketika saya menyadari bahwa generasi muda…
Parenting

Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

3 Mins read
Ibadah adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim. Untuk memastikan agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama…
Parenting

Nasihat Nashih Ulwan untuk Para Pendidik Anak

3 Mins read
Awalan, Abdullah Nashih Ulwan sangat gemar menulis, kertas dan pena senantiasa bersama dimanapun dia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, dia tetap meluangkan waktu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds