Sering terdengar oleh banyak pihak yang ingin memojokkan Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah itu tidak Pancasilais. Ujaran ini hanya ingin membuat Muhammadiyah mengatakan bahwa dirinya Pancasilais, cinta NKRI, NKRI Harga Mati, dan lain sebagainya. Lalu, apakah Muhammadiyah tidak Pancasilais?
Apakah Muhammadiyah Tidak Pancasilais?
Berbicara peran Muhammadiyah dalam sejarah Bangsa Indonesia, tentu akan muncul nama-nama yang mempunyai peran sangat besar dan menjadi tokoh pergerakan. Seperti Ir. Soekarno dan Jenderal Soedirman yang menjadi Presiden Pertama dan Panglima Pertama Republik Indonesia. Siapa yang tak mengenal dua tokoh tersebut, yang sampai hari ini tidak bisa luput dari ingatan generasi muda dan Bangsa Indonesia?
Soekarno bersama Mas Mansur pada waktu itu sebagai Ketua PP Muhammadiyah menjadi anggota Empat Serangkai bersama dengan Mohammad Hatta dan Ki Hadjar Dewantara. Mereka merintis prakarsa persiapan kemerdekaan Indonesia terutama dengan pemerintahan kolonial Jepang.
Bukan hanya itu, tiga tokoh penting Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Kahar Mudzakir, dan Mr. Kasman Singodimedjo bersama para tokoh bangsa lainnya merumuskan prinsip dan bangunan dasar negara Indonesia. Mereka terlibat di Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Panglima Besar Jenderal Soedirman sendiri Kader Muhammadiyah yang aktif di Hizbul Wathan. Dirinya memberikan peran strategis dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan Indonesia Merdeka. Soedirman menjadi tokoh utama perang gerilya dan kemudian menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia.
Selanjutnya, Ir. Juanda Tokoh Muhammadiyah yang menjadi pencetus Deklarasi Juanda tahun 1957. Ia menjadi tonggak eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menyatukan laut ke dalam kepulauan Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara-bangsa yang utuh.
Bahkan di dalam Film Nyai Dahlan yang tayang perdana pada Agustus 2017 silam, menunjukan peran Muhammadiyah dalam detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Jenderal Soedirman meminta nasihat kepada Nyai Dahlan sekaligus meminta restu untuk dirinya berangkat ke Jakarta menemui Soekarno untuk segera membacakan tek Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Maka Nyai Dahlan pun memberikan nasihat peran apa yang harus ia lakukan sekaligus restu pada Jenderal Soedirman untuk menemui Soekarno dan mendesak segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Betul, Nyai Dahlan adalah istri KH Ahmad Dahlan, sang Pendiri Muhammadiyah. Nyai Dahlan adalah salah satu Pendiri Organisasi ‘Aisyiyah yang menjadi gerakan khusus perempuan Muhammadiyah. Organisasi yang menjadi pelopor di Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928.
Memaknai Nilai-Nilai Pancasila
Sebagai organisasi terbesar di Indonesia dan memiliki usia lebih dari Satu Abad, tentunya kiprah dan peran Muhammadiyah tidak diragukan lagi. Bahkan, Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan bahwa “Muhammadiyah ini bagaikan Negara di dalam Negara”.
Bagaimana mungkin sang Presiden bisa berbicara sedemikian kalau tidak melihat kiprah yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah? Muhammadiyah selalu berperan aktif dalam melakukan ta’awun (gotong royong) terhadap kondisi Bangsa Indonesia. Presiden SBY melihat bagaimana kerapian struktur dan jenjang organisasi Muhammadiyah, dari tingkatan atas sampai ke bawah.
Namun, Muhammadiyah bukan lah tipe organisasi yang cepat memiliki rasa puas dan bangga diri terhadap apa yang telah dilakukan untuk Indonesia. Banyak pujian yang datang kepada Muhammadiyah namun tidak menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang riya’ apalagi takabur. Karena prinsip Muhammadiyah adalah tidak mudah berbangga diri apalagi menyombongkan sebagai organisasi yang paling banyak pengaruh di negeri ini.
Ketika organisasi yang lain menganggap dirinya Pancasilais, Pro NKRI bahkkan sampai-sampai membuat slogan NKRI Harga Mati, namun bagi Muhammadiyah hal sedemikian bukanlah suatu hal yang diutamakan. Yang terpenting adalah bagaimana Muhammadiyah bisa menghadirkan pencerahan, pencerdasan, dan kemaslahatan untuk umat dan bangsa. Hal itu sudah dicontohkan Muhammadiyah lewat pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan banyak hal lainnya.
Apakah Muhammadiyah sudah merasa cukup dengan torehan yang telah diberikan kepada Indonesia? Tidak. Kalau kata Prof. Haedar Nashir, Muhammadiyah akan senantiasa berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada Indonesia dan tidak akan pernah lelah untuk terus bergerak dan mencerdaskan anak Bangsa.
Bahkan suatu hari Pak AR Fachruddin ketika menjabat sebagai Pimpinan Tertinggi Muhammadiyah pernah ditanya oleh seseorang, kapan Muhammadiyah akan mati/bubar? Maka pak AR pun menjawab, “Muhammadiyah itu akan bubar dan hilang dari peradaban apabila orang-orang yang ada di dalamnya tidak lagi bekerja secara ikhlas dan tanpa pamrih apalagi jika hanya menjadikan uang sebagai tolok ukur dalam mengurusi Muhammadiyah.”
Muhammadiyah dan Pancasila
Sebenarnya bisa saja pimpinan Muhammadiyah menganggap mereka paling Pancasilais. Toh, dulunya tokoh-tokoh Muhammadiyah sangat berperan aktif dalam melakukan upaya kemerdekaan Indonesia. Bahkan di bulan November 2019 kemarin lagi-lagi Tokoh Muhammadiyah yaitu Prof. Kahar Muzakkir dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Ia berjasa dalam perumusan dasar negara Pancasila.
Bahkan di dalam buku Api Sejarah karangan Ahmad Mansur Suryanegara dijelaskan bahwa 3 Tokoh penggagas/perumus Pancasila yang sangat berpengaruh, yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo dari Muhammadiyah, dan KH Hasyim ‘Asyari dari Nahdlatul Ulama sekaligus pendiri NU.
Dijelaskan di halaman lain bahwa Tokoh Muhammadiyah yaitu Abdul Mufti lah yang mendesak Soekarno untuk segera membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, “Atau kalau tidak sekarang, maka kita akan menunggu 300 Tahun lagi Indonesia akan merdeka” ujar Abdul Mufti dengan tegas. Maka, setelah mendengar perkataan tersebut, Soekarno besoknya membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada hari Jumat bertepatan dengan 17 Ramadan. Dengan catatan sejarah ini, apakah Muhammadiyah tidak Pancasilais?
Ini menjadi cerminan bagi seseorang yang mengatakan dirinya paling Pancasilais dan mengganggap orang tidak pancasilais. Perlu merefleksikan kembali agar benar-benar dan berhati-hati dalam mengatakan sesuatu. Karena dampak tersebut bisa menjadi persoalan baru bahkan menambah kegaduhan di negeri ini.
Pandemi Covid-19
Sejauh ini Muhammadiyah telah membuktikan kesetiaan dan ketulusannya terhadap Indonesia, apa lagi jika melihat kondisi dunia terkhusus Indonesia hari ini yang terserang wabah Covid19. Sudah banyak peran yang Muhammadiyah lakukan.
Terbaru, pada awal Indonesia kedatangan virus corona, Muhammadiyah segera membentuk Tim Khusus untuk penanganan Covid-19 yang bernama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). MCCC diketuai oleh dr. Corona yang tak lama kemudian diangkat menjadi Staf Khusus Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Hal ini menjadi prestasi bagi MCCC. Menunjukkan besarnya pengaruh dalam menangani Covid19 sampai-sampai Ketua MCCC yang baru diangkat pun langsung ditarik menjadi Stafsus BNPB.
Editor: Nabhan