Report

Azyumardi Azra: Tiga Problem Ilmu di Perguruan Tinggi Islam

1 Mins read

IBTimes.ID – Amin Abdullah adalah orang yang konsisten menyuarakan integrasi ilmu dan hubungan antar disiplin ilmu. Sulit menjadi orang yang menekuni satu bidang tertentu secara konsisten. Gagasan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin harus dibangkitkan kembali oleh orang-orang yang konsisten seperti Amin Abdullah.

Mengingat ilmu-ilmu sekarang mengalami setidaknya tiga hal yang merugikan ilmu itu sendiri. Pertama, terjadi kompartementalisasi ilmu. Ilmu terbagi menjadi berbagai kompartemen, dan antara satu kompartemen dengan yang lain seolah-olah tidak ada hubungannya sama sekali. Sistem IAIN yang terlalu kompartementalistis menyebabkan pemahaman akan keislaman menjadi tidak komprehensif.

Hal ini disampaikan oleh Profesor Azyumardi Azra dalam kegiatan Peluncuran dan Bedah Buku Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin: Metode Studi Agama & Studi Islam di Era Kontemporer karya M Amin Abdullah. Kegiatan yang diadakan oleh Center for Islamic Thoughts & Muslim Societis (CITMS), Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan IBTimes.ID ini diselenggarakan secara daring pada Kamis (15/10).

Kedua, linieritas ilmu. Linieritas ilmu sangat sempit. “Jika ada dokter mengambil Ph. D dalam bidang antropologi kedokteran, maka itu dianggap tidak linier. Saya menolak itu. Antropologi kedokteran sangat terkait dengan bidang kedokteran. Saya menolak linieritas itu,” tegas Azyumardi Azra.

Ketiga, kecenderungan ilmu-ilmu yang semakin antrophomorphis. Ada ilmu-ilmu yang tidak bisa didekati dengan pendekatan positivistik, terutama yang bersifat spiritual. Ada ilmu laduni, ilhami, dan lain-lain. Maka, menurut Azra, paradigma ini harus ditinggalkan.

“Saya usul, selain multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin, ditambah dengan intradisiplin. Intradisiplin adalah disiplin-disiplin di dalam satu induk rumpun ilmu. Misalnya rumpun ilmu Islamic Studies. Di dalam Islamic Studies ada banyak disiplin ilmu seperti kalam, tasawuf, teologi, fiqh, dan lain-lain yang masing-masing berdiri sendiri,” ujarnya.

Baca Juga  Pradana Boy, Dosen Prodi HKI, Terbitkan Bukunya di Amsterdam, Belanda

Ia mencontohkan di UIN Jakarta ada mata kuliah wajib Komprehensif Islamic Studies. Mata kuliah ini memberikan kajian Islam yang komprehensif dari berbagai segi. Mahasiswa yang mengambil spesifikasi syariah juga harus bisa menjawab persoalan-persoalan kalam atau syariah. Mahasiswa ushuludin juga harus bisa menjawab persoalan tentang fiqh.

Oleh karena itu, Azra berpendapat bahwa intradisiplin menjadi penting selain interdisiplin. Menurutnya, interdisiplin berbicara pada wilayah-wilayah yang besar seperti agama dengan ilmu sosial. Selain antara agama dengan sosiologi misalnya, juga harus ada pertemuan antar sub dalam wilayah studi agama.

Selain Azra, bedah buku ini juga menghadirkan Profesor Noorhaidi Hasan, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Profesor Sulistyowati Irianto, Guru Besar Universitas Indonesia.

Reporter: Yusuf

Avatar
1342 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…
Report

Hamim Ilyas: Islam Rahmatan Lil Alamin Tidak Sebatas Jargon

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, Islam Rahmatan Lil Alamin harusnya tidak sebatas jargon belaka,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *