Shadr Qalb Fu’ad Lubb – Sesungguhnya kata hati (al-qalb) sendiri mencakup beberapa tingkatan di dalamnya. Tingkatan tersebut tersusun dari beberapa bagian. Hal ini sama dengan kata mata, di mana mata sendiri mencakup beberapa bagian yang ada di dalamnya seperti, putih, hitam, dan biji mata itu sendiri.
Seluruh komponen tersebut memiliki ketentuan tersendiri dan saling terkoneksi. Sehingga, apabila salah satu darinya mengalami kerusakan, maka kinerja bagian yang lainnya akan ikut terganggu dan begitu juga sebaliknya.
Komponen Hati
Adapun hati memiliki empat komponen diantaranya:
Pertama, Al–Shadr
Lapisan hati yang pertama adalah al-shadr. Shadr sendiri jika diartikan ke dalam Indonesia adalah dada. Lapisan yang pertama disebut shadr karena shadr sendiri dalam bahasa Arab bermakna permukaan atau muncul.
Al-shadr juga merupakan tempat bagi cahaya Islam. Islam adalah nama umum dari agama Allah Swt yang berarti ikrar melalui lisan, beramal dengan tubuh, serta mengimani sepenuhnya. Islam juga memiliki dua sisi, yakni lahir dan batin.
اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖ
Artinya: Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (Qs. Az-Zumar: 22).
Islam lahir adalah Islam yang mungkin secara lahiriah mengandung unsur kemunafikan dan kemusyrikan, serta kafir jika dipandang menurut sisi batiniyahnya.
Sedangkan Islam batin adalah Islam yang patuh kepada Allah Swt serta penyerahan total atas jiwa dan hati (Lihat: Hakim at-Tirmidzi, Bayan al-Farq bain as-Shadr wa al-Qalb wa al-Fu’ad wa al-Lubb, hal. 27-28)
Seperti penjelasan ayat berikut :
قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ
Artinya: Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu (Qs. Al-Hujarat: 14).
Dari ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka sebenarnya tidak beriman. Namun mereka hanya tunduk dan mengaku Islam dengan lisannya saja, dan tidak beriman dengan hatinya.
Kedua, Al-qalb
Maqamat yang kedua adalah al-qalb yang terletak di dalam Shadr, begitu juga sifat buta dan melihat bagi hati terdapat dalam al-qalb, bukan dalam al-shadr. Allah Swt berfirman:
لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ
Artinya: “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (QS. al-Hajj: 46).
Al-qalb merupakan sumber pokok-pokok ilmu. Ia adalah sumber air dan al-shadr adalah kolamnya. Al-qalb merupakan tempat bagi cahaya iman, yakni cahaya yang memberikan keyakinan, ilmu, dan niat.
Lalu semua semua hal itu muncul ke shadr Jadi, hubungan al-qalb dengan al-shadr adalah hubungan antara yang pokok (ashl) dengan yang cabang (far’).
Selain sebagai tempat bagi cahaya iman, al-qalb juga tempat bagi takwa, sakinah (ketenangan), kekhusyuan, dan kesucian. Kesucian dan kebersihan al-qalb tergantung sejauh mana ia dijaga, dilatih, dan ditambahi dengan hikmah-hikmah.
Cahaya al-qalb seperti cahaya matahari, cahayanya bersifat sempurna dan tidak pernah meredup. Namun ada faktor luar yang membuat cahayanya meredup, seperti debu, dan mendung yang menghalangi cahayanya. Sehingga intensitas cahaya dan panasnya semakin berkurang.
Namun apabila semua faktor yang menghalangi sinarnya tersebut hilang, maka cahaya al-qalb akan semakin terang. Cahaya al-qalb bukan berkurang secara substansinya, melainkan karena terhalang oleh faktor luar yang menghalanginya.
Begitu juga apabila as-shadr dipenuhi dengan noda maksiat dan diliputi keputusasaan dari rahmat Allah Swt, maka cahaya al-qalb yang ada di dalamnya menjadi terhalang. Tapi jika semua hijab itu hilang, maka cahaya al-qalb akan menembus ke as-shadr yang kemudian beraktualisasi menjadi amal sholeh (Lihat: Hakim at-Tirmidzi, Bayan al-Farq bain as-Shadr wa al-Qalb wa al-Fu’ad wa al-Lubb, hal. 44-45)
Ketiga, Al-Fu’ad
Maqam ketiga dari hati adalah al-fu`ad. Ia merupakan sumber ma’rifat dan penglihatan. Pengetahuan yang ada di dalam al-qalb bersumber dari penglihatan al-fu’ad. Artinya, al-fu`ad sebagai tempat di mana ketika ilmu al-qalb dan ma’rifat menyatu maka yang terjadi adalah segala sesuatu yang awalnya gaib (abstrak/samar-samar) menjadi jelas dan terang (Lihat: Hakim at-Tirmidzi, Bayan al-Farq bain as-Shadr wa al-Qalb wa al-Fu’ad wa al-Lubb, hal. 47).
مَا كَذَبَ ٱلْفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ
Artinya: Hati tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya (Qs. An-Najm: 12).
Sehingga menjadikan sang hamba meyakini dengan pasti akan hakikat iman, serta menjadi hujjah baginya. Inilah yang disebut dengan ilm al-yaqin dan ’ain al-yaqin.
Baik al-fu`ad maupun al-qalb keduanya dapat dikatakan juga sebagai al-Bashr. Ulil Abshor adalah orang yang mampu menjalankan fungsi ilmu i’tibar-nya atau ilmu isyaratnya, sekaligus pula mengaktifkan al-musyahadah-nya dengan cahaya iman.
Keempat, Al-lubb
Maqam terakhir dan utama dalam tingkatan hati adalah al-lubb. Al-lubb adalah puncak tertinggi dan tingkatan teraman dalam hati. Ia bagaikan kutub, di mana segala pondasi agama dan segala cahaya spiritual bersarang di dalamnya. Sehingga, cahaya tersebut tidak akan sempurna dan lestari tanpa adanya kesalehan al-lubb (Lihat: Hakim at-Tirmidzi, Bayan al-Farq bain as-Shadr wa al-Qalb wa al-Fu’ad wa al-Lubb, hal. 55)
Ia adalah tempat bagi cahaya tauhid dan cahaya penyaksian tunggal. Al-lubb terdiri dari huruf lam-ba`-ba`. Lam adalah al-lutfh (kelembutan). Ba` yang pertama adalah ar-birr fi al-bidayah (saleh dalam permulaan), sedangkan ba` yang kedua adalah al-baqa` bi al-barakah ’alaih (kekal dalam keberkahan). Cahayanya tidak bersumber dari manapun melainkan hanya dari keagungan Allah Swt.
Jika Allah Swt memberi hidayah kepada hamba-Nya, maka Allah Swt akan memberi cahaya pada al-lubb-nya sehingga cahaya itu bersinar menjadi cahaya tauhid sehingga hamba-Nya benar-benar lepas dari kesyirikan.
Kemudian cahaya tersebut menembus ke al-fu’ad menjadi nur ma’rifat sehingga seorang hamba menjadi orang yang arif, yaitu mengenal Allah Swt dengan segala sifat-Nya.
Setelah itu, cahaya-Nya menembus ke al-qalb menjadi cahaya iman. Sehingga, seorang hamba beriman terhadap Allah Swt. Pada akhirnya, cahaya tersebut kemudian menembus al-shadr menjadi nur al-Islam yang menggerakan seluruh anggota badannya untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
Editor: Yahya FR
Izin tanya dan konfirmasi kepahaman saya kak penulis, berarti shadr, qalb, fuad dan lubb itu sama-sama hati yah kak kalau dalam terjemahan Indonesia? karena kan diksi bahasa Indonesia itu sedikit banget. Alhamdulillah artikel ini bener-bener bikin aku ngerasa tercerahkan soal perbedaan diksi-diksi itu. Pertanyaanya, darimana timbulnya takwa dan fujur yang ada di surat as syams itu kak? apakah berhubungan sama shadr, qalb, fuad dan lubb? atau beda lagi? aku kurang pengetahuan juga soal konsep nafs, nafsuu’ dan fitrah, boleh dijelaskan gak kak?