Perspektif

Idul Fitri Ladang Vaksin COVID-19

2 Mins read

Umat muslim harus optimis dengan amalannya masing-masing. Dengan cara itu, kita mudah menuju, bahkan diantar ke makam yang dijanjikan Allah Swt yakni makam takwa. Jangan lupa kita juga harus percaya setiap amalan yang baik selalu diterima oleh Allah.

Mudah dan sederhana tetapi syarat wawasan spritual yang cukup mendalam. Untuk itu cara berfikir berawal dari yang mudah sangat penting agar pesan mendidik diri di bulan suci Ramadan tercapai.

Efeknya pun luar biasa. Sudut spritual dalam diri berkembangbiak. Tidak kuncup melainkan merekah harum bak bunga mawar.

Kehadirannya berguna tidak hanya pada Ramadan melainkan juga pada bulan di luar Ramadan. Kita tinggal menggapai berkah dan mengambil hikmah dari semua itu, sehingga puasa membantu manusia menuju surga.

Mari kita membuang jauh-jauh cara berfikir yang rumit. Berangkatlah dari sebuah rumusan yang mudah dan sederhana tetapi tepat sasaran sekaligus mampu menjawab situasi kontekstual yang sedang menggelayut kehidupan manusia dan alam semesta.

Situasi kontekstual di depan mata kita adalah pandemi COVID-19. Konseptualisasi puasa dari satu perspektif hikmah merupakan keniscayaan pada situasi sekarang.

Hikmah yang diperoleh dari puasa akan menghasilkan pengalaman yang baik dalam setiap diri muslim. Uraian hikmah yang terkandung dalam puasa. Itu dulu kita pahami. Tangkaplah uraian hikmah di balik perintah puasa.

Untuk itu hikmah puasa jika kita genggam akan memberikan kebaikan diri dan umat keseluruhan. Bukan hanya untuk umat Rasulullah saja melainkan seluruh umat dan makhluk ciptaan-Nya.

Di sini tertera ayat tentang perintah puasa. Berikut ayat 183 yang terdapat di dalam QS Al Baqarah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

***

Pada awal ayat memang terdapat perintah wajib berpuasa yang ditujukan kepada orang beriman. Namun, sebelum puasa ditujukan kepada orang beriman, ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa terlebih dahulu pada tafsir ayat tersebut.

Baca Juga  Bagaimana Keluarga yang Ideal Menurut Islam?

Apa hikmah berpuasa itu? Pertama untuk mempertinggi budi pekerti, kedua menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang miskin dan orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketiga melatih jiwa dan jasmani serta keempat menambah kesehatan. Berangkat dari alur berfikir yang sederhana, jika orang yang mampu mengambil hikmah dari itu, maka dia menjadi orang yang beriman.

Kelompok orang yang berimanlah menurut Allah yang mampu berjuang untuk tetap memiliki kesadaran akan kasih sayang terutama kepada orang-orang yang lemah, meski dia dalam keadaan haus dan lapar.

Selain itu puasa adalah melatih jiwa dan jasmani dalam konteks menambah kesehatan diri, meski masih ada orang yang berpuasa tidak yakin akan hal itu sebab ada penyakit yang tidak membolehkan orang berpuasa.

Allah berkesimpulan orang yang beriman yang patuh atas perintah puasa sepenuh hati atas berkat hikmah yang dia peroleh secara berkesinambungan, sebab mereka secara maksimal menggunakan akal cerdasnya dan merasa kebutuhan jasmani dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok harus dikembangkan dengan bermacam latihan agar dapat dipergunakan untuk kententeraman hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Idul Fitri dan Vaksin Hikmah

Menuju hari kemenangan Idul Fitri, kita menjadi penolong terutama bagi orang yang terdampak pandemi.

Kita tahu akses pada nikmat Allah tidak semuanya sama, apalagi pada suasana COVID-19, tentu membutuhkan sikap kepemurahan yang merekah kepada sesama dengan prinsip sabar dalam ketaatan atas perintah Allah dalam masa pandemi.

***

Dalam perspektif hikmah berpuasa, tentu hal itu menjadi sasana latihan yang bersifat jasmani dan rohani. Begitu juga hikmah yang diperoleh menjadi orang pemaaf dan penjaga tali silaturahim yang sepenuh hati.

Baca Juga  Selayang Pandang Kosmoteologi Cak Nur

Ketiga hal itu menjadi penentram hidup untuk menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat, meski tantangan yang begitu berat di masa pandemi.

Atas dasar sabar dalam ketaatan kepada Allah dalam masa pandemi, maka ekspresi rasa syukur tidak berkurang sedikit pun, karena kita optimis meraih ketakwaan setelah yakin amalan diterima-Nya.

Untuk itu Idul Fitri kali ini dapat menjadi ladang untuk menebar vaksin hikmah puasa sehingga pandemi COVID-19 berubah menjadi rahmat. 

Editor: Yahya FR
Avatar
2 posts

About author
Pendidikan terakhir S2 Ilmu Komunikasi dan saat ini pengajar Ilmu Komunikasi di UMSU Medan
Articles
Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *