Perspektif

Berubah, Kenapa Tidak?

2 Mins read

“Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka dia termasuk orang yang merugi. Barang siapa yang hari ini lebih jelek daripada kemarin maka dia termasuk orang yang celaka”.

Berubah – Sering kita dengar hadis seperti di atas, namun, sudahkah menjadi sebuah renungan untuk kita? Sisa umur yang telah Tuhan berikan untuk kita, sudah kita gunakan untuk apa? Lebih banyak hura-hurakah atau bersimpuh sujud mengharap ridha-NYA?

Banyak dari kita yang selalu mengulangi hal yang sama, di saat melakukan kesalahan pasti akan ada sebuah penyesalan disitu kita bilang, “udah besok harus lebih baik dari hari ini” atau “besok nggak boleh ke ulang lagi yang begini”.

Layaknya makan sebuah sambal, di saat kita kepedasan kita pengen udahan makan sambal, tapi besoknya terus di ulang-ulang.

Roda kehidupan selalu berputar, kita tidak ingin mengulang hal yang sama atau bahkan menjadi orang yang lebih buruk dari kemarin. Jangan mau jadi orang yang rugi apalagi celaka, yang nantinya bisa berdampak hingga kehidupan berikutnya (akhirat).

Untuk membuat perubahan tidak perlu menunggu datangnya tahun baru, tidak perlu menunggu berganti jam, hari, minggu bahkan bulan. Inilah kesalahan yang sering diulang-ulang oleh sebagian besar dari kita, terlalu banyak menunggu pergantian tanpa adanya kepastian. Kepastian asalnya dari hati berupa niat yang tulus dan ikhlas untuk berubah “tomorrow wil be better”.

Bagaimana Agar Dapat Menghadirkan Niat Menuju Perubahan?

Ada kisah seorang yang bernama Bismarck, seorang pendiri Negara Jerman. Kala itu Bismarck merupakan seorang pecandu rokok yang amat berat, hampir setiap saat harus merokok. Bismarck seorang laki-laki bertangan besi, ahli dalam peperangandan perdamaian dunia, ia tidak bias hidup tanpa merokok untuk sesaat saja. Ia selalu merokok dari hari ke hari, tanpa rokok ia tidak mampu berpikir, merencanakan atau mengambil tindakan.

Baca Juga  Jangan Jadikan Agama Alat Meraih Kekuasaan

Suatu ketika, di tengah peperangan ia hanya memiliki satu batang rokok di sakunya, maka ia menahan diri untuk menghisapnya. Ia menanti saat-saat tanpa merokok, menanti penuh harap untuk dapat menghisap rokok tersebut. Namun, pada akhirnya ia menyadari bahwa ternyata ia bisa hidup tanpa merokok. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk berhenti dari merokok demi kebaikan dirinya. Sebab, ia tidak mau kebahagiaannya bergantung pada sebatang rokok.

Dari kisah perjalanan seorang Bismarck dapat kita ambil pelajaran, ternyata untuk berubah perlu adanya niat, meski awalnya harus ada keterpaksaan karena dalam keterpaksaan inilah lama-kelamaan akan muncul rasa ikhlas untuk menuju esok yang lebih baik.

***

Kebanyakan dari kita sering berpikir tinggi selalu melihat ke atas, lupa dengan apa yang ada di bawah kita. Ini juga merupakan hal yang perlu diwaspadai, karena jika ingin menjadi pribadi yang lebih baik jangan selalu melihat ke atas. Ketika Allah memberi kita motor, maka jangan melihat tetangga kita yang memiliki mobil. Kita boleh bercita-cita ingin memiliki mobil tapi haruslah kita selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.

“ketika hujan Alhamdulillah tidak kepanasan, ketika panas Alhamdulillah tidak kehujanan”, itu adalah bentuk syukur memiliki motor. Jangan melihat orang yang berada di atas kita, karena belum tentu hidupnya lebih menikmati syukur atas pemberian Tuhan. Jika yang tertanam dalam pikiran kita, “andai saya punya mobil pasti saya tidak perlu kepanasan dan kehujanan di atas motor”, ini merupakan bentuk orang yang kurang bersyukur dengan apa yang ia miliki.

Bisa jadi, orang yang berada di bawah kita lebih bersyukur dengan apa yang ia miliki. Lebih seringlah berpikir positif, lebih seringlah mengucap syukur. Perubahan ke arah yang lebih baik, membutuhkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Baca Juga  Amanah Khilafah Nubuwah

Oleh sebab itu, untuk menjadi pribadi lebih baik di esok hari, pribadi yang beruntung, bukan menjadi pribadi yang rugi apalagi pribadi yang celaka. Maka, hadirkanlah niat dalam hati dan juga rasakan nikmat pemberian Tuhan dengan perbanyak bersyukur. Perubahan yang lebih baik menuju kehidupan penuh ketaatan untuk mejalani kehidupan di dunia hingga akhirant-NYA.

Editor: Yahya FR

Ahmad Afwan Yazid, M.Pd
6 posts

About author
Guru PAI dan Bahasa Arab SD Muhammadiyah 4 Kota Malang
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds