Covid-19 ditandai dengan gejala seperti demam tinggi, flu, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Pasien dapat mengonsumsi obat untuk mengurangi gejala tersebut. Biasanya, pasien akan mengonsumsi parasetamol untuk mengurangi demam dan sakit kepala.
Parasetamol
Parasetamol di Indonesia tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 650 mg, sirup 120 mg/5 mL, drops 60 mg/0,6 mL, suppostitoria 125 mg dan 250 mg. Tablet maupun sirup dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sirup dan drops biasanya untuk anak dan bayi, karena pemberian dengan pipet akan jauh lebih mudah.
Parasetamol tablet dan sirup harus disimpan dalam tempat yang terlindung dari sinar matahari dengan suhu < 25 C serta dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Perhatikan bentuk obat apabila akan dikonsumsi, apakah masih utuh atau sudah berubah warna. Apabila berubah warna dan bau, obat tersebut sebaiknya tidak digunakan karena telah rusak.
Pastikan obat yang akan dikonsumsi dikemas dengan rapi dan legal, mencamtumkan izin edar BPOM, nama industrinya, tanggal kadaluarsa, aturan pakai, dan nomor batch produksi.
Apakah Parasetamol Aman untuk Pasien Covid-19?
WHO tidak menyarankan penggunaan ibuprofen untuk gejala Covid-19, tetapi merekomendasikan parasetamol sebagai pilihan aman yang lain. WHO melarang penggunaan obat golongan Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs), seperti ibuprofen. Anjuran ini muncul setelah Menteri Kesehatan Perancis, Olivier Veran, mengatakan bahwa sebuah penelitian di Jurnal Kesehatan The Lancet, menerangkan bahwa obat-obat anti inflamasi dapat memperburuk infeksi Covid-19.
Namun, penelitian ini belum terbukti benar menurut European Medicines Agency (EMA) pada tanggal 18 Maret 2020. Pada website National Health Service (NHS) mengumumkan bahwa belum ada konfirmasi secara evidence bahwa NSAIDs dapat memperburuk gejala Covid-19 sehingga menyarankan untuk menggunakan parasetamol.
Walupun NSAIDs sering digunakan, namun tidak semua orang dapat menggunakannya. Dalam catatan NHS, dapat berdampak efek samping pada pasien asma dan gangguan jantung. Kemudian ditemukan sebuah petunjuk bahwa NSAIDs menyebabkan komplikasi dan memperparah infeksi saluran pernapasan lain, dan kemungkinan mempengaruhi sistem imun. Hal ini yang dikatakan oleh BBC News.
Farmakologi Parasetamol
Parasetamol digunakan secara luas di Indonesia. Dapat dibeli secara bebas di apotek tanpa menggunakan resep dokter. Secara farmakologi, parasetamol termasuk dalam golongan analgesik. Obat ini dapat digunakan untuk nyeri ringan – sedang dan demam (antipiretik/analgesik), namun tidak bisa digunakan sebagai antireumatik, tidak memiliki efek anti inflamasi (mengurangi peradangan).
Obat ini juga dapat digunakan untuk nyeri gigi dan setelah operasi. Parasetamol adalah obat analgesik ringan yang aman pada sebagian besar orang, termasuk pada bayi, balita, anak, remaja, dewasa, lanjut usia, ibu hamil, dan menyusui. Tidak menyebabkan iritasi serta peradangan pada lambung, sehingga aman dikonsumi pada orang yang memiliki riwayat gangguan lambung seperti maag. Aman digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat gangguan pernafasan.
Parasetamol dapat mengurangi gejala COVID-19, seperti demam dan sakit kepala. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin terutama di bagian Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Toksisitas Parasetamol
Obat masuk di dalam tubuh melalui proses farmakokinetika, meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Organ utama sebagai tempat metabolisme obat adalah hati.
Obat yang bersifat lipofil (lemak), setelah melewati filtrasi glomerulus, sebelum mengalami reabsorbsi di tubulus harus berubah menjadi obat yang bersifat polar agar mudah diekskresi.
Sel-sel hepar dapat menjadi rusak secara sementara atau permanen oleh obat-obatan yang bersifat hepatotoksik (kerusakan hepar). Kerusakan pada hepar dapat disebabkan oleh dosis yang besar, adapula pada dosis terapi. Hal ini tergantung pada kondisi fisiologi hepar individu.
Bijak Konsumsi Parasetamol
Meskipun parasetamol adalah obat anti nyeri yang paling ringan dan aman pada dosis pemakaian, harus memperhatikan dosis penggunaannya dalam jangka waktu yang relatif lama. Pada dosis besar, parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hepar. Dosis maksimum pada orang dewasa atau lanjut usia adalah 4 gram dalam sehari, sedangkan pada anak-anak adalah 2,6 gram dalam sehari.
Pada dosis rendah masih diperbolehkan pada sirosis hati, namun pada kasus hepar yang yang sudah kronik tidak diperbolehkan mengonsumsi obat ini. Konsumsi parasetamol dosis toksik 15 gram dapat menyebabkan kerusakan hati yang akan diiringi dengan kerusakan organ lain seperti ginjal berupa nekrosis tubulus akut. Hal inilah yang menyebabkan obat ini bersifar hepatotoksik dan nefrotoksik.
Tidak perlu khawatir, penggunaan dosis terapi aman digunakan untuk mengurangi gejala. Bijak menggunakan obat parasetamol dapat menghindari terjadinya komplikasi penyakit.
Editor: Arif