Akidah

Apa Bedanya Qada, Kadar, dan Lauh al-Mahfudz?

4 Mins read

Pada dasarnya kehidupan manusia sudah ditentukan segala perkaranya, baik perkara yang telah dilalui, perkara yang terjadi, hingga perkara yang akan terjadi (masa depan) sudah ditentukan oleh Allah Swt.

Peristiwa ini termasuk rukun iman yang keenam (mengimani ketetapan dan ketentuan Allah Swt yang mencakup hal-hal baik dan hal-hal buruk). Pembahasan ini memang bukan pembahasan kontemporer, hanya saja pembahasan ini selalu ciamik untuk diperbincangkan. Sebab, kita sendiri terkadang masih bingung mana yang termasuk qada dan mana yang termasuk kadar.

Pembicaraan Qada dan Kadar tidak bisa terlepas dari perbincangan Lauh al-Mahfudz. Sebab, segala perkara yang tertulis dalam Lauh al-Mahfudz itu merupakan runtutan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan setiap manusia.

Pembahasan Qada dan Kadar

Para ulama pun memiliki perbedaan pendapat tentang makna Qada dan Kadar. Untuk lebih memahami makna Qada dan Kadar, alangkah baiknya pembahasan ini ditelusuri dan dibedah secara lebih mendalam agar lebih meyakinkan bagi siapa saja yang membaca artikel ini.

Adapun pembahasannya sebagai berikut:

Para Ulama memiliki perbedaan pendapat tentang makna Qada dan Kadar. Ada sebuah pendapat bahwasanya Qada adalah, “Sesuatu yang Allah ciptakan sesuai dengan ilmu-Nya dan kehendak-Nya”. Kadar adalah, “Ilmu Allah ta’ala tentang hal-hal yang berkaitan dengan makhluk di masa yang akan datang” (Kitab Ta’rif bi al-Islam hal.162)

Syaikh Sa’id Ramadhan al-Buti berpendapat sebaliknya bahwa Qada adalah, “Ilmu Allah Azza Wajalla yang bersifat azali (kekal/abadi) terhadap sesuatu yang akan terjadi”.Sementara  kadar adalah sebaliknya.

Dalam KBBI Qada bermakna:”Peraturan, hukum, dan ketentuan yang berasal dari Allah”. Sementara Kadar/Qadar bermakna, “Ketentuan Allah”.

Dari beberapa definisi di atas, terdapat definisi yang paling sesuai tentang Qada dan Kadar. Dalam kitab al-Qadha’u wa al-Qadar dijelaskan oleh Imam Baihaqi bahwa Qada dan Kadar adalah, “Ketetapan Allah ta’ala akan suatu hal sejak dahulu kala dan ilmu / pengetahuan Allah tentang sesuatu yang akan terjadi pada waktu yang diketahui menurut-Nya, sifat-sifat yang dikhususkan, dan hal-hal yang dituliskan untuk manusia. Karena itulah kehendak Allah, kejadian-kejadian itu sesuai dengan yang Allah perkirakan dan Allah ciptakan”.

Baca Juga  Benarkah Jumlah Rezeki Sudah Ditentukan?

Sehingga Qada dan Kadar ini segala sesuatu yang telah Allah tentukan, Allah ciptakan, sesuai ilmu dan perhitungan Allah ta’ala. Ketentuan itu bisa berupa hal-hal yang sudah terjadi, hal-hal yang terjadi, bahkan yang akan terjadi mencakup kebahagiaan, kegundahan, rezeki, jodoh, bahkan ajal sekalipun yang hadir perlu dipersiapkan.

Kehidupan yang kita jalani hakikatnya sudah ditentukan oleh Allah ta’ala. Dilahirkan dalam keluarga yang seperti apa, daerah mana, karakteristik lingkungan yang mempengaruhi, dan serba-serbi kehidupan. Begitupula dengan ikhtiar dalam memakmurkan kehidupan duniawi, tempat bekerja, kadar rezeki yang diperoleh, dan bagaimana cara memperoleh rezeki, sudah ditetapkan sejatinya.

Apa itu Lauh al-Mahfudz?

Lantas apa yang dimaksud Lauh al-Mahfudz? Dalam kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah Ibnu Katsir mengutip perkataan Imam ath-Thabrani riwayat Ibnu Abbas Ra, bahwa Rasulullah  menjelaskan  Lauh al-Mahfudz adalah:

Imam Ath Tabrani, mengutip riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan Lauh al-Mahfudz dari mutiara yang putih, lembaran-lembarannya dari yaqut merah, dan qalamnya dari nur (cahaya) dan tintanya dari nur pula. Setiap hari Allah memerintahkan kepada Lauh al-Mahfuz sebanyak 360 perintah untuk menciptakan, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan, memuliakan, menghinakan, dan Dia berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya.”

Lauh al-Mahfudz merupakan lembaran-lembaran yang Allah abadikan di dalamnya kehidupan-kehidupan setiap orang yang mencakup kedudukan, kemuliaan, rezeki, kehinaan, dan segala sesuatu yang Allah kehendaki. Maka Qada dan Kadar termasuk hal-hal yang telah tercantum dalam Lauh al-Mahfudz.

Mungkin terbesit dalam pikiran kita, jika kehidupan kita sudah ditetapkan oleh Allah dengan sedetail mungkin, apakah jodoh, rezeki, dan ajal kita sudah tertulis dalam Lauh al-Mahfudz?

Pembahasan berkaitan dengan ajal, rezeki, jodoh, dan pasangan hidup merupakan hal yang sangat digandrungi dan dicemaskan oleh remaja masa kini. Lagu viral yang berbau mendorong hasrat untuk melakukan pernikahan, ditambah kekhawatiran soal jodoh membuat remaja yang jomblo semakin resah dan bertanya-tanya tentang hal ini. 

Baca Juga  Pandangan Psikologi Islam tentang Katarsis

Berkaitan dengan jodoh, ajal, dan kehidupan sejatinya merupakan hak prerogatif Allah. Tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang mengetahui persoalan ini. Sehingga tugas kita hanya mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah ta’ala, karena Allah menciptakan segala sesuatu penuh dengan perhitungannya. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam al-Qur’an surat al-Qamar ayat 49 yang berbunyi:

Artinya:”Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Allah ta’ala mengetahui segala sesuatu yang pas, tepat dan terbaik bagi hamba-Nya. Sehingga disamping mempercayakan dan menyerahkan diri kepada Allah, manusia hanya sekedar berikhtiar agar kehidupan yang dijalani sesuai dengan takdir yang terabadikan dalam Lauhul Mahfudz. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat at-Talaq ayat 12 yang berbunyi:

***

Artinya:”Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”

Dalam ayat lain, surat an-Naml ayat 75 Allah berfirman:

Artinya:”Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di Bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).”

Kemudian berkaitan dengan permasalahan takdir, terdapat sebuah hadis yang menguatkan argumentasi diatas. Dalam Shahih Muslim dalam kitab:”Takdir” pada bab:”Perdebatan antara Adam As dan Musa As” sebuah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Amr al-Ash, Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: ”dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.’ Rasulullah menambahkan: ‘Dan arsy Allah itu berada di atas air.” HR.Muslim

Baca Juga  Pluralitas Agama itu di Sisi Eksoteriknya Saja

Oleh karena itu sebagai muslim yang baik, alangkah baiknya kita mempercayakan kepada Alllah tentang setiap takdir yang telah, dan akan ditentukan. Karena sejatinya hak tersebut prerogatif Allah semata. Namun hamba yang baik harus yakin bahwa ketentuan ataupun takdir yang telah Allah tetapkan itu terdapat kebaikan di dalamnya, baik itu mencakup keberlangsungan rezeki, masalah percintaan, atau bahkan masalah ajal.

Dengan memaksimalkan dalam ibadah, mengerjakan perintah-Nya, ditambah Sunnah-Sunnah Nya, serta menjauhi larangan-Nya dengan perwujudan berbuat baik dalam berinteraksi kepada Rabb semesta alam dan sesama manusia, insya Allah, Allah hadirkan kehidupan yang didambakan.

Namun apabila yang terjadi sebaliknya, jika kehidupan, kejadian tidak sesuai dengan yang diinginkan. Maka bersabar dalam menjalankan kehidupan dan ber-husnudzon (pransangka baik) kepada Allah. Niscaya akan membuat kehidupan kita tetap baik.

Editor: Yahya FR

Aeger Kemal Mubarok
16 posts

About author
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
Articles
Related posts
Akidah

Ragam Makna Iman dan Tauhid, Mana yang Lebih Tepat?

3 Mins read
Tauhid merupakan prinsip dasar iman di dalam Islam yang membedakan dirinya dengan segenap agama lain. Bahwa Allah itu esa, tidak berbilang, tidak…
Akidah

Jangan Jadikan Agama Sebagai Alat Pendangkal Akidah!

4 Mins read
Semua agama di dunia ini mempunyai hal-hal yang dianggap suci (the Sacred), misalnya, kitab suci, nabi, dan lain-lainnya. The Sacred menurut M. Amin Abdullah, dalam bukunya Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin, merupakan Nonfalsifiable Postulated Alternate Realitie. Pada artian lain, disebut dengan hal yang tidak bisa dipermasalahkan, difalsifikasi, dan diverifikasi oleh siapapun.
Akidah

Kesadaran Beriman Orang-Orang Modern

3 Mins read
Di era saat ini, teknologi mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Kemajuan teknologi merupakan bukti dari keberhasilan sains modern. Namun, dibalik kemajuan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds