Tafsir

Hirarki Zaman Terbaik Menurut Perspektif Hadits

4 Mins read

“Sebaik-baik (Terbaik) zaman adalah zamanku, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya”

Kalimat di atas adalah hadits Nabi, bahwa yang paling baik itu adalah zaman di mana Nabi hidup bersama para sahabatnya. Kelanjutan hadits itu adalah “kemudian sesudah itu”, diucapkan Nabi tiga kali. Kalau kita membaca hadits secara tekstual, berarti zaman Nabi adalah zaman yang terbaik, kemudian zaman para sahabat sepeninggal Nabi, kemudian masa tabiin, kemudian tabiin-tabiin, dan seterusnya.

Zaman Nabi Muhammad

Di atas adalah logika hirarki. Berarti kita ini sudah berada lapisan yang sangat jauh dari zaman rasul. Memang sebagai seorang muslim yang baik, harus kita imani, bahwa zaman Nabi adalah zaman yang terbaik dalam seluruh aspek kehidupan.

Kita bisa membayangkan, ketika kita akan beribadah. Kita melaksanakan shalat jamaah dengan Nabi, betapa sangat menyejukkan dan tingkat kekhusyukan akan lebih khusyu’, karena Nabi yang langsung menjadi imam kita. Kemudian kita duduk bersama Nabi setelah shalat, mendengarkan langsung dari mulut beliau perkataan-perkataan yang dalam bahasa sekarang adalah hadits Nabi.

Seluruh tingkah laku Nabi bisa kita saksikan langsung, dan itu merupakan juga hadits atau sunnah Nabi. Kita tidak akan pernah berdebat tentang kesahihan suatu hadits atau perbuatan Nabi, karena kita hidup bersama-sama dengan Nabi.

Ketika ada masalah keagamaan atau kehidupan sosial, kita bisa langsung meminta solusi kepada Nabi. Nabi pun langsung menjawab, sehingga kita tidak akan pernah meragukan jawaban dari Nabi. Kita sekarang mungkin akan mendengar jawaban yang bervariasi, menurut madzhab ini boleh, kalau menurut madzhab ini tidak boleh, dan jawaban lainnya.

Pada zaman Nabi kita berislam secara kaffah, karena langsung praktek keislamannya dari Nabi yang kita terima. Ajaran agama yang kita terima dari Nabi adalah sifatnya totalitas, tidak ada lagi rincian rincian seperti hadits, tafsir, fiqh, tauhid dan lainnnya. Semua rincian-rincian seperti itu sudah disatukan atau dipraktekkan langsung oleh Nabi.

Baca Juga  Ayat-ayat Pancasila dalam al-Quran

Dari segi itulah yang dimaksud ucapan Nabi, bahwa sebaik-baik zaman adalah zamanku. Banyaknya kelebihan-kelebihan yang dimiliki pada masa Nabi, seperti akses dalam memahami ajaran-ajaran agama dan kehidupan sosial-kemasyarakatan. Sebuah keistimewaan zaman dengan penerima wahyu dari Tuhan, yakni Nabi Muhammad SAW.

Zaman Para Sahabat

Secara hirarkis zaman berikutnya adalah masa para sahabat. Zaman ini adalah sesudah zaman Nabi, di mana para sahabat masih sangat orisinil pemahaman keislamannya, karena mereka selalu menyertai Nabi dalam berbagai kesempatan. Mereka menerima langsung dari Nabi berbagai perintah dari Tuhan maupun berbagai larangan-Nya.

Para sahabat juga bertanya langsung kepada Nabi tentang berbagai persoalan yang dihadapi para sahabat. Kadang juga ada perintah kepada para sahabat dan dijalankan oleh para sahabat, tapi mereka berbeda pemahaman setelah menjalankan perintah tersebut. Kemudian itu dikonfirmasi kembali kepada Nabi, dan menjelaskan kembali perintah itu, tetapi mereka tidak menyalahkan pendapat para sahabatnya.

Namun demikian pada zaman para sahabat sudah ada beberapa perbedaan tentang berbagai persoalan yang muncul, karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam. Para sahabat juga berbeda dalam memberikan penafsiran atau interpretasi yang diterima dari Nabi. Ada sahabat yang intensitas pertemuan dengan Nabi lebih banyak dibandingkan dengan sahabat yang lain. Sehingga dia lebih banyak meriwayatkan hadits dibanding dengan yang lainnya.

