Perspektif

Cahaya dalam Perpekstif Al-Qur’an dan Ilmu Fisika

3 Mins read

Al-Qur’an merupakan dalil naqli yang kebenaranya tanpa harus dibuktikan. Sebagai umat Islam harus mempercayai bahwa semua isi yang terkandung di dalam al-Qur’an adalah benar. Sedangkan, sains, salah satunya ilmu fisika merupakan dalil aqli yang harus dibuktikan dengan akal manusia secara konkret melalui kinerja ilmiah dengan serangkaian proses temuan-temuan fisika yang harus diuji kebenarannya. Selama teori fisika belum dapat dipatahkan oleh teori baru, maka teori tersebut masih dianggap kebenarannya.

Relevansi antara al-Qur’an dengan fisika sangat erat tanpa ada penghalang untuk memisahkan antara keduanya. Pada dasarnya semua ilmu dunia sudah tertulis dalam al-Qur’an, baik tersurat maupun tersirat. Salah satu teori fisika yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari adalah tentang cahaya.

Cahaya dalam Ilmu Fisika

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang menjadi sumber berjalannya kehidupan di alam semesta ini. Cahaya selalu bergerak dan tidak akan diam. Dalam perambatannya tidak memerlukan zat perantara, sehingga dapat menembus ruang angkasa yang vakum. Cepat rambat cahaya merupakan kelajuan yang paling tinggi di alam semesta ini. Sebuah benda yang mempunyai kecepatan relatif mendekati kecepatan cahaya akan mempunyai efek yang berbeda jika diukur oleh orang yang relatif diam atau bergerak dengan kecepatan relatif kecil jika dibandingkan cepat rambat cahaya.

Pengukuran cahaya pertama kali dilakukan oleh Galileo dengan melakukan pengukuran waktu dari dua puncak bukit. Galileo menghitung waktu saat dia mengirimkan cahaya dengan waktu saat dia menerima cahaya. Waktu yang diukur sangat singkat, sehingga Galileo menyimpulkan bahwa kecepatan cahaya sangat tinggi.

Pada tahun 1852-1931, ilmuwan asal Amerika Albert A. Michelson menggunakan perangkat cermin putar untuk melakukan eksperimen. Cahaya diarahkan pada salah satu permukaan cermin putar segi delapan yang ditaruh pada puncak gunung Wilson. Cahaya pantul merambat menuju cermin diam berada pada jarak yang jauh (di puncak gunung san Antonio) dan kembali lagi. Jika cermin putar berkelajuan konstan, maka cahaya pantul akan dapat dideteksi oleh teleskop pengamat. Tetapi jika kelajuan cermin putar berbeda sedikit saja, maka cahaya tidak dapat dideteksi oleh teleskop pengamat. Dari kecepatan yang diperlukan oleh cermin putar dan jarak terhadap cermin diam, kecepatan cahaya dapat dihitung. Dari hasil perhitungan diperoleh kecepatan cahaya adalah c = 2,99792458 x 108 m/s2.

Baca Juga  Isu Terorisme: Soal Agama atau Ketidakadilan?

Cahaya dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, kata cahaya banyak disebut, bahkan digunakan sebagai sebuah nama surah yaitu surah an-Nur. Cahaya dari Allah dituangkan dalam al-Qur’an yang akan menjelaskan apa yang ada di dunia, baik yang tersembunyi maupun yang kelihatan. Beberapa makna cahaya dalam perspektif al-Qur’an, di antaranya:

Pertama, Cahaya adalah Allah yang merupakan cahaya di atas cahaya

    اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ

    Artinya: “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak darinpohon yang diberkai, yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetaui segala sesuatu.” (Q.S an-Nur: 35)

    Dari ayat diatas, dapat dikatakan bahwa Allah adalah pemberi cahaya langit dan bumi. Semua yang ada di muka bumi adalah datangnya dari Allah semata, termasuk cahaya yang diterima oleh manusia asalnya dari Allah. Manusia tidak bisa memberikan hidayah atau cahaya kepada orang lain, kecuali atas izin Allah. Untuk mendapatkan cahaya Allah, manusia harus berusaha bagaimana mendapatkan cahaya itu dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya.

    Baca Juga  Pemikiran Politik dalam Perspektif Al-Qur’an

    Kedua, Cahaya adalah rahmat Allah

    هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّيْ عَلَيْكُمْ وَمَلٰۤىِٕكَتُهٗ لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

    Artinya: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S al-Ahzab: 43)

    Orang yang mendapatkan cahaya sehingga bisa terbebas dari kegelapan, baik kegelapan secara fisis maupun kegelapan tauhid, maka orang tersebut mendapatkan rahmatnya Allah. Oleh karena itu, rahmat inilah yang disebut sebagai cahaya bagi manusia.

    Ketiga, Cahaya adalah Kitabullah

    يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ

    يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

    Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan, dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (Q.S al-Maidah: 15-16)

    Ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah membawa kitab, yaitu al-Qur’an untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi, menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridaannya kepada keselamatan. Dengan kitab itu pula, rang-orang yang mengikuti akan dikeluarkan dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dan jalan yang lurus oleh Allah.

    Keempat, Cahaya adalah sifat Allah

    Baca Juga  Endhog-Endhogan: Sebuah Tradisi Menyambut Maulid Nabi

    يَسْـَٔلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍۚ

    Artinya: “Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Q.S ar-Rahman: 29)

    Cahaya merupakan sifat Allah atau sumber cahaya utama adalah Allah yang tidak pernah diam, selalu mencipta, dan selalu berinovasi. Cahaya juga tidak pernah diam, selalu bergerak, karena jika diam energinya nol karena massa diam cahaya adalah nol, sehingga tidak ada kehendak. Allah juga tidak pernah diam dan selalu berkehendak. Apabila Allah diam maka tidak ada yang mengatur alam semesta ini dan alam semesta tidak akan teratur seperti sekarang ini.

    Editor: Soleh

    Sindi Wulan Aprilia
    27 posts

    About author
    Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Peminat Kajian Tarikh
    Articles
    Related posts
    Perspektif

    Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

    3 Mins read
    Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
    Perspektif

    Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

    4 Mins read
    Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
    Perspektif

    Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

    2 Mins read
    Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This will close in 0 seconds