Akidah

Kesadaran Beriman Orang-Orang Modern

3 Mins read

Di era saat ini, teknologi mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Kemajuan teknologi merupakan bukti dari keberhasilan sains modern. Namun, dibalik kemajuan dari teknologi dan sains modern, manusia menjadi lupa pada pengetahuan spiritualitas yang juga dapat mempengaruhi keimanan manusia terhadap Allah SWT.

Sains modern merupakan salah satu bukti kemajuan dari cara berpikir manusia di era saat ini. Lahirnya sains modern banyak membawa perubahan terhadap peradaban dan keberlangsungan hidup manusia di dunia. Keberhasilan sains modern memunculkan satu permasalahan besar terutama dalam masyarakat beragama, yaitu lunturnya pengetahuan spiritualitas dari manusia.

Pengetahuan spiritualitas merupakan pengetahuan dari pengalaman batiniah yang mengupayakan pemahaman yang lebih besar yaitu pemahaman terhadap makna kehidupan. Tanpa adanya pengetahuan spiritualitas, emosional dan intelektual manusia menjadi tidak seimbang.

Seyyed Hossein Nasr sebagai salah satu tokoh filsafat Islam berpendapat bahwa manusia hari ini memiliki kecenderungan untuk menonjolkan pengetahuan emosional dan intelektual mereka yang salah satunya ditandai dengan melakukan segala hal secara berlebihan.

Kurangnya pengetahuan spiritualitas sama halnya dengan berkurangnya keimanan kita sebagai umat Islam pada Allah SWT. Sama halnya, kita menjalani ibadah sebagai hal yang sifatnya formalitas pada ajaran agama tanpa kita memahami makna sesungguhnya di dalam ibadah tersebut.

Sebenarnya, Allah telah memberi kita kenikmatan yang luar biasa pada kehidupan di era saat ini. Perkembangan teknologi dan segalanya yang menjadi kemudahan kita untuk hidup tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Permasalahan utamanya adalah kita sebagai manusia seringkali lupa untuk bersyukur kepada-Nya dan belebihan dalam menggunakannya.

Kita senantiasa lupa akan hal tersebut, terkadang kita sebagai manusia mengeksploitasi pemberian-Nya berupa alam semesta ini dengan membabi buta dan tanpa berfikir dampak yang akan terjadi dan usaha untuk menghemat atau merawatnya. Hal tersebut sama saja kita tidak merawat pemberian dan bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada kita.

Baca Juga  Jodoh: Takdir yang Tergantung Ikhtiar Manusia
***

Lebih jauh lagi, Emha Ainun Nadjib atau lebih akrab dipanggil Cak Nun berpendapat bahwa jadi manusia itu harus pandai “ngegas dan ngerem”. Pendapat dari Caknun tersebut mengingatkan kita bahwa kita sebagai manusia harus bijaksana dalam “melakukan” apa yang perlu dilakukan dan “menahan atau menghentikan” apa yang tidak seharusnya dilakukan.

Para ulama’ banyak yang berpendapat bahwa akibat dari perbuatan manusia yang dilakukan secara berlebihan adalah terjadinya kerusakan dan bencana alam. Bencana alam dan kerusakan yang terjadi diturunkan oleh Allah kepada kita tidak lain adalah sebagai pengingat untuk senantiasa bersyukur dan merawat apa yang diberikan-Nya. Kita senantiasa harus menjaga perbuatan kita di era modern atau dalam Islam disebut sebagai masa akhir zaman ini.

Pada Al-Qur’an telah dijelaskan pada QS Ar-Rum ayat 41:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Subhanallah, ayat-ayat pada Al-Qur’an telah banyak membuktikan faktanya terhadap fenomena yang sedang terjadi disekitar kita. Apakah di era segalanya yang serba maju ini kita tidak menyadari bahwa perbuatan kita memang terkadang berlebihan sampai sampai membuat semuanya kacau ? Dan apakah kita tetap tidak bersyukur dan merawat semua yang telah diberikan-Nya kepada kita ?

Hal yang perlu kita lakukan adalah membina pengetahuan spiritualitas dan memperdalam keimanan kita di era modern ini. Hal tersebut bertujuan agar segalanya yang kita lakukan di dunia ini penuh dengan kebijaksanaan dan tidak sembarangan dalam melakukanya. Kita juga dapat mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa mengenal-Nya juga mengenal serta merawat  segala ciptaan-Nya

Baca Juga  Ragam Makna Iman dan Tauhid, Mana yang Lebih Tepat?

Pertama-tama kita harus menyadari bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah dengan sebaik mungkin dan bukan kebetulan diciptakan untuk dimanfaatkan secara terus-menerus. Maka hal yang harus kita lakukan adalah bersyukur kepada Allah atas semua yang telah diberikan.

***

Selanjutnya kita harus merenenungi kehidupan kita sendiri dan bertanya sebenarnya untuk apa aku diciptakan oleh Allah di dunia ini. Maksud dari pertanyaan tersebut kita akan menemukan sisi terang dari perilaku kita dan menemukan tujuan utama yaitu “aku yang berasal dari-Nya, entah sekarang, setelah ini, atau besok juga akan kembali kepada-Nya”.

Setelah menyadari adanya tujuan utama kita tadi, kita akan melakukan aktivitas sehari-hari dengan penuh kebaikan dan bermanfaat bagi diri kita, orang lain, serta lingkungan disekitar kita. Kita akan mengamalkan perbuatan yang segalanya meliputi perbuatan yang dikehendaki-Nya dengan sungguh-sungguh, misalnya dengan belajar, beribadah, dan merawat pemberian yang telah diberikan-Nya.

Berangkat dari kesadaran kita terhadap permasalahan yang muncul dibalik kemajuan teknologi tadi, kita akan senantiasa mengingat Allah dan selalu menghiasi perbuatan sehari-hari kita dengan penuh kebaikan. Kita juga akan merawat salah satu pemberian-Nya yaitu alam sebagai teman terdekat kita dalam menjalani kehidupan di dunia. Harapannya, dengan menyadari hal tersebut kita juga akan selalu dekat dengan-Nya.

Editor: Yahya

Naufal Robbiqis Dwi Asta
10 posts

About author
Mahasiswa S1 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Akidah

Ragam Makna Iman dan Tauhid, Mana yang Lebih Tepat?

3 Mins read
Tauhid merupakan prinsip dasar iman di dalam Islam yang membedakan dirinya dengan segenap agama lain. Bahwa Allah itu esa, tidak berbilang, tidak…
Akidah

Jangan Jadikan Agama Sebagai Alat Pendangkal Akidah!

4 Mins read
Semua agama di dunia ini mempunyai hal-hal yang dianggap suci (the Sacred), misalnya, kitab suci, nabi, dan lain-lainnya. The Sacred menurut M. Amin Abdullah, dalam bukunya Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin, merupakan Nonfalsifiable Postulated Alternate Realitie. Pada artian lain, disebut dengan hal yang tidak bisa dipermasalahkan, difalsifikasi, dan diverifikasi oleh siapapun.
Akidah

Non-Muslim Juga Bisa Masuk Surga!

3 Mins read
Non-Muslim Tak Selamanya Masuk Neraka Umumnya, ulama atau orang awam menganggap bahwa jalan satu-satunya menuju surga adalah melalui agama Islam. Sehingga pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *