IBTimes.ID – Muhammadiyah sejak awal konsisten melakukan pembaharuan dalam hal agama dan pendidikan. Anhar Gonggong, seorang sejarawan kondang, mengatakan bahwa sumbangsih Muhammadiyah dalam hal pendidikan adalah hal yang tidak dapat dibantah.
Menurutnya pendidikan Muhammadiyah telah melahirkan banyak intelektual penting di Indonesia. “Bidang pendidikan Muhammadiyah merupakan sumbangan yang sangat besar, bahkan sampai masa depan,” ujarnya.
Hal ini ia sampaikan dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengajian dengan tema “Muhammadiyah, Pancasila, dan Kemerdekaan Indonesia” ini diselenggarakan secara daring pada Jumat (14/8) malam.
Pengorbanan Para Pendahulu
Ia juga mengatakan bahwa Mas Mansur Mansur memiliki arti yang sangat penting. Sebagai seseorang yang ditokohkan di masa Jepang, ia menjadi orang yang sangat menderita. Karena ada faktor-faktor tertentu ia tidak bisa menerima penokohan dari Jepang. Namun, ia harus menerima karena kondisinya yang mendesak.
Menurut Anhar, salah satu faktor utama dari seorang pemimpin adalah keberanian dan kesediaan untuk melampaui diri. Maka, Mas Mansur terpaksa menerima penokohan Jepang secara terpaksa. Ia bersedia melampaui dirinya sendiri.
Para pemimpin Islam menerima untuk menghilangkan tujuh kata juga mengalami penderitaan yang sangat besar. Namun, mereka harus bersedia memberikan toleransi. Mereka telah melampaui dirinya sendiri dan bersedia untuk menderita demi kepentingan orang lain.
“Maka, apa yang kita nikmati sekarang adalah hasil dari proses yang sangat panjang. Dan didalamnya terjadi berbagai hal, termasuk penderitaan-penderitaan. Tetapi kehebatan orang-orang yang bersedia menderita pada waktu itu, kenapa kita mau mengkhianati penderitaan mereka? Misalnya tampil menjadi garong-garong republik dengan korupsi,” ujarnya.
Padahal, tujuan Indonesia merdeka adalah untuk menikmati hasil kemerdekaan dan menikmati tujuan bersama. Sehingga seharusnya, orang yang memiliki peranan untuk mengatur negara merasa malu ketika melihat proses sejarah yang panjang ini. Namun karena hilangnya beberapa hal, para pemimpin justru tampil dengan begitu korup.
Anhar menyebut ada beberapa hal yang hilang. Pertama, rasa syukur. “Masa sudah memiliki kedudukan setinggi itu masih mau garong republik? Itu artinya tidak mensyukuri apa yang telah mereka peroleh dan apa yang diberikan Tuhan melalui kedudukan itu,”
Kedua, pemaknaan terhadap perjuangan pendahulu, ketika para pemimpin sekarang sedang menikmati hasil perjuangan itu.
Pancasila Sumbangan Muhammadiyah
Selain berperan besar setelah kemerdekaan, Muhammadiyah, menurut Anhar Gonggong juga telah berperan dalam melahirkan Pancasila. Menurutnya, Pancasila tidak mungkin ada ketika Kahar Muzakkir, Kasman Singodimejo, dan Ki Bagus Hadikusumo tidak memberikan toleransi untuk menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Paling tidak, sidang PPKI akan berlangsung sangat lama.
“Kesadaran keindonesiaan dari tokoh-tokoh ini sangat besar. Kesadaran bahwa kita berjuang bersama bukan hanya untuk kita, maka bagian dari perjuangannya mereka serahkan ke republik ini,” imbuhnya.
Ia menyebut jika Ki Bagus dan tokoh Islam lain tidak merelakan tujuh kata, maka tidak akan ada Pancasila. Sehingga Pancasila adalah sumbangan besar umat Islam, yang didalamnya termasuk Muhammadiyah.
Muhammadiyah memberikan sumbangan dalam bentuk pencerahan pikiran sekaligus kekuatan, baik kekuatan fisik maupun kekuatan intelektual.
Pendidikan Muhammadiyah
Sejarawan yang pernah menjadi guru Kemuhammadiyahan ini mengatakan bahwa Muhammadiyah memberikan sumbangan besar untuk masa depan bangsa dengan menciptakan lembaga-lembaga pendidikan.
Seorang guru tidak sekedar memberikan ilmu. Tapi dia berhadapan dengan anak-anak muda yang dia siapkan untuk masa depan. “Setiap saya berdiri di depan kelas, saya berdialog dengan masa depan,” ujarnya.
Menurutnya, pendidikan tidak hanya melahirkan sarjana. Tetapi pendidikan yang dibangun oleh Muhammadiyah dengan landasan pemikiran keagamaannya, melahirkan lebih dari sekedar sarjana. Dengan hasil pendidikan Muhammadiyah, Muhammadiyah telah memberikan sebuah perjalanan ke depan untuk bangsa.
“Muhammadiyah telah memberikan kepada bangsa dalam semua faktor. Faktor pembaharuan agama dia berikan, faktor pendidikan dia berikan, faktor perumusan kemerdekaan dia berikan. Apalagi yang tidak dia berikan pada republik ini?” imbuhnya.
Sekarang tinggal bagaimana yang sudah diberikan oleh Muhammadiyah dikembangkan lebih lanjut untuk masa depan. “Saya tidak bisa bayangkan andaikata Kiai Dahlan tidak melakukan pembaharuan. Andaikata tidak ada gerakan-gerakan kegamaan. Saya kira tidak seperti ini jalannya republik,” ucap Anhar.
Reporter: Yusuf