Menolak Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme
Sikap Ustadz Yun yang moderat-kanan juga tergambar dari penolakan terhadap sekularisme, pluralism, dan liberalisme. Bahkan Ustadz Yun bisa dibilang sebagai tokoh Muhammadiyah yang istikamah menentang ketiga isme asal Barat tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, Ustadz Yun kerap menegaskan penolaknnya akan ketiga isu tersebut. Menariknya, Ustadz Yun menyampaikan ketaksepakatannya dengan cara santun dan rasional, sehingga tak terlihat sebagai sosok penolak ketiga ideologi tersebut.
Meski paham tersebut belum banyak berpengaruh di Muhamamdiyah, namun warga Muhammadiyah tak boleh meremehkannya.
Ustadz Yun menegaskan bahwa faktanya paham tersebut banyak pengikutnya. Jangan bilang paham itu tak mungkin masuk di Muhammadiyah karena jauh dengan keyakinan Muhammadiyah.
Gejala pemikiran itu ada, tapi belum menjadi mainstream di Persyarikatan. Majelis Tabligh sudah memberi penjelasan-penjelasan terhadap kekeliruan ketiga paham tersebut.
Kepemimpinan Perempuan
Mengenang Ustadz Yun Ulama Moderat Kanan dengan membaca karya-karya Ustadz Yun terkait dengan perempuan, saya sangat mengapresiasi. Ternyata ulama yang saya kategorikan moderat-kanan ini cara pandangnya terhadap perempuan sangat positif.
Dalam karya-karyanya, ada apresiasi yang luar biasa terkait posisi kaum hawa. Dalam pandangan Ustadz Yun, Islam tak membatasi peran perempuan, temasuk perannya di sektor publik atau bahkan politik sekalipun.
Untuk memperkuat pandangannya, Ustadz Yun mengutip empat ayat dalam al-Quran, yaitu An-Naml: 20-44 yang menceritakan tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, yang memimpin Kerajaan Saba.
Kemudian al-Qashash: 23, disebutkan kisah Nabi Musa dengan dua orang putri Nabi Syuaib di Madyan, yang tengah menunggu giliran menimba air untuk minuman ternak mereka. Memelihara dan memberi minum ternak termasuk pekerjaan publik dalam rangka mencari nafkah.
Dalam at-Taubah: 71, disebutkan perempuan beriman, tolong menolong, bahu membahu, pimpin memimpin dengan laki-laki beriman dalam rangka amar makruf nahi mungkar.
Tugas dakwah amar makruf nahi mungkar sekalipun dapat dilakukan di rumah, tapi tidak terbatas dalam rumah tangga semata, juga peran publik. Dalam an-Nahl: 97, lebih jelas lagi Allah memberi peluang dan menghargai sama laki-laki dan perempuan untuk melakukan amal shaleh, yang tentu tidak hanya terbatas pada amal yang bersifat domestik, tapi menyangkut juga amal yang bersifat publik.
Demikianlah beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan perempuan memiliki peluang melakukan peran publik sama dengan peluang yang diberikan kepada laki-laki. Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam peran publik, bahkan dalam masalah kepemimpinan.