Tafsir

Ayat-ayat Pancasila dalam al-Quran

4 Mins read

Pancasila, adalah salah satu karunia Ilahi yang diberikan kepada bangsa Indonesia agar berhasil meraih persatuan dan kesatuan. Pancasila dan ayat-ayat dalam al-Quran seakan terhubung. Bangsa kita yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, berbeda-beda suku dan bahasa, dapat tegak di atas satu landasan filosofis tersebut.

Namun pada kenyataannya, ada sebagian kelompok warga negara Indonesia yang menentang dengan tegas rumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Mereka berpendapat bahwa Pancasila tidak dapat dijadikan sebagai ideologi dan dasar negara.

Ayat-ayat Pancasila

Ada juga kelompok yang mengusung ideologi Islam karena mereka menginginkan penanaman nilai-nilai Islam dalam setiap sendi kehidupan secara menyeluruh. Ada upaya menemukan ayat-ayat Pancasila dalam al-Quran. Ditambah lagi dengan isu kebangkitan paham komunis di tengah-tengah masyarakat juga menambah jumlah golongan yang menentang ideologi ‘Negara Pancasila‘.

Dalam sila pertama, Pancasila sebenarnya membawa konsep tauhid dan toleransi beragama. Hal ini juga pasti senada dengan ajaran agama Islam. Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌلاللَّهُ الصَّمَدَ*لمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ*وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.  Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS.al-Ikhlas:1-4)

Dijelaskan lebih lanjut oleh Ibnu Katsir bahwa Allah yang pertama dan Esa, tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak ada yang sebanding denganNya.

Kata Esa ini tidak digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allah, karena Dia Maha Sempurna dalam seluruh sifat-sifatNya dan perbuatan-perbuatanNya.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam sila kedua ini, Pancasila membawa konsep manusia yang beradab untuk membangun peradaban dan menghapuskan kebiadaban. Hal ini juga sepaham dengan ajaran agama Islam yang senantiasa mencerahkan peradaban manusia. Allah Ta’ala berfirman :

Baca Juga  5 Pesantren Unik di Indonesia, dari Pesantren di Gua hingga Pesantren Waria

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.al-Hujurat:13)

Salim Bahreisy menjelaskan bahwa menurut konsepsi Qur’ani, perbedaan warna kulit, suku dan bangsa adalah berguna untuk saling kenal mengenal. Perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk pertentangan saling mengunggulkan satu dengan yang lain.

Namun, perbedaan itu justru dimaksudkan untuk saling tolong-menolong dan saling gotong-royong di dalam melaksanakan kepentingan bersama. Ayat-ayat Pancasila dalam Al-Quran memuat nilai ini.

Perbedaan apapun bentuknya, di hadapanNya tidak berharga sama sekali. Oleh sebab itu, Allah menilai kehormatan dan kemuliaan seseorang hanya berdasar amal perbuatan yang namanya takwa.

Persatuan Indonesia

Dalam sila ketiga ini, Pancasila membawa konsep bangsa Indonesia yang menjaga persatuan dan kesatuan apapun kondisinya. Hal ini juga selaras dengan ajaran agama Islam, yakni menjaga dan mempererat ukhuwah. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.al-Hujurat:10)

Dalam tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan perlunya melakukan perdamaian antara dua kelompok orang mukmin yang berperang. Hal itu perlu dilakukan sebab sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Itu untuk yang berperang, apalagi untuk kita yang tidak berperang, lebih wajib untuk menjaga ukhuwah.

Baca Juga  Covid-19, Pendidikan, dan Literasi Lingkungan

Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sila keempat ini, Pancasila membawa konsep musyawarah dalam setiap kondisi untuk menyelesaikan permasalahan. Hal ini juga sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengedepankan musyawarah dibanding perdebatan. Allah Ta’ala berfirman :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. “ (QS.al-Imran:159)

Dalam tafsir as-Sa’di dijelaskan bahwa sarana dakwah yang ampuh dapat menarik manusia ke dalam agama Allah adalah akhlak mulia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad menggabungkan antara sikap memaafkan dan ihsan. Maksudnya dalam setiap urusan membutuhkan adanya musyawarah, pemikiran yang matang dan pandangan yang tajam.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sila kelima ini, Pancasila membawa keadilan dan persamaan dalam seluruh lini bagi segenap bangsa Indoensia. Hal ini juga pasti senada dengan ajaran agama Islam yang begitu menekankan prinsip keadilan dan equality dalam kehidupan..

Nabi Muhammad memahami benar bahwa masyarakat Arab harus menghilangkan ketidakadilan sosial dan harus menghapuskan kelas-kelas yang mempunyai hak istimewa di dalam masyarakat.

Beliau menganggap bahkan dirinya sendiripun sebagai umat manusia yang biasa, sebagaimana sabdanya :
“Sesungguhnya aku adalah manusia sebagaimana kamu semua. Laki-laki dan wanita, majikan dan hamba sahaya, serta raja dan rakyatnya mempunyai hak yang sama di hadapan Allah dan hukum.”

Baca Juga  Tafsir Akhlak terkait Covid-19

Dengan kata lain, semuanya mempunyai hak sosial yang sama. Hal ini cukup terlihat di dalam Shalat yang biasa dilakukan sehari-hari ketika orang berkedudukan rendah dan tinggi, kaya dan miskin, berdiri berdampingan di hadapan Dzat yang Maha Tinggi.

Di bawah sistemnya, seorang budak memperoleh hak yang sama sebagai warga negara dan sebagai manusia yang merdeka. Hal ini sebagaimana disebutkan pada firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.al-Hujurat:13)

Selain itu, konsep keadilan ekonomi di dalam islam juga tergambar jelas dalam ajarannya untuk berzakat, infaq, waqaf, memberi makan orang miskin, peduli kepada yatim dan lain sebagaianya.

Pancasila Sejalan dengan Al-Quran

Semua uraian tentang ayat-ayat Pancasila di atas begitu membuktikan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Setiap esensi nilai Pancasila juga tergambar pada esensi ajaran Islam. Maka, mulai sekarang kita hendaknya hentikan penabrakan Pancasila dan Islam. Keduanya dapat kita jalankan bersamaan untuk mencapai tujuan bernegara dan beragama yang sebenar-benarnya.

Editor : Rifqy N.A.

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa STIQSI
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *