Pandemi covid-19 telah membentuk berbagai kebiasaan baru dalam tatanan kehidupan masyarakat. Berdasarkan survei McKinsey sebagaimana dilansir liputan6.com, kekhawatiran terhadap penularan covid-19 telah merubah perilaku masyarakat menjadi lebih peduli akan kebersihan dan kesehatan.
Guna mencegah penularan covid-19, masyarakat kini semakin terbiasa menerapkan protokol kesehatan antara lain pakai masker, jaga jarak, dan mengindari kerumunan. Selain itu, masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan, makan bergizi, dan berolahraga.
Aktivitas olahraga sangat dianjurkan guna meningkatkan fungsi imunitas tubuh. Jika ingin tetap bugar meski dirumah saja, Anda dapat memilih aktivitas seperti workout, senam, yoga, dan sebagainya. Namun, jika hendak berolahraga di ruang terbuka pilihannya adalah jogging dan bersepeda dengan syarat mematuhi protokol kesehatan.
Perlu disadari bahwa, berolahraga di luar rumah pada masa pandemi tentu berbeda dengan saat sebelum pandemi. Oleh karena itu, memakai masker menjadi sesuatu yang harus dibiasakan. Karena jangan sampai tujuan awal berolahraga untuk menjadi sehat justru malah mendatangkan penyakit dikarenakan kelalaian dalam menerapkan protokol kesehatan.
Namun, hingga kini seringkali terjadi perdebatan perihal pemakaian masker saat berolahraga ini. Ada yang mengatakan berolahraga dengan memakai masker tidak apa-apa, sebaliknya ada pula yang mengatakan masker memiliki dampak berbahaya bagi kesehatan bahkan menyebabkan kematian.
Polemik tersebut tentu menimbulkan keresahan dan kebingungan di tengah masyarakat. Lebih-lebih, beredar kabar mengenai beberapa orang pesepeda yang meninggal dikarenakan memakai masker saat bersepeda. Kabar tersebut begitu cepat menyebar di tengah masyarakat melalui media sosial.
Kasus kematian beberapa pelajar di Tiongkok ketika tengah mengikuti kelas pendidikan jasmani atau olahraga dengan memakai masker salahsatunya mengenakan masker jenis N95 juga ramai diperbincangkan.
Dikabarkan beberapa pelajar tersebut “tiba-tiba” pingsan di jalur lari sekolah mereka. Keduanya kemudian dinyatakan meninggal dalam kurun waktu enam hari. Salahsatu ayah dari anak tersebut menengarai pemakaian masker saat berolahraga menjadi penyebab kematian anaknya, sebagaimana dilansir dari lifestyle.okezone.com.
Penjelasan Ahli
Namun, para ahli membantah dengan mengatakan bahwa tidak ada hubungan kausal positif antara pemakaian masker dengan kematian saat berolahraga. Sebagaimana dilansir dari artikel yang sama di lifestyle.okezone.com, seorang Profesor dari Universitas Kedokteran Shaanxi, Cao Lanxiu, mengatakan bahwa masker itu tidak mungkin menyebabkan siswa tersebut kolaps dan lemas hingga meninggal.
“Saya tidak berpikir memakai masker telah menyebabkan kematian mendadak ini. Jika siswa ini kesulitan bernapas, dia akan menyadari hal itu dan tidak akan terus berlari dengan masker sampai jantungnya berhenti berdetak,” terang Lanxiu.
Zhang Shunan seorang ahli pernapasan dari China-Japan Friendship Hospital menyatakan bahwa kematian siswa mungkin dikarenakan oleh penyebab lain yang mendasari, seperti beberapa penyakit lainnya. “Melakukan latihan dengan memakai masker tidak akan menyebabkan kematian mendadak secara langsung” terangnya, sebagaimana dilansir dari globaltimes.cn.
Senada dengan penjelasan tersebut, melalui kanal youtube dr. M. Ikhwan Zein. Sp. KO. seorang dokter spesialis kedokteran olahraga sekaligus dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta menegaskan bahwa “sampai sekarang belum ada bukti medis yang cukup yang mengatakan bahwa penggunaan masker saat olahraga menjadi penyebab langsung terjadinya kasus kematian”.
Bahkan kini dalam dunia ilmu keolahragaan khususnya di bidang olahraga prestasi, terdapat masker khusus untuk peningkatan performa olahragawan. Masker yang dikenal dengan istilah Elevated Training Mask (ETM) tersebut banyak digunakan atlet saat berlatih.
“ETM ini, justru dipakai oleh olahragawan yang terlatih guna membatasi asupan oksigennya dengan masker ini supaya beban fisiknya meningkat. Jadi beban fisik tubuh meningkat dengan pembatasan oksigen sehingga tubuh beradaptasi menjadi lebih kuat” terang dokter yang sedang menempuh studi program doktor di University of Amsterdam Belanda.
Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut dapat dipahami dengan jelas bahwa penggunaan masker saat berolahraga tidak ada kaitannya secara langsung terhadap kematian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masker relatif aman dipakai termasuk saat berolahraga.
Perhatikan Intensitas
Namun, perlu diingat bahwa pemakaian masker saat berolahraga dapat mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, pilih yang berbahan kain dan tidak disarankan menggunakan yang standar medis saat berolahraga.
Selain itu, penting untuk mengenali tanda-tanda yang diberikan tubuh dalam merespons kurangnya oksigen tersebut demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika nafas sudah terasa berat atau engap dan terasa sulit saat berbicara, maka intensitas latihan harus diturunkan.
Di masa pandemi ini, disarankan melakukan aktivitas olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang saja. Keuntungan yang diperoleh seseorang yang melakukan latihan fisik dalam intensitas sedang adalah dapat meningkatkan fungsi imun tubuh.
Sebaliknya, intensitas yang berat justru akan meningkatkan sekresi hormon kortisol yang justru akan menurunkan aktivitas natural killer cells di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh akan mengalami suatu keadaan dimana kondisi tubuh berada dalam imunitas rendah dan sangat rentan terserang penyakit akibat latihan fisik yang dilakukan terlalu berat.
Ayo berolahraga! Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, karena wabah belum selesai. Salam sehat dan bugar selalu.
Editor: Dhima Wahyu Sejati