Pada zaman dahulu, hiduplah sekelompok kaum di suatu negeri yang subur dan makmur. Negeri itu terkenal dengan nama “Negeri Ehillah”. Negeri Ehillah terletak di dekat Laut Merah. Di antara Kota Madyah dan Gunung Sinay di daerah Mesir.
Sebagian besar pekerjaan kaum ini adalah nelayan atau pelaut. Ada suatu peraturan yang melarang mereka melakukan segala aktivitas perkerjan apapun di hari Sabtu. Karena di hari itu, mereka wajib meluangkan waktu untuk beribadah kepada Allah.
Padahal, ikan-ikan di laut pada hari Sabtu banyak bermunculan. Dalam hal ini, Allah menguji kaum Ehillah tentang ketaatan mereka.
Kisah ini diabadikan didalam QS Al-‘Araf ayat 163-166.
وَاسْئَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِۘ إِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْۛ كَذٰلِكَۛ نَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُوْنَ قَوْمًاۙ اللّٰهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا قَالُوْاۗ مَعْذِرَةً إِلٰى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ١٦٤
Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggungjawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ أَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْءِ وَأَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍ بَئِيْسٍ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
Penduduk Negeri Ehillah Mensiasati Larangan
Pada suatu hari, ada tiga nelayan yang sedang berbincang-bincang dipinggir laut. Mereka sedang berdiskudi apakah malam ini akan melaut atau tidak. Padahal, malam itu bertepatan dengan malam Sabtu.
Salah satu dari mereka ada yang mengusulkan bahwa malam ini mereka tidak akan melaut, tapi mereka mensiasati dengan cara memasang perangkap ikan pada malam itu. Kemudian, mereka akan mengambil hasil tangkapan mereka pada hari Ahad dan usul itu pun disetujui.
Pada hari Ahad, benar saja, mereka mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah ruah. Hal ini memancing rasa curiga dari nelayan lainnya. Karena mereka mendapatkan hasil tangkapan yang sangat sedikit tidak seperti biasanya. Salah satu dari nelayan itu menghampiri ketiga nelayan tersebut sambil berkata, “Hai kalian, apakah kalian melanggar perintah Allah, yang melarang kita agar tidak melaut pada hari Sabtu?”.
Salah satu dari ketiga nelayan itu pun menjawab “Apakah kalian iri, dengan hasil tangkapan ikan kami yang begitu banyak?”. Kemudian, nelayan tadi bekata lagi, “Kami hanya takut, jika kalian melanggar perintah Allah maka cepatlah bertaubat, niscaya Allah akan mengampuni kalian, sebelum azab Allah itu diturunkan”.
Setelah perbincangan itu, mereka pulang ke rumah masing-masing. Dan setelah beberapa minggu, kejadian itu pun terus terulang, yang membuat para nelayan lainnya semakin curiga.
Dan pada suatu malam, kegiatan mereka diketahui oleh beberapa nelayan lainnya. Ada yang malah ikut-ikutan memasang perangkap ikan dan ada yang tidak. Dan suatu hari, mereka didatangi oleh ketua desa sambil memberi peringatan agar mereka segera bertaubat sebelum azab Allah diturunkan kepada mereka, “Wahai saudaraku, cepatlah engkau bertaubat dan kembalilah kejalan-Nya, sebelum Allah mengazab-Mu”.
Pagi harinya, suasana Kota Ehillah serasa sepi tidak seperti biasannya, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan pada kota itu. Dan banyak suara-suara tangisan yang terdengar dari beberapa rumah penduduk. Ya, benar saja, mereka telah diazab oleh Allah yang merubah mereka yang melanggar perintah-Nya menjadi sekor kera atau monyet. Para nelayan yang berubah menjadi kera hanya bisa menangis dan menyesali atas perbuatannya.
Seperti yang dijelaskan pada Q.S al-‘Araf ayat 166, yang berbunyi:
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَّا نُهُوْا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina”.
Pesan Moral
Oleh karena itu, kita sebagai hamba hendaklah kita merasa bersyukur alhamdulillah dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Dan jangan pernah mengeluh dengan apa yang tidak sesuai dengan harapan kita.
Dan jangan sekali-kali melanggar segala ketetapan atau aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan janganlah sombong dengan usaha kita, yang kita selimuti usaha itu dengan tipu muslihat atau tipu daya. Sesungguhnya, Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, dan hargailah nasehat yang baik dari orang lain. Semoga kita selalu berada didalam lindungan Allah SWT. Wallahu ‘Alam.
Editor: Yahya FR