Namun demikian, secara umum para sahabat masih menjalankan estafet kepemimpinan yang ditinggalkan oleh Nabi dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan yang muncul pada zamannya. Sehingga pada zaman para sahabat masih dalam zaman yang sangat baik karena masih segar pemahaman keislamannya, dikarenakan mereka sangat dekat dengan zaman Nabi.

Memang ada beberapa peristiwa yang mencederai zaman sahabat atau masa Khulafaur Rasyidin. Di mulai dari wafatnya Rasul, ada perbedaan di kalangan para sahabat antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar tentang masalah siapa yang menggantikan Nabi sebagai pemimpin umat Islam. Kemudian dilanjutkan peristiwa perang Jamal dan perang Siffin pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga  Banyak Bertanya adalah Kebiasaan Bani Israil, Benarkah?

Inilah kekurangan yang terjadi pada zaman para sahabat, khususnya masa Khulafaur Rasyidin yang tidak terjadi pada zaman Nabi. Pada zaman Nabi murni persoalan-persoalan berkait dengan perang melawan kafir Quraisy yang ingin atau menentang dakwah Nabi untuk menyebarkan Islam.

Zaman Para Tabiin

Setelah zaman para sahabat selesai, masuklah zaman tabiin-tabiin. Di masa ini secara personal tidak pernah ketemu dengan Nabi, tapi mereka masih mendapati para sahabat sahabat Nabi. Sehingga secara keilmuan para tabiin ini masih sangat murni pemahaman keagamaannya, karena ketemu langsung dengan para sahabat.

Di sinilah banyak muncul ulama-ulama yang banyak menulis kitab-kitab rujukan, seperti para imam madzhab. Masa inilah mulai dikarang kitab-kitab hadits yang banyak dijadikan rujukan ulama-ulama selanjutnya. Di masa ini juga dikenal masa keemasan Islam dan penyebaran Islam sudah massif tersebar ke berbagai daerah di dunia ke Eropa, khususnya Spanyol sampai India dan China.

Kemudian zaman berikutnya yaitu zaman pasca Al Ghazali. Di sini umat Islam mulai mengalami kemunduran, disebabkan karena persoalan politik. Para pemimpin Islam lebih mengejar kekuasaan politik diantara sesama mereka, Sehingga kekuatan di luar Islam memanfaatkan momentum untuk menyerang kantong kekuasaan Islam, seperti baghdad dan daerah-daerah lainnya. Terjadilah, pada abad ke-12 masehi kekuasaan Islam jatuh dan mengalami kemunduran baik secara politik dan intelektual.

Kesimpulan

Begitulah secara hirarkis, kalau kita membuat analisis secara tekstual dalam memaknai hadits tentang prediksi Nabi, bahwa zaman yang terbaik adalah adalah zaman Nabi, kemudian zaman sesudahnya. Mungkin dalam persfektif teologis, pada masa Nabi, wahyu secara bertahap turun kepada Nabi dalam menjawab persoalan umat. Keberadaan Nabi juga memberikan solusi yang menyeluruh terhadap persoalan-persoalan keummatan. Sehingga secara imani kita yang berada di zaman mutakhir sekarang ini, sangat yakin dan percaya bahwa zaman Nabi lah adalah zaman yang terbaik.

Baca Juga  J.M.S Baljon: Tafsir Al-Qur’an Harus Bisa Digiring ke Corak Epistemologis Zaman

Namun demikian, dalam dunia dakwah secara personal, kita pernah disinggung oleh Nabi sebagai makhluk yang tidak pernah ketemu dengan Nabi atau tidak se zaman dengan para sahabat. Tetapi dengan konsisten beriman kepada Allah dan Nabi, kita dikategorikan oleh Nabi sebagai generasi yang paling menakjubkan keimanannya.

kita mendapatkan keistimewaan dari Nabi, yakni punya iman yang unggul dalam perspektif Nabi. Ini di luar hadis hirarkis, pernyataan Nabi ini bersifat personal terhadap siapa saja umatnya yang tidak hidup se zaman dengan Nabi. Mereka istiqamah dalam mengimani Nabi, maka oleh Nabi dianggap sebagai makhluk yang istimewa keimanannya.

Editor: Saleh     

Avatar
36 posts

About author
Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *