Cinta Tanah Air Rasulullah dan Para Sahabat
Cinta tanah air dan bela negara adalah dua frasa yang sering kita dengar di era kekinian. Namun, ternyata cinta tanah air dan bela negara dapat kita jumpai di masa awal Islam. Seperti cinta tanah air ala Rasulullah dan para sahabat.
Rasulullah Merindukan Kampung Halaman
Dalam QS. Al-Qashash: 85, Allah mewajibkan Rasulullah (beserta para Shahabat dan umat setianya) untuk berdakwah menyampaikan agama ini kepada manusia dan mengajaknya untuk melaksanakan isi kandungannya.
Makna (مَعَا ) tempat kembali pada ayat tersebut ada dua pendapat. Pertama, yang dimaksud surga sebagaimana terdapat dalam banyak ayat Alqur’an. Makna kedua adalah negeri Mekah sebagai tempat kelahiran (tanah air Rasullah). Setelah menerima wahyu risalah dakwah, Rasulullah mengalami cobaan dan ujian yang berat, bahkan akan dibunuh kaum kafir Quraisy.
Maka Rasulullah pun hijrah ke Madinah, dan menjadikan kota itu sebagai kota sentra dakwah. Rasa rindu akan tanah kelahiran itu, tercermin dalam QS. Al-Baqarah ayat 144, Rasulullah banyak berdoa mohon dikembalikan ke Mekah. Allah menjawab dengan menggeser arah kiblat ketika shalat. Setelah sepuluh tahun kemudian, Rasulullah berhasil menundukkan dan kembali ke tanah airnya Mekah (Fathul Makkah)
Anda boleh bekerja/hijrah/merantau di mana saja karena bumi Allah itu luas dan di mana saja Anda bisa mengabdi, tetapi kembalikan rasa rindu Anda terhadap kampung halaman dengan hal-hal positif dan bermanfaat bagi kampung halamanmu. (Qs. Al-Ankabut: 56)
Cinta Tanah Air ala Rasulullah
Dalam Kitab kumpulan hadits Shahih Bukhari diriwayatkan
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي حُمَيْدٌ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَ دَرَجَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ زَادَ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ جُدُرَاتِ تَابَعَهُ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja’far berkata, telah mengabarkan kepada saya Humaid, bahwa dia mendengar Anas radli Allahu ‘anhu berkata: ” Rasulullah shallllahu ‘alaihi wasallam bila pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah, Beliau mempercepat jalan unta Beliau dan bila menunggang hewan lain Beliau memacunya”. Abu ‘Abdullah Al Bukhariy berkata: Al Harits bin ‘Umair dari Humaid: “Beliau memacunya karena kecintaannya (kepada Madinah). Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Humaid dari Anas berkata, “…. Beliau melihat dinding-dinding kota Madinah ….”. Hadits ini diikuti pula oleh Al Harits bin ‘Umair. (HSR. Bukhari nomor 1675)
Kecintaan Umar bin Khatab Terhadap Tanah Airnya
Atsar Khalifah Umar bin Khatab RA, sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan’ juz 6 hal. 442 menyatakan :
ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
Sayyidina Umar berkata: Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan berjaya.
Seorang Amirul Mukmin (kepala Negara) dan panglima perang Muslim Umar bin Khathab. Karena cintanya terhadap tanah airnya sampai berkata seandainya tidak ada rasa cinta tanah air (dari para pemimpin dan warganya) negara itu akan terpuruk/ hancur. Sebaliknya, dengan adanya rasa cita tanah air, negara itu akan jaya.
Rasa cinta tanah air itu bisa diwujudkan dalam bentuk berbagai amal, misal bela negara, mencintai kaum dhu’afa, mendidik generasi muda bangsa, menjadi pedagang yang saleh, sampai menjadi pemimpin yang adil.
Belajar untuk Bekal Membangun Kampung Halaman
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (122)
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)
Ketika terjadi perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kepada seluruh kabilah bersama Rasulullah Saw. ke medan Tabuk. Allah me-manshuh-kan, agar tidak semua pergi ke medan laga ke bukit Tabuk. Allah memerintahkan agar di setiap kabilah itu ada sebagian umat yang mau belajar mendalami ilmu agama, yang kelak setelah perang usai ilmu tersebut disampaikan kembali kepada mereka.
Sekarang negeri kita sedang gundah gulana. Tunjukkan rasa cinta kepada negerimu untuk ikut berlomba-lomba untuk menenangkan, misalnya dengan menuntut ilmu lewat sekolah/madrasah/pesantren, baik itu ilmu agama atau selain ilmu agama. Imam Ghazali menyebutkan ilmiddin wa ghairuddin. Setelah lulus, sumbangkan ilmu Anda itu untuk bangsa dan negara dalam bentuk pengabdian yang ikhlas.
Beberapa hal yang diajarkan Islam berkait dengan cinta tanah air adalah: a) berperang jihad membela agama/tanah air, b) punya rasa rindu terhadap tanah kelahiran/ tanah air, c) berkorban untuk kepentingan agama/negara, d) mau belajar untuk kemajuan bangsanya
Perang Tabuk adalah Perang Bela Agama/Negara
Perang Tabuk adalah perang jihad habis-habisan, Perang ini terjadi karena ada gangguan eksternal, bahwa pasukan kerajaan Bizantium ingin mendominasi kekuasaannya di wilayah bagian utara Jazirah Arab yang sudah masuk wilayah Islam.
Latar belakang penyebab Perang Tabuk, yaitu:
- Kaisar Bizantium Romawi ingin melakukan pembalasan atas kekalahan mereka pada perang Mu’tah pada 6 Hirjiyah
- Bizantium Romawi ingin kembali mendominasi wilayah bagian utara dari Jazirah Arab.
- Adanya gangguan stabilitas politik di sebelah utara Jazirah Arab oleh kekaisaran Bizantium Romawi
Nabi Muhammad SAW memimpin langsung keberangkatan dari 30.000 pasukan muslim pada akhir Oktober 630 Masehi. Beliau juga mengamanahkan kepemimpinan sementara Madinah kepada Ali bin Abi Thalib. dengan amanah khusus untuk waspada. terhadap cuaca ekstrem panas daerah itu. Tabuk adalah suatu lokasi yang sangat sulit dicapai. Namun, tentara muslim berhasil mengatasinya.
Dalam buku Sirah Nabawiyah (2001) karya Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Khalid bin Walid dan beberapa pasukan untuk memantau pergerakan dari pasukan Byzantium Romawi di front depan. Namun, setelah 20 hari tinggal di daerah Tabuk, pasukan pasukan muslimin tak kunjung melihat tanda-tanda kedatangan pasukan Byzantium Romawi.
Setelah ditunggu sekian lama, ternyata pasukan Byzantium Romawi tak kunjung datang. Selama tinggal di Tabuk, Nabi Muhammad SAW memanfaatkan waktu luang untuk menjalin kerja sama dengan kaum Yahudi, Nasrani, dan Badui di sekitar daerah Tabuk. Penduduk Tabuk sepakat untuk menjalin kerja sama dengan kaum muslim dan bersedia untuk membayar jizyah (pajak keamanan). Pembayaran jizyah merupakan bentuk terima kasih dari penduduk Tabuk kepada kaum muslimin atas keamanan dari wilayah Tabuk.
Wallahu a’lam bisshawwab.
Editor: Nabhan