Perspektif

Bagaimana Menghadapi Tantangan Pembelajaran Daring?

4 Mins read

Pembatasan pergerakan bebas di Indonesia berlaku sebagaimana di seluruh dunia di tengah pandemi Covid-19 kini. Pemerintah Indonesia memilih jalan untuk meliburkan siswa di sekolah-sekolah agar tidak terjadi penyebaran virus Covid-19. Proses kegiatan belajar mengajar untuk sementara diganti dengan sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) berpangku pada akses internet. Sebuah keputusan yang berat bagi pemerintah karena pembelajaran daring belum teruji dan terukur secara efisien karena sistem pembelajaran ini belum pernah dilakukan sebelumnya secara massal. 

Maka tidak dipungkiri, banyak guru dan siswa menjadi gagap menghadapi situasi baru dalam dunia pendidikan. Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, permasalahan dunia pendidikan hendaknya segera ditangani. Indonesia harus mengikuti arus air mengalir, belajar mengajar tetap berjalan tanpa adanya tatap muka secara langsung.

Sekolah-sekolah dengan berat hati harus memaksakan diri menggunakan sistem pembelajaran daring. Namun pelaksanaan sistem kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran daring bukan tanpa masalah. Berbagai masalah yang menghambat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar muncul di berbagai daerah. Permasalahan tersebut antara lain,  

Akses Internet: Pantangan Pembelajaran Daring

Pertama, akses internet. Di era digital saat ini, internet menjadi kebutuhan pokok masyarakat dalam beraktivitas maupun mendapatkan sebuah informasi. Namun akses internet ternyata belum menjangkau secara menyeluruh masyarakat di seluruh pelosok negeri. Jangankan internet, sinyal untuk kebutuhan komunikasi dan listrik untuk kebutuhan sehari-hari saja terkadang belum sampai menjangkau wilayah 3T (tertinggal, terdepan, & terluar).

Ketimpangan akses internet dapat terlihat jelas ketika kita membandingkan data wilayah perkotaan dan perdesaan. Siswa di wilayah perkotaan memiliki akses internet yang baik sehingga memudahkan siswa dalam melaksanakan sistem pembelajaran daring. Sedangkan siswa di wilayah perdesaan harus sedikit mengalah dengan keluar rumah hingga sampai ada yang naik ke bukit mencari akses internet untuk melakukan pembelajaran daring.

Permasalahan lain terkait dengan akses internet adalah biaya untuk pembelian kuota internet. Sebuah dilema besar bagi peserta belajar ketika dilaksanakannya pembelajaran daring yang membutuhkan kuota internet. Ketika pemerintah melalui Mendikbud memberikan semangat agar tetap produktif dalam situasi pandemi, di sisi lain kemampuan finansial guru dan siswa tidak semua bisa memenuhinya.

Baca Juga  Empat Ayat Terkait Filsafat dalam Al-Qur'an

Tidak sedikit guru yang statusnya masih tenaga honorer yang harus menghidupi keluarganya, ditambah lagi siswa-siswi yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu. Hal ini menjadi problem bagi dunia pendidikan yang harusnya cepat teratasi dengan hadirnya pemerintah Indonesia memberi solusi bagi pemberlakuan pembelajaran jarak jauh atau kegiatan pembelajaran daring ini.

Sarana dan Keterampilan Teknologi dan Informasi

Kedua keterbatasan penguasaan teknologi & informatika. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sehingga melumpuhkan banyak aktivitas masyarakat ini secara tidak langsung menambah beban dari guru maupun siswa, karena kebanyakan dari mereka baru pertama kali melakukan kegiatan belajar mengajar sistem daring. Hal ini menyebabkan guru dan murid harus beradaptasi dengan situasi baru yang biasanya guru langsung masuk dalam kelas dan menerangkan materi yang diajarkannya.

Untuk kali ini, guru harus membuat modul materi terlebih dahulu dalam sebuah aplikasi atau sofware sebelum diberikan pada siswa saat jam pelajaran berlangsung. Belum lagi guru harus belajar mengoperasikan aplikasi atau sofware media pembelajaran seperti zoom meeting, google meet, google classroom, google office 365, microsoft power point, dan masih banyak lainnya.

Ketiga, sarana & prasarana kurang memadai. Untuk efisiensi kegiatan belajar mengajar dentgan secara daring yang menggunakan berbagai aplikasi dan sofware media pembelajaran dibutuhkan perangkat pendukung teknologi yang tidak murah. Di masa pandemi Covid-19 yang memberi dampak negatif pada ekonomi, tidak sedikit guru dan murid yang memilih meng-upgrade alat komunikasinya demi kelancaran saat melakukan pembelajaran daring.

Lalu bagaimana dengan siswa-siswi kurang mampu? Kondisi siswa yang kurang mampu membatasi mereka untuk menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang diperlukan saat pandemi Covid-19 ini. Dalam kondisi yang serba keterbatasan, mereka memaksimalkan pembelajaran daring dengan menggunakan media pembelajaran daring yang sekiranya support dengan handphonenya dan tidak terlalu menguras kuota yang banyak. Beberapa ada yang menggunakan cara luring (luar jaringan) atau home visit agar kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung meskipun dalam situasi pandemi.

Menjamin Kelancaran Akses Internet

Dalam upaya penuntasan permasalahan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 ini diharapkan seluruh stakeholders saling membantu memberikan solusinya. Situasi seperti ini pemerintah dari pusat hingga desa memegang peran penting dalam rangka terlaksananya pembelajaran daring. Adapun solusi-solusi yang perlu dilaksanakan dalam penanganan masalah pendidikan di masa pandemi ini adalah sebagai berikut, 

Baca Juga  COVID-19 Sukses Bungkam Sifat Arogan Manusia

Alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang refocussing kegiatan, relokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 harus segera dilaksanakan. Dalam dunia pendidikan yang saat ini melakukan pembelajaran daring, pemerintah harus memastikan ketersediaan penunjang belajar yaitu paket data internet bagi siswa dan guru. Pada saat ini pencairan paket data internet dari pemerintah untuk seluruh pelaku pendidikan di Indonesia dari siswa, mahasiswa, guru, dan dosen sudah mulai disalurkan.

Namun dari pada itu apa sudah cukup pemerintah menjamin kelancaran akses internet bagi terselenggaranya pembelajaran daring? Bagaimana dengan pelaku pendidikan yang berada pada wilayah 3T (tertinggal, terdepan, & terluar)?

Untuk permasalahan ini, pihak sekolah bisa menghendaki bekerja sama dengan pihak pemerintah desa di wilayah tersebut. Program internet masuk desa kini saatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat tidak terkecuali para pelajar. Jaringan internet melalui wifi yang terdapat di kantor balai desa bisa dimanfaatkan sebagai sarana fasilitas kegiatan pembelajaran daring. Siswa bisa mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas di kantor balai desa terdekat yang sudah difasilitasi wifi gratis. Dengan itu siswa tidak harus membeli kuota atau pergi ke tempat jauh mencari sinyal.  

Rekomendasi selanjutnya adalah pengadaan pelatihan pengoperasian aplikasi pembelajaran daring terhadap tenaga kependidikan. Hal ini menjadi sangat penting di saat pemberlakuan KLB (Kejadian Luar Biasa) pandemi Covid-19 diperpanjang oleh pemerintah baik dari pusat maupun masing-masing daerah. Karena kita sadari guru/tenaga kependidikan saat ini bukanlah orang yang lahir pada generasi Z di mana banyak guru yang kurang menguasai perkembangan teknologi dan informatika.

Solusi untuk Pengadaan Pembelajaran Daring

Maka dari itu salah satu di antara solusinya adalah para guru bisa diberi pelatihan, bimtek, atau seminar tentang pelaksanaan pembelajaran online. Sekolah bisa membuat pelatihan di laboratorium komputer sekolah tentang penggunaan dan pengoprasian aplikasi/sofware pembelajaran daring seperti zoom meeting, google meet, google classroom, google office 365, microsoft power point, dan lain-lain.

Baca Juga  Islam Kita ini Masih Islam Konten, Belum Islam Kajian!

Guru yang sudah menguasai bidang IT bisa dijadikan sebagi mentor dalam pelaksanaan pelatihan tersebut. Selain pelatihan, beberapa guru yang sudah mulai mampu menggunakan aplikasi/sofware pembelajaran online bisa memberi pendampingan terhadap guru-guru yang masih kurang jelas dalam pengoperasian aplikasi pembelajaran online.

Dan bagi permasalahan siswa yang alat komunikasinya kurang memadai, pihak sekolah bisa hadir di tengah mereka dengan memberi keringanan seperti pengumpulan tugas bisa secara luring (luar jaringan). Sekolah juga bisa menggunakan home visit dengan cara guru membagi para siswa dalam beberapa kelompok belajar dan menentukan tempat di setiap kelompok yang sudah dibagi sebagai titik kumpul pelaksanaan home visit.

Pada pelaksanaan home visit ini juga harus diberlakukan protokol kesehatan, seperti tidak terlalu banyak orang yang berkumpul, tidak bersalaman, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Pada kesempatan lain pemerintah pusat juga menghadirkan siaran belajar bagi siswa selama masa pandemi Covid-19. Program tersebut hasil kerjasama dari Mendikbud RI dengan salah satu stasiun televisi nasional Indonesia, program-progam pembelajarannya tersedia lengkap dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah atas. Konten pembelajaran yang disajikan terfokus pada peningkatan literasi, numerasi, penumbuhan karakter, dan kecakapan hidup peserta didik yang disampaikan secara ringan dan menghibur.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Avatar
3 posts

About author
Guru SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo
Articles
Related posts
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *